Apa Penyebab Harga Bawang Putih di Pasar Kramat Jati Masih Mahal?

30 Mei 2017 18:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Foto ilustrasi bawang putih (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi bawang putih (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Mayoritas para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur masih menjual bawang putih dengan harga yang cukup tinggi. Bawang putih kualitas standar dijual dengan harga rata-rata Rp 40.000/kg sedangkan yang kualitas super bisa mencapai Rp 50.000/kg.
ADVERTISEMENT
Salah satu pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Bonar Haloho (39) mengaku bawang yang dia jual adalah stok lama. Sehingga dia tidak ingin merugi bila menjual kembali dengan harga murah.
"Memang sempat naik sampai tembus Rp 50.000/kg karena kan dengan berkurangnya stok, kita juga beli dari tempat lain yang lebih mahal, bukan dari pemasok langganan," ungkap Bonar kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (30/5).
Sedangkan untuk bawang putih terbaru, Bonar akan menjual dengan harga di kisaran Rp 30.000/kg. Dia membeli bawang putih tersebut dari tangan importir dengan harga Rp 22.500/kg.
ADVERTISEMENT
Bawang putih di pasar tradisional (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bawang putih di pasar tradisional (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Tapi kalau harga dari importir Rp 22.500/kg ya mungkin bisa di eceran di kisaran Rp 30.000/kg," ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Perkumpulan Pengusaha dan Petani Bawang Indonesia (P3BI) Nurul Santi Wardani mengatakan pihaknya sebisa mungkin akan membagi rata bawang putih impor dari China kepada pedagang di Pasar Induk Kramat Jati saat operasi pasar dilakukan. P3BI juga membatasi pembelian yaitu maksimal 50 sak atau 1.000 kg (1 sak=20 kg) per pedagang.
"Jadi tidak ada yang namanya kartel, ini baru dilakukan karena memang barangnya (impor) baru masuk. Pemerintah juga pasti tahu, diawasi lewat KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Jadi kalau di importir sudah murah tapi di pengecer dinaikkan tinggi-tinggi, kita juga enggak bisa apa-apa," kata Nurul.
ADVERTISEMENT