Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Solusi Penanggulangan Banjir Secara Komprehensif
26 Februari 2021 9:55 WIB
Tulisan dari Wawan Kusdiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengatasi Masalah di Musim Hujan Memberi Manfaat di Musim Kemarau
ADVERTISEMENT
Musibah banjir yang terjadi, tidak hanya diakibatkan oleh permasalahan yang ada di lokasi yang terkena banjir saja, namun terkait juga dengan faktor-faktor lainnya. Banjir merupakan permasalahan yang kompleks. Selain curah hujan yang tinggi hingga ekstrim baik di hulu maupun di hilir, faktor lain seperti faktor lingkungan, sosial, ekonomi, politik dan kebijakan, alih fungsi lahan dan faktor penegakan hukum menjadi faktor penentu semakin buruk atau tidaknya kondisi banjir yang terjadi. Harus ada solusi komprehensif penanggulangan banjir untuk mengatasi musibah banjir yang terjadi setiap musim hujan.
Namun terkadang penyelesaian masalah ini dilakukan secara parsial dan sektoral sehingga hasilnya tidak optimal dan kejadiannya terus berulang. Banyak variabel yang berpengaruh dan saling mempengaruhi satu sama lain yang harus menjadi perhatian para pemangku kepentingan, khususnya para pengambil kebijakan.
ADVERTISEMENT
“Melihat permasalahan banjir secara komprehensif akan menghasilkan solusi penanganan yang optimal serta meminimalisir potensi kerugian akibat implementasi program dan aksi yang tidak tepat. Penanggulangan banjir yang dilakukan secara komprehensif akan menjadi solusi mengatasi masalah di musim hujan dan memberi manfaat bagi masyarakat ketika musim kemarau tiba”, kata Aries Purwanto, M.Si, M.Sc, Ph.D (candidate) in Land & Water Management, salah seorang ASN Karawang yang baru saja menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di Belanda.
Definisi dan Jenis Banjir
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, definisi banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Definisi yang lain, mengacu kepada SNI No. 03-2415-1991, banjir adalah aliran air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran.
ADVERTISEMENT
Secara umum banjir dibedakan menjadi tiga jenis yaitu banjir sungai, banjir rob (pasang laut), dan banjir bandang. Banjir sungai terjadi di bantaran sungai akibat debit air yang melalui sungai dan saluran melebihi kapasitas dan daya tampungnya. Banjir ini umumnya terjadi di daerah tengah (midle stream) dan hilir sungai (downstream).
Jenis banjir yang kedua banjir rob, terjadi karena dinamika muka air laut (air pasang dan badai). Banjir jenis ini terjadi di kawasan pesisir pantai. Yang ketiga yaitu banjir bandang, terjadi di hulu sungai dan tidak hanya membawa air, namun material-material lainnya seperti pohon, sampah, batuan dan lumpur.
Banjir di Kabupaten Karawang
Berdasarkan analisis yang dilakukan InaRISK, Kabupaten Karawang termasuk wilayah dengan potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi yang meliputi area seluas 146.394 hektar dan menyebar di 30 Kecamatan.
ADVERTISEMENT
Pada awal Februari tahun 2021 ini, banjir kembali melanda beberapa wilayah di Kabupaten Karawang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang mencatat tidak kurang dari 17 Kecamatan terdampak banjir, dengan lebih dari 3600 KK mengungsi dan menyebabkan kerugian material berupa 11.044 unit rumah terendam, sekira 450 hektar sawah terdampak, serta kerusakan fasilitas umum lainnya.
Kejadian banjir bukan sekali ini saja terjadi. Wilayah ini hampir setiap tahunnya mengalami banjir ketika musim penghujan dengan tinggi inundasi (banjir di wilayah pesisir akibat air laut) dan durasi yang bervariasi sesuai dengan intensitas hujan yang terjadi.
Akibat curah hujan yang tinggi tersebut beberapa sungai meluap karena tidak dapat menampung debit air kiriman dari beberapa daerah hulu. Di wilayah Kabupaten Karawang ada beberapa Sungai yang sering meluap akibat hujan deras maupun air kiriman. Seperti Sungai Cibeet dan Citarum pada Wilayah Karawang Sebelah Barat, Situ kamojing dan Cikaranggelam pada Wilayah Karawang sebelah tengah serta Sungai Cilamaya dan Sungai Ciherang pada Wilayah Karawang sebelah timur.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang dilakukan oleh Sukowati & Kusratmoko (2019) terkait banjir tahun 2017 menyimpulkan bahwa curah hujan dengan range 1500-2000 mm/tahun dan 2000-2500 mm/tahun merupakan faktor yang dominan yang menyebabkan banjir di Kabupaten Karawang, khususnya pada area dengan kemiringan kuran dari 3%, dan jenis tanah entisol (sifat fisik dan kimia yang rendah, tanah ini umumnya bertekstur pasir) yang berada di wilayah pemukiman, area industri dan persawahan.
“Melalui analisis multitemporal SAR Sentinel 1A image, dapat diketahui bahwa area rentan banjir (vulnerable) meliputi bagian tengah yang terdiri dari pemukiman dan area industri. Sedangkan area yang sangat rentan (very vulnerable) berada di bagian barat Karawang yang terdiri dari pemukiman pedesaan dan persawahan yang dekat dengan aliran Sungai di Kecamatan Rengasdengklok, Telukjambe Barat dan Telukjambe Timur.”, tambah Aries Purwanto yang konsen melakukan penelitian tentang pengelolaan tanah dan air, bidang pertanian, irigasi, energi air dll.
ADVERTISEMENT
Solusi Penanggulangan Banjir Hybrid and Integrated
“Penanggulangan banjir umumnya dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu struktur dan nonstruktur. Namun kombinasi antara keduanya dinilai akan lebih efektif untuk membantu mengurangi bahkan meniadakan potensi banjir di suatu wilayah”, kata Aries Purwanto.
Pakar di bidang pengelolaan tanah dan air Aries Purwanto menjelaskan bahwa pendekatan struktur yang umumnya dilakukan antara lain peningkatan kapasitas sungai melalui pengerukan (dredging), pembuatan tanggul, bangunan pelimpah banjir dan/atau pompa, pembangunan bendungan, perbaikan drainase kota, sodetan (by pass), kolam retensi, retarding basin (kolam retensi), sistem polder, check dam dan lainnya. Sementara itu, upaya pendekatan non-struktur (kadang sering terabaikan) juga harus terus dilakukan, antara lain; perbaikan regulasi, law enforcement, pengelolaan DAS terpadu, relokasi dan adaptasi permukiman di sempadan sungai, peringatan dini banjir, perluasan daerah resapan air, restorasi sungai dan penerapan konsep zero run-off (melalui pemanenan air hujan, sumur resapan, biopori, taman hujan, penghijauan dan penanaman pohon) di lingkungan pemukiman, industri, perkantoran dan area publik lainnya.
ADVERTISEMENT
“Solusi kombinasi antara pendekatan struktur dan nonstruktur atau yang dikenal dengan pendekatan hybrid ini diharapkan dapat secara bertahap mengurangi potensi banjir pada musim penghujan di area yang rentan (vurnerable) dan area sangat rentan (very vurnerable) terhadap banjir di Kabupaten Karawang”, jelas Aries Purwanto.
Selain itu, peningkatan daya resap tanah melalui konsep zero run-off diharapkan mampu memperbaiki cadangan air tanah dangkal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat ketika musim kemarau tiba.
Koordinasi lintas sektor, kolaborasi dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, dunia usaha, dan elemen masyarakat, sebagai komponen utama pembangunan berkelanjutan (sustainable development) harus terus diintegrasikan. Karawang bebas banjir bukan hal yang tak mungkin, tentunya sangat tergantung seberapa besar dan kontinyu upaya penanggulangan yang dilakukan. (WKN)
ADVERTISEMENT