Konten dari Pengguna

Keselarasan Tesla dan Amerika Serikat dalam Konflik Politik Global

Wildan Rachmawan
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
3 Juli 2022 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wildan Rachmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ilustrasi dari pexels.com/Karolina Grabowska
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ilustrasi dari pexels.com/Karolina Grabowska
ADVERTISEMENT
Kajian ilmu hubungan internasional adalah sebuah disiplin ilmu yang sangat dinamis. Politik luar negeri menurut Jack Plano dan Roy Olton dalam karyanya International Relations Dictionary adalah suatu pedoman bagi sebuah negara untuk menentukan sikap politik dalam arena politik global dalam menghadapi aktor-aktor hubungan internasional lainnya guna mencapai sebuah tujuan yang disebut sebagai kepentingan nasional. Sedangkan menurut Yanyan Mohammad Yani dalam seminar ilmiahnya mengatakan bahwa, politik luar negeri bisa juga disebut sebagai sebuah strategi suatu negara untuk memaksimalkan tujuan politiknya sehingga sangat menentukan keterlibatan negara tersebut dalam berbagai isu politik global.
ADVERTISEMENT
Politik luar negeri tidak hanya melihat faktor-faktor eksternal suatu negara melainkan juga dipengaruhi oleh faktor domestik negara itu sendiri. Oleh karenanya, memahami politik luar negeri sebuah negara haruslah mempertimbangkan dua hal tersebut karena nantinya berkaitan dengan keputusan oleh para pembuat kebijakan sebagai luaran dari politik domestiknya.
Lanjutan dari politik luar negeri adalah kebijakan luar negeri yang mana kebijakan luar negeri lebih spesifik pada keputusan-keputusan suatu negara yang ditentukan oleh para pemegang kekuasaan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Hal tersebut dapat berupa kerjasama bilateral, multilateral, kerjasama kawasan maupun lintas kawasan.
Adanya globalisasi menjadi kacamata baru bagi para peminat hubungan internasional dalam melihat berbagai fenomena politik global. Berbicara tentang kontestasi politik global, tentunya tidak asing ketika kita mendengar sebuah negara adidaya bernama Amerika Serikat. Sebuah negara dengan superioritas dan ambisi luar biasa yang ditopang oleh kapabilitas ekonomi dan politik yang sangat memadai pada arena politik global saat ini. Berbagai polemik maupun konflik selalu ada Amerika Serikat didalamnya, tak heran jika negara ini sudah selayaknya hakim yang berhak memutuskan berbagai perkara dalam arena politik global.
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukan Amerika Serikat ini tidak lepas dari wajah politik luar negerinya yang selalu mengedepankan nilai-nilai materialistik berupa untung rugi, kepentingan, dan tujuan akhir. Arah politik luar negeri Amerika Serikat sangatlah dinamis yang serinkali dipengaruhi oleh faktor pemimpinnya, kelompok-kelompok kepentingan, maupun keadaan politik doemestiknya.
Meski begitu, politik luar negeri Amerika Serikat sebenarnya sudah tertuang dalam sebuah dokumen bernama Manifest Destiny yang mana Amerika Serikat memiliki prinsip-prinsip politiknya berdasarkan Hak Asasi Manusia, Demokrasi, Kesetaraan, Kesejateraan, dan Perdamaian Dunia. Maka tak heran bila kita selalu melihat Amerika Serikat selalu menggunakan beberapa kata kunci tersebut untuk melegitimasi sikap politik luar negerinya yang selalu ingin menguasai kontestasi politik dunia.
Tesla yang merupakan sebuah produsen mobil listrik asal Amerika Serikat kini sedang dalam masa kejayaannya dibawah kepemimpinan Elon Musk. Tesla dapat dikatakan sebagai aktor dalam hubungan internasional yang saat ini memiliki power dan pengaruh yang luar biasa. Tesla sendiri dengan inovasi mobil listrik dan kemajuan teknologi antariksanya memiliki bargaining position yang kuat ketika berhadapan dengan aktor lain pada arena politik global. Tesla yang sejatinya adalah perusahaan multinasional berbasis di Amerika Serikat telah berhasil melakukan ekspansi pasarnya di luar kawasan.
ADVERTISEMENT
Keberhasilannya menjalin kerjasama dengan Tiongkok terkait kesepakatan pembangunan Gigafactory 3 di Shanghai Free Trade Zone menjadi bukti bahwa Tesla memiliki potensi yang luar biasa bagi diplomasi politik Amerika Serikat. Jika menggunakan pendekatan Teori Sistem Dunia milik Immanuel Wallerstein, interaksi antar aktor dalam hubungan internasional selalu didasari oleh kepentingan materialistik berupa ekonomi guna melanggengkan kekuasaannya sehingga tercipta suatu klasifikasi negara inti, semi pinggiran, dan pinggiran.
Basis industri Tesla di Tiongkok akan mempermudah perusahaan tersebut untuk menginvasi negara-negara dunia ketiga terutama di Asia sebagai indikasi bahwa menguatnya posisi Tesla di Asia akan sejalan dengan menguatnya pengaruh Amerika Serikat. Amerika Serikat tentunya sangat diuntungkan dan sangat mungkin Amerika Serikat menjadikan Tesla sebagai kekuatan baru untuk menekan negara-negara dunia ketiga terutama di Asia untuk mempertahankan dominasi politiknya.
ADVERTISEMENT
Adanya pandemi Covid-19 menjadikan situasi politik global semakin fluktuatif. Amerika Serikat beserta aliansi dan lembaga-lembaga politiknya selalu ingin mengambil langkah awal yang bertujuan menjadi rujukan bagi dunia internasional terkait penanganan pandemi. Amerika Serikat yang sempat menjadi kekuatan tunggal pasca berakhirnya perang dingin kini dihadapkan pada kontestasi politik global yang tidak lagi bersifat unipolar.
Pola politik luar negeri Amerika Serikat semakin ofensif yang diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina. Maka dari itu, secara tidak langsung Amerika Serikat tidak ingin kehilangan momentum pegaruhnya pada arena politik global. Berbagai kebijakan dalam negeri Amerika Serikat kemudian dituangkan dalam kebijakan luar negerinya untuk mempengaruhi keputusan lembaga-lembaga internasional.
Amerika Serikat fokus pada upaya kerjasama untuk pemenuhan sumber daya alam berupa bahan tambang, mengingat Tesla yang notabenya adalah produsen mobil listrik sangat bergantung pada nikel. Tesla dan Amerika Serikat akan terus terintegrasi dalam beberapa ekspansi pasar terutama di Asia untuk pemenuhan bahan baku bagi Tesla. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertemuan Elon Musk dengan Menkomarves Luhut yang membahas tentang investasi energi di Indonesia. LangkahTesla ini diperkuat oleh Amerika Serikat dalam KTT AS-ASEAN yang diselenggarakan di Washington beberapa pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Tesla kini sudah selayaknya perisai baru bagi Amerika Serikat dalam memperkuat hegemoninya pada kontestasi politik global. Sehingga bisa dikatakan politik luar negeri Amerika Serikat bergantung pada kekuatan Tesla dalam membangun jaringan pasar ataupun bisa juga sebaliknya. Integrasi keduanya ini akan sangat sulit untuk membendung hegemoni Amerika Serikat di masa-masa yang akan datang yang bisa jadi mengusung pembaruan teknologi yang dimiliki oleh Tesla sebagai perusahaan multinasionalnya.