Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Belum Bisa Berdamai dengan Masa Lalu, Inner Child Kita Bisa Terluka
15 Desember 2021 21:13 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Willa Cahyadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah tidak kamu merasa ada sesuatu di dalam dirimu yang selalu menghantui pikiran, baik berupa pengalaman maupun trauma yang membekas, terutama kejadian di masa kanak-kanak. Hal tersebut membuat kita menjadi kurang percaya terhadap diri sendiri, tidak bisa memvalidasi perasaan dan rasa ketakutan kita. Bisa jadi karena Inner Child kita terluka.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Inner Child?
Nah, sebenarnya apa sih Inner Child itu? Inner Child adalah sisi kanak-kanak yang terkurung di dalam diri kita dan tidak ikut tumbuh dewasa. Mereka menyimpan semua memori, pengalaman, dan emosi, negatif maupun positif. Jika berbicara tentang Inner Child yang terluka, maka termasuk Inner Child yang negatif. Membuat kita merasa tidak dicintai, tidak diterima, dan merasa tidak aman.
Lalu bagaimana mengenali Inner Child yang terluka tersebut?
Perasaan bersalah saat kamu melakukan sesuatu yang salah adalah hal wajar. Namun menjadi tidak wajar apabila kamu merasa setiap hal buruk yang terjadi di dalam hidupmu, adalah kesalahan kamu. Bahkan, untuk hal-hal yang sudah di luar dari kendalimu. Kamu merasa punya tanggung jawab untuk membuat semua hal yang terjadi harus berjalan dengan baik dan lancar.
ADVERTISEMENT
Apakah kamu sering dibohongi, ditipu, dan dimanipulasi pada masa kanak-kanak mu? Sehingga kamu sekarang selalu was was saat berkenalan maupun berteman dengan orang lain, merasa bahwa mereka memiliki maksud tertentu untuk mendekatimu. Sehingga kamu membangun mekanisme pertahanan diri dengan cara masalah kepercayaan tersebut.
Selalu berkata “Iya” padahal kamu tidak mau dan tidak menginginkannya?
Kamu takut melukai perasaan mereka jika kamu berkata “tidak”? Hal tersebut bisa jadi ciri ciri bahwa Inner Child mu terluka. Satu hal yang harus kamu tanamkan adalah “Kamu tidak perlu bertanggung jawab atas perasaan orang lain”
4. Kesulitan dalam Mengontrol Emosi
Emosi adalah hal yang wajar, bahkan harus dikeluarkan disaat waktu yang tepat. Namun, jika kamu tidak bisa mengontrol emosi tersebut, terutama emosi negatif seperti marah, sedih, putus asa, takut, cemas. Bisa jadi Inner Child di dalam dirimu terluka
ADVERTISEMENT
5. Kesulitan untuk Mengikhlaskan Masa Lalu
Nah, di antara kalian apakah masih ada yang terjebak di masa lalu? Bisa jadi kamu memiliki luka di dalam Inner Child atau sisi kanak kanak mu. Kamu berpikir bahwa dengan lari, dan mengubur hal tersebut di dalam lubuk hati yang paling dalam adalah hal paling tepat dalam menghadapi masalah?
Bukan, tapi karena kamu takut akan menderita kembali, dan tidak memiliki keberanian untuk menghadapinya.
Cara berdamai dengan Inner Child yang terluka
Berikut beberapa cara yang bisa dicoba untuk berdamai dan memaafkan "luka" lama yang kamu miliki.
1. Sadari dan Terima Bahwa Mereka Ada di Dalam Diri Kita
Inner Child yang terluka tidak akan hilang dengan kamu yang menghiraukan perasaan tersebut. “Dia” selalu ada di sana sambil berkata “aku di sini, kamu tidak bisa menghindari dan lari dariku” sampai kamu bisa memvalidasi perasaan tersebut hingga akhirnya kamu dan “dia” bisa merasa aman dengan perasaan tersebut. Kamu bisa membuat “deep conversation” dengan sisi anak di dalam diri kamu tersebut, meminta maaf karena selama ini kamu memilih lari daripada menemaninya yang tersiksa sendirian.
ADVERTISEMENT
2. Memaafkan, Bukan Melupakan
Terkadang kita berpikir bahwa dengan melupakan pengalaman buruk tersebut, bisa membantu kita untuk keluar dari perasaan menyakitkan tersebut. Salah. Dengan melupakan justru membawa pengalaman buruk tersebut menjadi trauma untuk diri kita. Trauma terberat adalah saat di mana kita tidak bisa mengingat penyebab trauma tersebut. Maka dari itu cobalah secara bertahap untuk menghadapi kenyataan tentang semua pengalaman buruk yang telah terjadi pada dirimu. Sehingga nantinya kamu bisa sampai di tahap mengikhlaskan semuanya.
3. Mengenali Emosi dalam Diri Kita
Seringkali, kita melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara represif atau penekanan terhadap emosi emosi yang seharusnya kita keluarkan. Validasi terhadap emosi sangat penting agar tidak terpendam. Sehingga kita bisa mengeksplorasi dan mengidentifikasi emosi emosi negatif di dalam diri kita, untuk kita hadapi di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
4. Meminta Bantuan Profesional
Tahapan terakhir jika kamu merasa tak kunjung bisa berdamai dengan “luka” tersebut, pergilah ke profesional seperti Psikolog, untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut yang bisa membantumu untuk menyembuhkan perasaan luka di dalam Inner Child mu, supaya tidak menjadi konflik berkepanjangan di dalam dirimu.
Referensi :
Kneisl, C. R. (1991). Healing the wounded, neglected inner child of the past. The Nursing Clinics of North America, 26(3), 745-755.