Mal di Singapura Terancam Bangkrut, Bagaimana Nasib Mal di Jakarta?

20 April 2017 8:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi mal. (Foto: Jarmoluk via Pixabay)
Destinasi belanja di Singapura kini tengan berada dalam situasi yang tidak menyenangkan. Beberapa media di Singapura menyebut banyak kios yang berada di mal-mal besar di Singapura tutup. Sebut saja Claymore Connect, Mandarin Gallery, Shaw Centre, Pasific Plaza, sampai Suntec City.
ADVERTISEMENT
Pemicunya tidak lain, selain turunnya jumlah pengunjung yang berdampak pada omzet penjualan, juga makin mahalnya biaya sewa. Kini mal-mal di Singapura terancam tutup dan bangkut.
Apakah nasib yang sama juga terjadi di mal yang ada di Jakarta?
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, kondisi mal di Jakarta saat ini juga sedikit mengalami perlambatan. Penyebabnya, selain kondisi ekonomi yang dirasa masih sulit, turunnya daya beli masyarakat dan menjamurnya online shop juga turut menyumbang perlambatan mal di Jakarta.
"Masih jauh kayanya kalau seperti di Singapura, tapi yang jelas di sini memang ada perlambatan. Karena itu tadi, online shop juga mempengaruhi, meski enggak banyak kurang dari 1 persen. Tapi kalau dibiarin terus-menerus bisa besar juga pengaruhnya," ungkap Stefanus saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Kamis (19/4).
ADVERTISEMENT
Pameran Rogue One di mal. (Foto: Dok. Disney Studios Indonesia)
Walaupun terjadi perlambatan, ia menjelaskan kondisi mal di Jakarta masih jauh lebih baik dibandingkan mal yang ada di Singapura. Mal di Jakarta masih tetap ramai dikunjungi pengunjung, kios-kios juga penuh bahkan hingga mangantre untuk sewa.
"Kalau sekarang masih ramai, kios-kios bahkan bisa antre buat sewa tempat," katanya.
Namun sebagai upaya antisipasi, ia meminta kepada 79 mal yang ada di Jakarta untuk ikut bergabung ke online shop. Upaya ini dilakukan agar operasional mal tetap eksis dan tidak menurunkan omzet pendapatan pengusaha mal.
"Mal itu kan offline ya istilahnya, ini kami minta supaya offline gabung juga ke online. Jadi masyarakat bisa belanja 24 jam di mal," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, salah satu strategi yang ditawarkan para pengusaha agar malnya tetap ramai adalah dengan membuka gerai makanan yang unik. Bahkan, beberapa mal kini memasukan tempat kursus dan fitness center agar pengunjung rutin datang ke mal.
"Kan unik-unik sekarang, ada yang buka tenant makanan unik, supaya bisa dishare. Ada tempat kursus, gym, supaya pengunjung tetap ramai," pungkasnya.