Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Gubernur BI: Dana Asing Mengalir Deras Masuk RI Sampai Tahun Depan
30 Mei 2017 7:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat dampak peringkat layak investasi untuk Indonesia akan mendorong aliran dana masuk atau investasi asing langsung (foreign direct investment) hingga 1,5 tahun ke depan atau hingga akhir 2018.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan kenaikan peringkat utang pemerintah dari Standard & Poor (S&P) menjadi layak investasi (BBB-) akan menjadi dasar investor asing untuk memindahkan dananya ke Indonesia.
"Saya melihat bahwa investment grade adalah suatu penegasan bahwa Indonesia layak investasi, perkiraan 6 bulan sampai 1,5 tahun ke depan akan membuat FDI meningkat dan kami harapkan FDI yang orientasinya ekspor dan mengisi rantai industri," ujar Agus saat ditemui di Gedung BI, Thamrin, Senin malam (29/5).
Menurutnya, dampak dari kenaikan peringkat layak investasi tersebut hanya bisa 1,5 tahun, sebab di dunia usaha para investor tentu akan mewaspadai kondisi global. Apalagi dengan adanya kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS atau Fed Fund Rate sebanyak tiga kali pada tahun ini dan tahun depan.
ADVERTISEMENT
"Tapi di 2018 diperkirakan akan tiga kali naik, tentu mereka mempersiapkan diri untuk kondisi dolar AS yang semakin mahal, tetapi kebijakan AS terkait perdagangan dan fiskal akan berdampak ke negara dunia termasuk China, Jepang, Indonesia. Saya melihat kondisi global mesti diwaspadai, walaupun Indonesia punya potensi yang besar, tapi kondisi global perlu diwaspadai di dunia usaha," jelasnya.
Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan, dana investor asing yang masuk hingga pekan lalu tercatat Rp 108 triliun. Jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 62 triliun.
Selain itu, ia juga memperkirakan peringkat layak investasi dari S&P ini menjadi penopang bagi Indonesia dalam menghadapi gejolak sentimen ekonomi dunia, terutama dari Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
"Meski ada sentimen dolar AS menguat, namun sampai saat ini rupiah year to date masih mengalami penguatan 1,2 persen," pungkasnya.