Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Nasi Berkat yang Dirindukan
27 Oktober 2021 18:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Wuryanti Sri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sore itu aku kecil dan adikku sepakat tidak makan dulu sebelum bapak pulang dari tetangga yang mengadakan acara kenduri atau selamatan akan menikahkan putrinya. Kami sengaja menunggu nasi berkat yang akan dibawa bapak. Bayangan makan nasi berkat dengan aneka lauk sudah membuat mata kami berbinar ceria.
ADVERTISEMENT
Bukan karena kami di rumah tak punya sesuatu yang dimakan, tapi karena ada sensasi nikmat tambahan ketika makan nasi berkat bersama-sama pakai tangan di satu tempat. Sederhana sekali. Apalagi kami berdua punya lauk dan sayur favorit yang tidak sama sehingga satu paket nasi berkat cukup mengenyangkan bahkan sering tidak kuat untuk menghabiskan.
Satu paket nasi berkat terbukti mampu mendongkrak nafsu makan kami yang lebih sering menurun. Padahal di rumah kadangkala ibu sudah masak sayur seperti yang ada di nasi berkat, tapi bagi kami yang di nasi berkat serasa lebih gurih dan nikmat. Aku kecil dan adikku dengan lahap menyantap dan terlihat rona bahagia di wajah ibu bapakku meski mereka dan hanya dapat sisa dari kami bahkan sering tidak kebagian.
ADVERTISEMENT
*
Bulan Dzulhijjah atau disebut juga bulan Haji, yaitu bulan yang dipercaya oleh sebagian warga merupakan bulan paling baik untuk melaksanakan pernikahan. Di bulan ini, banyak warga masyarakat di kampung mengadakan tradisi selamatan pernikahan, sehari sebelum pelaksanaan atau perhelatan berlangsung.
Yaitu acara selamatan dengan berdoa bersama beberapa warga sekitar, memohon kepada Allah agar acara pernikahan nantinya berjalan lancar, sukses dan tak ada gangguan yang berarti. Dan yang lebih penting sebenarnya adalah semacam syukuran atas karunia-Nya, sang anak telah menemukan jodoh sebagai pendamping hidup.
Selain bulan Dzulhijjah, di Bulan Syakban dalam kalender Islam atau bulan Ruwah dalam kalender Jawa, acara selamatan juga masih sering kita temui di kampung-kampung. Orang-orang menyebutnya Ruwahan yaitu selamatan dengan mengirim doa untuk orang tua, saudara, anak yang telah mendahului kita.
ADVERTISEMENT
Tradisi Ruwahan hingga kini masih ada meski tak seramai dulu ketika aku kecil. Saking banyaknya warga yang mengadakan Ruwahan sehingga dalam sehari kadang ada beberapa besek nasi berkat yang kami terima. Ya, dulu paket nasi berkat dikemas dalam sebuah besek yaitu sebuah wadah segi empat dan tutupnya yang terbuat dari anyaman bambu.
Selamatan-selamatan tersebut belum lengkap tanpa sebuah paket nasi yang akan dibawa pulang oleh orang-orang yang kebetulan ikut atau diundang dalam acara selamatan. Isi paket biasanya berupa nasi putih dengan lauk sederhana atau mewah, kadang masih ditambah beberapa penganan khas dan buah. Selain nasi putih, paket nasinya kadang berupa nasi uduk yaitu nasi yang dimasak dengan santan.
Pada saat aku masih kecil, nasi berkat memakai wadah yang disebut dhekon yaitu anyaman dari daun kelapa setengah tua yang berwarna hijau, dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai wadah segi empat untuk nasi dan pelengkapnya. Yang model dhekon ini sekarang sudah tidak ada karena dianggap kurang praktis.
ADVERTISEMENT
Waktu berjalan dan zaman pun berubah. Besek yang dari anyaman bambu di beberapa daerah masih dipakai tapi yang paling sering kita temui adalah nasi berkat yang dikemas dalam kardus dengan berbagai ukuran. Ada juga yang menggunakan baskom plastik sebagai wadah dan ini sangat mudah didapatkan karena stok di pasar melimpah.
Meskipun acara selamatannya berbeda-beda, dari syukuran kehamilan, kelahiran, menjelang pernikahan sampai syukuran kelulusan dan sebagainya, namun seakan sudah menjadi ciri khas, nasi berkat di beberapa daerah memiliki kesamaan dalam hal lauk-pauknya. Misalnya, selalu ada telor, ada mi goreng, ayam dengan berbagai resep atau ikan, tahu dan tempe. Masih ditambah lagi dengan tumis sayur dan kerupuk.
*
Nasi berkat dan acara selamatan di kampung merupakan dua sejoli yang selalu hadir sebagai wujud rasa syukur. Syukur kepada Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan kepada setiap hamba-Nya. Tradisi turun-temurun ini masih tetap memiliki nilai-nilai positif yang bisa kita kembangkan seiring perkembangan zaman. Selain ada rasa syukur yang melatarbelakangi, ada juga niat berbagi yang menyertai.
ADVERTISEMENT
Menyantap nasi berkat bersama keluarga, saudara maupun handai taulan serasa ada nikmat lebih meskipun menu dalam berkat tersebut sederhana. Mungkin karena ada doa sehingga berkah itu ada. Sensasi sedap dan nikmat ketika makan nasi berkat menyebabkan lahirnya berbagai rasa yang tersimpan di dada.
Ketika sudah cukup lama hidup di kota dengan segala kesibukan dan rutinitas yang kadang membosankan, sering tiba-tiba terbersit rasa rindu yang tak terkira akan suasana kampung. Terbayang makan nasi berkat rame-rame, saat fokus menikmati adalah sesuatu yang langka dan terasa mahal untuk saat ini. Seperti kata adikku suatu hari, "Mbak, aku kangen rumah, ingin mudik sebentar, aku kangen makan nasi berkat seperti dulu."