Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Analisis: Daya Kreasi Real Madrid yang Meluluhlantakkan Juventus
4 Juni 2017 7:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Di luar dugaan. Itu adalah gambaran dari hasil pertandingan final antara Juventus dengan Real Madrid pada babak final Liga Champions pada Minggu (4/6) dini hari WIB. Alasan pertama, Juventus tak lagi tampil sebagai underdog seperti di musim 2014/2015 dan yang kedua adalah penampilan meyakinkan "Si Nyonya Tua" sejak wasit Felix Brych meniup peluit tanda dimulainya pertandingan.
ADVERTISEMENT
Juventus menurunkan skuat yang sama saat mereka sukses menaklukkan AS Monaco di babak semifinal. Skema 3-4-2-1 dipakai Massimiliano Allegri untuk mengantisipasi gempuran dari sisi sayap Madrid; serupa dengan pola serangan Les Monégasques.
Tapi, El Real jelas berbeda. Lini tengah mereka kaya akan kreativitas yang kemudian menjadi pembeda pada laga kali ini. Tak lupa, Real Madrid juga punya Zinedine Zidane yang piawai mengoptimalkan peran pemain-pemain asuhannya.
[Baca Juga: Real Madrid Juara Liga Champions! ]
***.
Menekan sejak awal pertandingan lewat pressing tinggi membuat Juventus sukses memojokkan Madrid. Apalagi, dalam rentang lima menit ada tiga tembakan tepat sasaran yang mengancam gawang Keylor Navas.
Rencana Juventus berhasil, setidaknya hingga 20 menit awal. Madrid dipaksa bermain ke sisi sayap dengan memadatkan pemain di lini tengah pertahanan. Akibatnya, El Real nihil peluang. Trio Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli, dan Leonardo Bonucci masih terlalu tangguh untuk dikalahkan dalam duel udara.
ADVERTISEMENT
Paulo Dybala yang bermain dinamis juga ditugaskan membantu Sami Khedira dan Miralem Pjanic di lini tengah. Meski konsekuensinya dia harus menerima kartu kuning saat laga baru berjalan 12 menit.
[Baca Juga: Superioritas Madrid di Atas Kemalangan Juventus ]
Di tengah-tengah tekanan yang dilancarkan Juventus itulah Cristiano Ronaldo membuktikan kelasnya. Dia berhasil memanfaatkan minimnya peluang ada dan mengonversinya menjadi gol. Padahal, itu adalah upaya pertama Madrid di laga tersebut.
Pada awal babak kedua, Madrid lebih mendominasi permainan setelah mereka semakin meningkatkan intensitas pressing. Hasilnya, mereka tak hanya mampu menyumbat aliran bola Juventus, tetapi juga menekan pertahanan lawannya itu. Kondisi tersebut sukses dimanfaatkan dengan baik oleh lini kedua Madrid. Tembakan spekulasi Casemiro sukses memaksa Buffon memungut bola untuk kedua kalinya.
ADVERTISEMENT
[Baca Juga: Man of the Match Versi kumparan: Casemiro ]
Casemiro tak hanya jadi unsung hero lewat satu gol yang dicetaknya, melainkan juga keberhasilannya meredam lini serang Juventus. Pemain yang sempat dipinjamkan ke FC Porto itu berhasil mencatatkan 7 tekel sukses -- terbanyak dibanding para pemain lainnya.
Alhasil, Dybala yang jadi kreator penghubung lini depan Juventus pun tak bisa berkutik. Pemain berusia 23 tahun itu tercatat telah kehilangan penguasaan bola sebanyak lima kali. Gamblangnya, Casemiro memperlakukan Dybala seperti dia memperlakukan Lionel Messi di laga El Clasico terakhir. Bedanya, Messi mampu mengatasinya, sedangkan Dybala? Mungkin belum saatnya.
Bisa dikatakan satu-satunya pemain Juventus yang memberikan pengaruh signifikan adalah Mario Mandzukic. Terlepas dari gol cantik yang dicetaknya, dia juga turut berkontribusi dalam menjaga pertahanan dengan tiga tekel sukses dan tiga kali unggul dalam duel udara.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, keputusan Zidane untuk mengubah posisi Isco sebagai gelandang serang juga terbukti jitu. Berkat kreativitasnya, barisan pertahanan Juventus yang susah ditembus dari sisi sayap kini lebih mudah dieskploitasi, khususnya di sektor kiri. Gol ketiga Madrid yang dicetak Ronaldo setelah memanfaatkan umpan cantik dari Luka Modric jadi buktinya. Perlu diketahui, tiga dari empat Madrid gol terjadi via umpan silang yang notabene merupakan senjata andalan mereka.
Keberhasilan tersebut tak terlepas dari kontribusi kedua full-back mereka, Dani Carvajal dan Marcelo. Keduanya benar-benar merefleksikan arti dari agresivitas yang jadi ciri khas Madrid di musim ini lewat masing-masing satu assist yang ditorehkannya.
[Baca Juga: Cristiano Ronaldo, Kryptonite untuk Gianluigi Buffon ]
ADVERTISEMENT
Menghakimi Allegri atas hasil buruk yang diterima Juventus bukanlah keputusan bijak. Untuk lepas dari tekanan Madrid di babak kedua dan membantu Dani Alves yang tampil melempem, dirinya kemudian menurunkan Juan Cuadrado. Namun, harapan terkadang memang menjauh dari realita. Cuadrado pun dijatuhi kartu merah setelah dituduh mendorong Sergio Ramos.
Di samping itu, Juventus juga tak memiliki kedalaman skuat yang memadai sebagai opsi alternatif. Claudio Marchisio yang diturunkan sebagai bentuk antisipasi dari kartu kuning yang sudah diterima Pjanic jelas lebih masuk akal ketimbang menukar Mario Lemina dengan Dybala dengan alasan yang sama. Praktis, Juventus hanya mengandalkan Mario Mandzukic serta Gonzalo Higuain di lini depan dengan sesekali dibantu oleh Alves dan Alex Sandro.
ADVERTISEMENT
Di akhir-akhir laga, Juventus bahkan harus menerima kenyataan bahwa Real Madrid bisa menurunkan Gareth Bale yang belum fit dan Marco Asensio yang masih belia. Hebatnya, nama yang disebut terakhir itu sukses menutup pesta gol Los Blancos.