Konten dari Pengguna

Apakah Konservasi Diversitas Lebah Dapat Membantu Mencegah COVID-19?

Windra Priawandiputra
Penulis berprofesi sebagai dosen dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2015.
20 Mei 2020 7:49 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Windra Priawandiputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lebah Foto: pieterz
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lebah Foto: pieterz
ADVERTISEMENT
Pelestarian dan pengelolaan dari berbagai jenis lebah, termasuk lebah yang menghasilkan madu di Indonesia merupakan pondasi penting yang seharusnya sangatlah kokoh dalam mendukung pelestarian lingkungan dan pengembangan produk perlebahan seperti madu dan propolis yang memiliki potensi dalam mencegah penyakit COVID-19. Sebagaimana kita ketahui, wabah COVID-19 sangat berdampak besar dalam kehidupan manusia sehingga orang berlomba-lomba untuk mencari cara dalam mencegah dan menyembuhkan dari penyakit tersebut. Salah satu yang dipercaya mampu untuk menangkalnya adalah dengan meminum madu. Walaupun demikian, lebah yang memproduksi madu mengalami masalah yaitu penurunan populasi.
ADVERTISEMENT
Ancaman terhadap eksistensi serangga terutama serangga berguna seperti lebah sudah banyak mendapatkan sorotan dari berbagai pihak dari negara-negara barat sampai dengan perusahaan raksasa “Google”.
Pada Earth Day 22 April 2020, Google yang berkolaborasi dengan the honeybee conservancy menampilkan google doodle berupa animasi interaktif dan menarik mengenai lebah madu yang menyerbuki berbagai macam tumbuhan berbunga.
Bagaimana tidak mendapatkan perhatian khusus, karena lebah ini merupakan serangga yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia baik sebagai penghasil madu maupun sebagai penyerbuk tumbuhan liar dan tanaman budidaya.
Dr. Tri Atmowidi, dosen dari Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB), menunjukkan bahwa betapa pentingnya jasa penyerbukan lebah lokal terhadap tumbuhan karena penyerbukannya akan mempengaruhi perkembangan kualitas dan produktivitas biji dan buah yang selanjutnya memberikan pengaruh ke keberlangsungan hidup tumbuhan (Gambar 1). Oleh karena itu, lebah memiliki peranan penting dalam mendukung penyelamatan bumi.
Gambar 1. Lebah tanpa sengat jenis Tetrigona apicalis yang berperan sebagai penyerbuk mengunjungi bunga jenis Turnera ulmifolia
Bagaimana dengan perhatian Indonesia terhadap lebah? Indonesia akan sangat rugi jika tidak ikut memberikan perhatian yang besar pada lebah ini mengingat Indonesia memiliki beranekaragam jenis lebah di setiap wilayahnya dimana salah satu lebah terbesar (Megachile pluto) di dunia hanya dapat ditemukan di Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Dr. Sih Kahono, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), memperkirakan terdapat lebih dari 456 jenis lebah ada di Indonesia dan diyakini dapat bertambah karena masih banyak daerah yang belum banyak dieksplorasi.
Lebah madu yang dapat ditemukan di Indonesia ada 7 jenis (Apis andreniformis, A. dorsata, A. cerana, A. koschevnikovi, A. nigrocincta, A. florea, dan A. mellifera) dari 9 jenis lebah madu yang ada di dunia. Selain itu, terdapat pula lebah tanpa sengat (stingless bees) seperti Tetragonula laeviceps dan Heterotrigona itama yang juga banyak dibudidayakan dan dapat memproduksi madu dan propolis.
Jumlah jenisnya bahkan lebih banyak daripada lebah madu yaitu diperkirakan 46 jenis di Indonesia dari kira-kira 500 yang ada di dunia. Belum lagi jumlah jenis lebah yang tidak termasuk ke dalam lebah madu dan lebah tanpa sengat yang jumlah jenisnya belum dapat dipastikan.
ADVERTISEMENT
Dr. Rika Raffiudin dari Departemen Biologi IPB, menambahkan bahwa selain keanekaragaman jenis, keragaman genetik lebah di Indonesia juga sangatlah luar biasa. Sayang sekali jika hal tersebut hilang sebelum dapat dipelajari. Indonesia dengan memiliki tingginya keanekaragaman jenis dan genetik lebah ini menunjukkan adanya kekuatan dan keunggulan yang sangat besar yang seharusnya dengan tanggung jawab yang besar pula dalam melestarikannya.
Keanekaragaman lebah madu dan lebah tanpa sengat di Indonesia juga berpotensi dalam memproduksi berbagai macam variasi karakteristik madu dan propolis yang berbeda-beda (Gambar 2). Beberapa penelitian melaporkan bahwa madu dan propolis ini memberikan banyak manfaat kesehatan bagi tubuh manusia seperti antioksidan, antimikroba, peningkatan sistem imun, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, tidak salah jika produk yang dihasilkan lebah tersebut dapat berpotensi dan sangat menjanjikan sebagai antivirus SARS CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Lebih lanjut,
ADVERTISEMENT
Dr. Muhammad Sahlan, dosen Teknik Kimia Universitas Indonesia (UI), mengungkapkan bahwa propolis asli Indonesia yang ia teliti memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia dimana tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis tersebut memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus COVID-19.
Walaupun demikian, penelitiannya belum masuk ke dalam tahapan uji klinis. Selain itu, terdapat setidaknya 16 studi lainnya yang masih berjalan mengenai penggunaan madu dalam mengobati pasien COVID-19.
Belum lagi berbagai macam madu dan propolis dari jenis-jenis lebah berbeda dan sumber pakan berbeda yang belum dicari kemanfaatan spesifiknya untuk kesehatan. Oleh karena itu, perlu lebih banyak kajian ilmiah lainnya dalam mendukung potensi dan pemanfaatan produk lebah ini.
ADVERTISEMENT
Sebelum masuk ke dalam pengembangan produk lebah lebih dalam, sesuatu hal yang krusial dan penting adalah mengkonservasi organisme penghasil produk tersebut yaitu lebah dengan memastikan keberlangsungan kehidupannya.
Gambar 2. Penulis mencicipi madu dari lebah tanpa sengat dari sarangnya.
Fenomena penurunan dan hilangnya populasi lebah utamanya pada jenis lebah madu eropa Apis mellifera atau sering disebut Colony Colapse Disorder (CCD) pertama kali diungkap secara serius pada tahun 2006 di Amerika Serikat dan menyebar ke seluruh belahan dunia.
Banyaknya lebah madu yang mati dan hilang memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian. Food and Agriculture Organization (FAO) bahkan menghitung estimasi nilai dari penyerbukan dari lebah madu sebesar 200 Miliar Dolar pada tahun 2005.
Apa penyebab fenomena penurunan lebah ini terjadi? Beberapa faktor seperti pestisida, infeksi pathogen Varroa, hilangnya habitat, malnutrisi, perubahan musim dan faktor genetik diperkirakan dapat menyebabkan fenomena ini terjadi.
ADVERTISEMENT
Usaha untuk menanggulangi penurunan populasi lebah dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni-Eropa dengan membuat Action Plan baik berupa kebijakan ataupun pelaksanaan teknis. Sayangnya, isu penurunan populasi lebah ini belum banyak disorot di Indonesia karena industri perlebahan belum memberikan dampak besar secara langsung pada ekonomi nasional dan belum adanya data yang cukup untuk menyimpulkan penurunan populasi lebah di Indonesia.
Bagaimanapun, Indonesia perlu melestarikan diversitas lebah tanpa perlu menunggu sampai adanya penurunan populasi lebah. Oleh karena itu, penelitian perlu banyak dilakukan terkait perlebahan di Indonesia untuk mendukung konservasi keanekaragaman lebah di Indonesia.
Demi keberlangsungan lebah-lebah Indonesia (Gambar 3), tindakan konservasi kenekaragaman lebah perlu dilakukan di Indonesia yang sejalan dengan UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada Pasal 1 angka 2, yaitu konservasi sumber daya alam hayati merupakan pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
ADVERTISEMENT
Tiga hal utama dapat menjadi acuan dalam melakukan konservasi keanekaragaman lebah di Indonesia dimana semua pihak dapat terlibat di dalamnya.
Gambar 3. Koloni dari Lophotrigona canifrons yang dapat menghasilkan madu dan propolis yang banyak perlu untuk dilestarikan dan dikelola dengan baik.
Pertama, konservasi habitat alami lebah lokal Indonesia termasuk didalamnya menjaga sumber makanan dan sarang, pembatasan penggunaan pestisida, meminimalisir penyakit, dan menutup masuknya jenis lebah asing. Perubahan habitat alami bukan hanya menyebabkan hilangnya jenis lebah tetapi juga tumbuhan liar lokal sebagai pakannya.
Habitat alami lebah lokal dapat berupa hutan ataupun landskap pertanian mosaik yang dapat mendukung sumber makanan dan sarang. Pemanfaatan dari produk lebah dapat dilakukan dengan memanfatkan kawasan sekitaran hutan dengan catatan tidak mengambil sumber daya lebah secara berlebihan seperti mengambil koloni lebah di alam dengan merusak pohon dan menjualnya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dapat diganti dengan melakukan perbanyakan koloni secara alami dari alam liar dan membawanya sebagai sumber koloni untuk peternakan lebah di wilayahnya. Pengiriman jenis lebah asing ke lingkungan baru seperti pengiriman lebah dari Pulau Sumatra ke Pulau Jawa ataupun sebaliknya (pengiriman antar pulau) juga perlu diwaspadai karena hal tersebut bukan hanya dapat menyebabkan kepunahan ataupun kerugian bagi jenis lebah aslinya tapi juga akan mengganggu dan merusak keseimbangan alam.
Kedua, peningkatan kualitas ataupun restorasi habitat lebah yang terganggu yaitu dengan banyak menanam tanaman lokal yang memberikan sumber pakan bagi lebah.
Habitat lebah yang terganggu biasanya berada di daerah urban atau pemukiman dan pertanian monokultur yang ekstensif. Masyarakat urban dapat berpartisipasi dalam mengkonservasi lebah dengan memelihara lebah lokal dan menanam tanaman yang ramah terhadap lebah di halaman rumahnya.
ADVERTISEMENT
Koneksi habitat yang mendukung lebah tersebut antar pemukiman merupakan sebuah langkah konservasi nyata di daerah urban.
Ketiga, konservasi publik berupa peningkatan kapasitas sumberdaya manusia terkait pengetahuan dan aksinya terhadap konservasi perlebahan.
Pelatihan bukan hanya bagi peneliti tapi juga peternak lebah dan masyarakat terkait keanekaragaman, distribusi dan peternakan lebah lokal.
Penelitian mengenai lebah masih banyak yang perlu dikerjakan karena data mengenai jenis lebah baik distribusi maupun kelimpahannya masihlah sangat kurang di Indonesia.
Gerakan masyarakat dapat pula dimunculkan seperti Prof. Dr. Damayanti Buchori yang mewakili Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) yang memiliki inisiatif yang besar dalam membentuk Indonesian Pollinator Initiative termasuk lebah di dalamnya.
Gerakan tersebut bermanfaat dalam mempromosikan konservasi keanekaragaman lebah termasuk pengelolaannya secara bijaksana di hutan, pertanian dan ekosistem lainnya. Terakhir, dukungan politik juga sangat penting demi terciptanya kebijakan-kebijakan yang mendukung.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat secara bijak memilih anggota dewan yang peduli terhadap lingkungan secara umum dan secara khusus pada perlebahan.
Pelestarian, perlindungan dan pengelolaan jangka panjang terhadap lingkungan dan keanekaragaman sumberdaya hayati terutama lebah secara bijaksana di Indonesia melalui tiga hal di atas menjadi kekuatan dan keunggulan Negara ini.
Seluruh masyarakat juga perlu turut peduli dan berpartisipasi dalam mengkonservasi dan mengelola keanekaragaman lebahnya, jangan sampai masyarakat dari Negara lain yang lebih peduli dan lebih banyak memanfaatkannya.
Jika konservasi berhasil dilakukan dan lebah mendapatkan tempat dan makanan yang mendukung maka manusia juga akan mendapatkan makanan yang baik dan sehat pula.
SELAMAT HARI LEBAH SEDUNIA "WORLD BEE DAY"
ADVERTISEMENT
"20 Mei 2020"
Penulis
Windra Priawandiputra, Ph.D.
(Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor)