news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Orang yang Ingin Bunuh Diri karena Depresi Hanya Butuh Didengarkan

27 Juli 2017 17:26 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Listy Into the Light (Foto: dok. kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Listy Into the Light (Foto: dok. kumparan)
ADVERTISEMENT
"Bunuh diri bukanlah jalan terbaik."
Kalimat itu menjadi kalimat pamungkas dari seseorang yang pernah mencoba mengakhiri hidupnya. Mereka sempat depresi kemudian menjauh dan merasa tak berguna lagi.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah mencari 'teman', mereka pun akhirnya sadar bahwa mereka tak sendiri.
Pengalaman hampir bunuh diri pernah dirasakan oleh Listiany Novianti. Dia adalah seorang survivor yang kini aktif di LSM Into the Light. LSM ini menjadi wadah bagi mereka yang satu rasa. Sama-sama pernah terjerembab dalam lubang-lubang masalah yang membuat mereka terhimpit dan ingin bunuh diri.
Diwawancarai kumparan (kumparan.com), Rabu (26/7), Listy berbagi dan mengajak semua yang punya masalah untuk bergandengan tangan menatap langit kebahagiaan.
"Orang depresi itu hanya ingin didengarkan, ditemani, ingin ada perhatian. Dan apa yang saya alami itu adalah nyata, bukan hanya kesedihan yang hanya sedih seketika," kata Listy.
Berikut wawancara lengkap kumparan dengan Listy:
ADVERTISEMENT
Bisa diceritakan kisah Anda bagaimana bisa bertemu dengan Into the Light?
Pertama kali tahu Into the Light dari tahun 2016. Waktu itu saya baca di Twitter tentang suicide, ada yang nge-add Twitter-nya Into the Light lalu saya buka. Lalu saya lihat komunitas apa nih, oh ternyata ini berhubungan dengan komunitas tentang upaya pencegahan bunuh diri.
Dari situ saya teringat, biasanya bunuh diri linknya sama dengan depresi, lalu saya kirim email di Into the Light, dan kebetulan lagi buka rekrutmen. Saya di situ bilang, saya adalah orang yang pernah depresi dan kebetulan saya ingin gabung di situ karena teman saya depresi dan saya ingin tau gimana caranya nolong teman saya yang depresi itu.
ADVERTISEMENT
Ketika saya masuk ke Into the Light saya mendapatkan edukasi dan teman yang banyak dan ngerasa tidak sendirian. Banyak teman -teman saya yang mengalami pengalaman yang sama yang pernah depresi dan down.
Apa perubahan yang dirasakan setelah bertemu Into the Light? Bisa diceritakan perbedaannya dengan dulu?
Kalau dulu saya ngerasa sendiri ya, walaupun saya punya temen dan mereka tidak tahu apakah saya punya depresi atau stres atau apa pun, itu kembali lagi ke orang terdekat.
Tapi bagaimana mereka orang terdekat yang tidak mengerti, makanya saya menemukan komunitas Into the Light. Saya mendapatkan pembelajaran baru dan teman-teman yang mengerti tentang kesehatan mental, depresi, apa yang harus dilakukan, apa yang harus tidak dilakukan, dari situ wawasan saya bertambah luas.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya bantuan seperti apa yang Anda butuhkan ketika depresi?
Kalau dari perspektif saya orang depresi itu hanya ingin didengarkan, ditemani, ingin ada perhatian. Dan apa yang saya alami itu adalah nyata, bukan hanya kesedihan yang hanya sedih seketika.
Depresi itu kesedihan yang lama dan ketika reach out dengan orang terdekat tapi malah nge-judge dan itu membikin malah makin down. Intinya kalau dari segi orang yang dipress gitu. Agar orang menstigma, men-judge dengan perkataan-perkataan sekenanya dan sebenarnya dengan ada mereka di situ, mereka mendengar apa keluh kesahnya dan hanya mendengarkan atau hanya dengan kehadirannya saja it's make me feel better.
Kalau ada yang mau menolong orang depresi, sebaiknya apa yang harus dilakukan?
ADVERTISEMENT
Tanya dulu yah, kalau dijawab “enggak kenapa-kenapa” jangan dulu maksa. Entar lama-lama bikin dia nyaman, bikin dia percaya sama kamu, sampai dia mau siap untuk cerita masalah dia.
Dan ketika dia sudah cerita jangan kasih advice intinya jangan komen-komen , hanya diam mendengarkan keluh kesahnya saja. Be there for them, itu yang dibutuhkan tanpa nge-judge, tanpa ngasih kebanyakan komen yang men-disregard seperti "ah, mukin kamu lebay, ah ini kayaknya orang banyak yang kayak gini, sama masalah kamu sama orang lain”. Hal-hal itu yang membuat beban bagi si penderita, jadi membuat dia menarik diri untuk menceritakan masalahnya ke orang lain
Bagaimana sebaiknya seorang orang tua bersikap ketika tahu anaknya mulai depresi?
ADVERTISEMENT
Harusnya orang tua support anaknya, ada untuk anaknya, ada di mana saat anaknya membutuhkan bantuan dan orang tua jangan menambah bebannya dengan perkataan yang tidak penting.
Dan saat anak sedang depresi orang tua cukup dengan hadir memeluknya, mendengarkan keluh kesahnya, support anaknya mau apa dan dicarikan bantuan. Apakah itu dengan mencarikan teman dan profesional, apakah itu dengan psikolog atau psikiater.
Menurut Anda, layanan bantuan di Indonesia untuk mereka yang depresi apakah sudah memadai? Ada saran?
Kalau yang dari saya lihat, saatnya ini kurang untuk layanan mental health apalagi kalau hotline. Suicide hotline di Indonesia sepertinya belum bergerak. Saya pernah baca di salah satu Twitter, ada user yang bilang, ketika itu saat dia sedang depresi berat dan hotline yang dia tahu hanyalah dari Kemenkes, tapi ketika ditelepon, teleponnya enggak diangkat.
ADVERTISEMENT
Dan ketika pun diangkat, advice yang diterima adalah lebih banyak doa dan bersyukur. Bener, itu saya baca di Twiiter karena kemarin sedang ramai kasus suicide dan depression kan. Oleh karena itu saya ada baca di TL ternyata dia bilang seperti itu “di Indonesia itu hotline Kemenkes itu tidak berjalan sesuai dengan kinerjanya, tidak baik.“
Bisa tolong berbagai pesan ke teman-teman di luar sana: kamu enggak sendiri.
Untuk orang orang yang di luar sana, saya sebagai orang yang pernah depresi, saya merasakan hal itu berat melangkah pertama kali. Tapi langkah itu harus dilakukan dengan reach out ke teman atau ke keluarga atau ke seorang yang dipercayai.
Kalau itu semua enggak ada kamu reach out ke komunitas dan di sana kamu tidak sendiri, bakal ada orang lain yang care, yang peduli sama kamu. Walaupun itu berat, langkah pertama itu yang akan membuatmu jadi lebih baik.
ADVERTISEMENT