Cerita Sudirman Said soal Mafia Migas dan Papa Minta Saham

16 Oktober 2017 18:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sudirman Said di Semarang (Foto: Dok. Tim Media Sudirman Said)
zoom-in-whitePerbesar
Sudirman Said di Semarang (Foto: Dok. Tim Media Sudirman Said)
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan bagi bakal calon gubernur Jawa Tengah Sudirman Said tidak bisa disubkontrakan (outsource). Menurutnya kepemimpinan menyangkut keteladanan, visi dan misi, kerja keras, serta kejujuran.
ADVERTISEMENT
"Kalau bikin program gampang, menyusun anggaran mudah banyak ahlinya. Bisa dioutsource. Tapi yang paling penting adalah bagaimana cara mengelola itu semua," kata Sudirman dalam acara Focus Discussion Group (FGD) bertajuk Membangun Jawa Tengah, Senin (16/10) di Semarang
Kepemimpinan, lanjut Sudirman, menjadi kunci jalan tidaknya program yang disusun. Jika pemimpinnya baik, jujur, lurus, tidak memiliki kepentingan pribadi maka banyak hal sulit bisa diselesaikan. Jalan keluarpun selalu ada.
Menurut dia, seringkali pemimpin sulit mencari jalan keluar karena berbenturan dengan kepentingan pribadi atau kelompoknya. "Kalau semata-mata bekerja untuk kepentingan rakyat maka mencari jalan keluar relatif lebih mudah," ujar dia.
Sudirman Said di Semarang (Foto: Dok. Tim Media Sudirman Said)
zoom-in-whitePerbesar
Sudirman Said di Semarang (Foto: Dok. Tim Media Sudirman Said)
Sudirman mencontohkan, dalam perjalanan karirnya dia banyak menyelesaikan persoalan-persoalan pelik. Misalnya, dia pernah ditugasi membenahi bisnis TNI, kemudian membangun kembali Aceh dan Nias melalui Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh dan Nias, membereskan sistem pengadaan barang di Pertamina, juga membereskan bisnis PT Pindad.
ADVERTISEMENT
Saat menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman juga memangkas mafia migas dengan menutup PT Petral, perusahaan yang menjadi perantara impor bahan bakar minyak. Triliunan rupiah uang negara dapat dihemat dari pembubaran Petral.
"Setiap tahun ada Rp 12 triliun yang bisa dihemat dari pembubaran Petral," terang Sudirman yang juga Ketua Institut Harkat Negeri itu.
Dan kerja beres-beres ala Sudirman yang paling fenomenal adalah saat ia membongkar kongkalingkong dalam perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia. Dalam upaya, yang kemudian dikenal dengan kasus Papa Minta Saham ini, Sudirman berhadapan dengan kekuatan besar, yang kemudian membuatnya "lulus lebih cepat" dari Kabinet Kerja.
Pekerjaan beres-beres berikutnya yang ditangani, pria kelahiran Brebes ini adalah saat ditunjuk Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi Ketua Tim Sinkronisasi. Di sini Sudirman menjadi jembatan untuk menyelaraskan program dan janji kampanye Anies-Sandi dengan program kerja yang telah dibuat gubernur sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Tugas ini pun diselesaikan dengan baik. Bahkan baik Anies maupun Sandi menyatakan puas atas kinerja Tim Sinkronisasi yang dipimpin Sudirman Said.
"Intinya, kalau pemimpin bekerja semata untuk perbaikan dan kesejahteraan rakyat maka akan selalu mudah mencari jalan keluar bagi tiap persoalan yang ada," imbuh dia.
Untuk itu Sudirman mengajak orang-orang baik terjun mewarnai dunia politik agar makin banyak pemimpin yang bisa dijadikan teladan.
"Dengan begitu keprihatinan masyarakat dengan makin banyaknya kepala daerah yang terkena OTT bisa dihindarkan," ujar Sudirman.
Turut hadir dalam FGD hari ini bakal calon lawan Sudirman di Pilgub Jateng. Mereka antara lain Ferry Juliantono, Bupati Kudus Musthofa Wardoyo, Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito dan Wakil Gubernur Jateng saat ini Heru Sudjatmoko.
ADVERTISEMENT