COVID-19 Jawa Barat Terkendali

Westjavagov
Pencerahan.
Konten dari Pengguna
12 Juni 2020 9:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Westjavagov tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Pada pekan kedua bulan Juni 2020, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jabar memfokuskan pelaksanaan tes masif di 700 pasar tradisional yang tersebar di 27 kabupaten/ kota.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kepada media di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (8/6/2020).
Hal ini merupakan keputusan cepat kesekian kalinya yang diambil oleh Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil dalam penanganan penyakit yang disebabkan virus korona jenis baru.
Keputusan tersebut memang terkesan mendadak, tapi bukan berarti diambil tanpa alasan, melainkan dengan pertimbangan komprehensif dari masukan pakar, juga data ilmiah.
Kebijakan ini ditempuh mencermati di masa transisi menuju tatanan kenormalan baru (“New normal”), fenomena peningkatan kasus harian di sejumlah daerah, termasuk Jabar. Meski peningkatan kasus di Jabar tak setinggi dengan provinsi lain, seperti DKI dan Jawa Timur. Namun Jabar tak mau lengah, fenomena ini harus segera diantisipasi. Upaya ini merupakan pencegahan menghindari terjadinya ledakan kasus atau gelombang kedua Covid-19.
ADVERTISEMENT
Pemprov Jabar menyiapkan pula 627 mobil tes Covid-19 untuk meninjau 700 pasar tersebut. Tes yang dilakukan melalui kendaraan ini berupa pengujian cepat (RDT) dan usap tenggorokan (PCR).
Kesigapan Kang Emil telah ditunjukkan dalam pengendalian kasus sejak pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo adanya dua kasus terkonfirmasi di Depok, Jabar pada awal Maret 2020.
Kang Emil dalam perang melawan musuh tak kasatmata ini langsung mengambil inisiatif melakukan tes cepat Covid-19 secara masif, yang dimulai tanggal 25 Maret 2020. Meski keputusan ketika itu tak mudah karena belum ada bantuan alat tes dari pemerintah pusat, sehingga Pemprov Jabar memutuskan membeli langsung dari Korea Selatan.
Tujuan tes masif untuk dapat mengetahui peta persebaran kasus Covid-19, orang yang terinfeksi segera mendapat perawatan/ diisolasi, serta dilakukan pelacakan riwayat kontak guna memutus penyebaran virus. Tak kalah penting juga untuk menekan risiko kematian.
ADVERTISEMENT
Kang Emil tak ragu mengambil keputusan demikian karena memang tak mau kecolongan, apalagi mengingat begitu gede jumlah penduduk Jabar hampir 50 juta jiwa. Jumlah ini hampir mendekati penduduk Korea Selatan lebih kurang 51 juta jiwa.
Tak terbayang jika Pemprov Jabar lelet dalam bertindak menggelar tes masif. Kalau sampai terjadi ledakan kasus akan sangat kewalahan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melayani pasien. Belum lagi jika tinggi angka kematian, sebagai contoh seperti Ekuador kedodoran dalam mengurus pemakaman jenazah.
Pemprov Jabar menargetkan tes masif dilakukan seperti pengalaman Korea Selatan yang berhasil menanggulangi pandemi dengan melakukan tes cepat sebanyak 0,6 persen dari populasi penduduk. Target di Jabar tes sebanyak 300.000 pengujian, dan hingga awal Juni telah dilakukan tes cepat 135.958, dan PCR 56.238 sampel.
ADVERTISEMENT

Tak sia-sia

Gebrakan tes masif itu tak sia-sia karena dapat ditemukan sejumlah klaster kasus positif , dan sejumlah kepala daerah terkonfirmasi Covid-19, yakni Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, Wali Kota Bogor Bima Arya, serta beberapa ASN di lingkungan Pemprov Jabar juga ada yang terinfeksi. Semuanya kemudian dapat penanganan yang cepat, dan telah sembuh.
Gerak cepat juga dilakukan setelah pemerintah pusat menetapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kang Emil memutuskan diberlakukan PSBB guna memutus penyebaran Covid-19.
Seiring dengan penerapan PSBB disiapkan pula alokasi APBD provinsi untuk bantuan sosial bagi keluarga miskin dan rentan miskin, yang mulai disalurkan pertengahan April. Pemberian bansos dijadwalkan selama empat bulan dari April sampai Juli. Bansos yang disiapkan Pemprov Jabar lebih kurang Rp 4,6 triliun, dengan jumlah penerima yang sudah terverifikasi 1,7 juta Keluarga Rumah Tangga Sasaran (KRTS).
ADVERTISEMENT
Kang Emil juga mendorong masyarakat bersolidaritas terhadap lingkungan terdekat, hingga bersama Pemprov Jabar sudah tersalurkan 2,4 juta nasi bungkus, serta pendirian 3.684 dapur umum di tingkat desa/ kelurahan yang tersebar di 27 kabupaten/ kota. Alhamdullilah, selama masa pandemi tak terjadi krisis pangan di Jabar.
Terobosan lainnya, Pemprov Jabar juga menyusun sistem kewaspadaan Covid-19 dengan membagi dalam lima level/ zona baik untuk tingkat kabupaten/ kota, hingga desa/ kelurahan. Pemetaan ini akan membantu wilayah memahami kondisinya masing-masing, serta menetapkan intervensi yang tepat untuk menekan penyebaran virus.
Yang paling gres, Pemprov Jabar dalam upaya memutus penyebaran Covid-19 menerapkan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) yang berbasis desa/ kelurahan.
Proses memang tak akan mengkhianati hasil. Dari kerja keras mati-matian di awal melalui tes masif, dalam waktu tiga bulan ini Jabar menuai hasilnya.
ADVERTISEMENT
Dalam dua minggu berturut-turut memasuki pekan kedua Juni, angka reproduksi efektif (Rt) di Jabar adalah 0,72 atau di bawah 1. Rt dengan angka 1 berarti setiap satu kasus mempunyai kemampuan replikasi sebanyak satu kali lipat. Dengan demikian jika Rt di bawah 1, penyebaran pandemi dapat dikendalikan.
Presiden Joko Widodo telah mengumumkan, Jabar bersama tiga daerah yang lain, yakni DKI, Sumatra Barat dan Gorontalo merupakan provinsi yang siap mengawali tatanan kenormalan baru atau yang disebut di Jabar dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

Kolaborasi

Sejumlah terobosan yang diambil Kang Emil, kuncinya adalah kolaborasi, pertimbangan sains dan data ilmiah. Kang Emil menggandeng pakar dari sejumlah perguruan tinggi di Jabar antara lain epidemiolog dan ekonom guna merumuskan strategi kebijakan penanganan Covid-19.
ADVERTISEMENT
Bagi Kang Emil, arsitek, dan pemenang Young Creative Entrepreneur tingkat internasional tahun 2006 yang diselenggarakan British Council ini, data ilmiah sangat penting, “good data, good decision”.
Hal ini juga yang ditempuhnya untuk berkolaborasi dengan para bupati dan wali kota, sehingga dapat kompak dan solid dalam pengendalian yang berbasis data, bukan perspektif politis.
Namun di sisi lain, ada ciri yang menonjol dari sosok Kang Emil, yakni ide-idenya yang spontan dan genial, maka tak heran sering muncul program-program pembangunan baru, sehingga Kang Emil menjadi “media darling”, banyak mendapat perhatian dan disukai media berita. Ini terlihat sejak Kang Emil menjadi Wali Kota Bandung (2013-2018).
Dengan capaian ini, penyebaran virus SARS-CoV-2 yang terkendali, bagi Jabar akan semakin mantap memasuki era adaptasi kebiasaan baru. Kondisi demikian juga akan memberikan rasa aman bagi warga.
ADVERTISEMENT