Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mendedah Kelayakan Para Penggawa Baru Manchester United dan Liverpool
12 Januari 2017 15:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Manchester United dan Liverpool sama-sama melakukan pembenahan yang cukup signifikan pada musim 2016/17 ini. Jika Manchester United ingin segera bisa kembali jadi tim yang disegani di Premier League, Liverpool ingin agar gelar juara itu tak sekadar hampir dan hampir. Tak hanya pemain, Manchester United pun mendatangkan sosok manajer baru dalam diri Jose Mourinho.
ADVERTISEMENT
Pada musim ini, Manchester United mendatangkan empat pemain baru dalam diri Paul Pogba (89,5 juta poundsterling dari Juventus), Henrikh Mkhitaryan (26,3 juta pound dari Borussia Dortmund), Eric Bailly (30 juta pound dari Villarreal), dan Zlatan Ibrahimovic (bebas transfer dari Paris Saint-Germain). Sementara itu, Liverpool mendatangkan Sadio Mane (35,02 juta pound dari Southampton), Georginio Wijnaldum (23,38 juta pound dari Newcastle United), Loris Karius (5,27 juta pound dari Mainz), Ragnar Klavan (4,25 juta pound dari Augsburg), Joel Matip (bebas transfer dari Schalke 04), dan Alex Manninger (bebas transfer dari Augsburg).
Di sini, kumparan berusaha untuk memberi penilaian yang adil atas keberhasilan seluruh transfer tersebut. Perlu dicatat bahwa di sini, kami menggunakan data dan fakta objektif, bukan sentimen pribadi.
ADVERTISEMENT
MANCHESTER UNITED
Eric Bailly
Pesepak bola asal Pantai Gading ini didatangkan dari Villarreal dengan harapan agar bisa memperkuat lini belakang Manchester United yang dikenal keropos dalam beberapa tahun belakangan. Tak hanya kuat dan cepat, Bailly juga memiliki kemampuan sebagai sosok ball-playing defender ulung.
Jika dibandingkan dengan rekan-rekannya di lini belakang Manchester United, Bailly memiliki beberapa keunggulan, yakni dalam hal tekel, blok, dan intersepsi. Namun, Bailly pun memiliki kelemahan yang sangat kentara terutama dalam hal duel udara dan kedisiplinan. Untuk lebih lengkapnya, simak dua tabel di bawah ini:
Eric Bailly terlihat mampu menjadi kepingan puzzle yang hilang dari pertahanan Manchester United. DIa agresif, tetapi tidak serampangan. Hal inilah yang membuat Bailly -- jika tidak cedera -- akan selalu menjadi pilihan utama Jose Mourinho di sentral pertahanan. Dilihat dari statistik yang ada, ketiga bek United lain sama-sama memiliki catatan duel udara yang cukup baik, khususnya Marcos Rojo. Jadi, siapa pun tandemnya, asal ada Bailly, pertahanan United pun dijamin solid. Bagi kami, pembelian Eric Bailly ini, meski agak sedikit terlalu mahal, boleh dibilang sukses.
ADVERTISEMENT
Paul Pogba
Label sebagai pemain termahal dunia membuat Pogba sempat agak kesulitan di awal musim. Namun, selain karena beban ekspektasi itu, Pogba juga sempat dimainkan tidak di posisi dan peran idealnya oleh Jose Mourinho. Ketika itu, Pogba kerap diduetkan bersama Marouane Fellaini sebagai poros ganda. Jika Fellaini bertugas memutus alur serangan lawan, Pogba menjadi pengatur serangan.
Pogba ternyata tidak mampu menjalankan peran itu hingga akhirnya Mourinho kembali mempercayakan lini tengah pada Michael Carrick dan Marouane Fellaini digantikan oleh Ander Herrera. Sementara itu, Pogba didorong agak sedikit ke depan untuk mengkatalisasi serangan. Hasilnya, setelah dia bermain sedikit ke depan, permainan Pogba pun membaik.
Dari statistik di atas terlihat bagaimana Pogba di Manchester United bisa mengkreasi lebih banyak peluang lewat rasio umpan kunci yang lebih baik dibanding ketika di Juventus dulu. Namun, ada satu hal yang agak janggal, yakni menurun drastisnya rasio assist Pogba pada musim ini. Meski begitu, menurunnya jumlah assist jelas tidak bisa dibebankan pada Pogba seorang karena agar sebuah assist bisa tercatat, maka harus ada gol. Nah, dengan meningkatnya rasio peluang yang diciptakan tetapi jumlah assist menurun, tentu kesalahan bukan ada pada diri Pogba.
ADVERTISEMENT
Secara umum, catatan Pogba sebagai seorang gelandang mengalami peningkatan di Manchester United dan maka dari itu, mau tak mau kami harus memberi label sukses padanya.
Henrikh Mkhitaryan
Gelandang serang asal Armenia ini sempat menjadi bahan perdebatan favorit para penikmat Liga Inggris karena tak kunjung dimainkan Mourinho sejak dibeli dari Dortmund. Cedera menjadi alasan utama mengapa Henrikh Mkhitaryan sempat harus ditepikan.
Sejak mencetak gol pada laga melawan Zorya di Liga Europa, Mkhitaryan kemudian menjelma menjadi pemain yang tak tergantikan di lini tengah United. Kecepatannya, kreativitasnya, kemampuan mencetak golnya, serta aksi-aksinya yang menyihir publik Old Trafford membuat pencarian United akan sosok pemain dengan "Faktor X" pun akhirnya berakhir.
Jika dilihat dari statistik di atas, catatan Miki -- sapaan akrab Mkhitaryan -- mungkin tidak tampak terlalu spesial. Akan tetapi, hal itu seharunsnya dapat dimaklumi mengingat dia baru diturunkan enam kali. Akan tetapi, satu hal yang membedakan Miki dengan para gelandang serang lain adalah kemampuannya dalam bertahan. Dari 13 laga di Premier League dan Liga Europa, pemain kelahiran Yerevan ini sudah mampu membukukan 12 tekel berhasil dan 13 intersepsi. Sebuah catatan yang luar biasa untuk ukuran gelandang serang. Dari statistik ini tampak juga bahwa pengaruh ajaran gegenpressing/counterpressing ala Juergen Klopp di Dortmund dulu masih sangat terasa di cara bermain Mkhitaryan. Bagi kami, transfer ini hampir bisa dikatakan sukses. Hanya saja, Mkhitaryan harus membuktikan konsistensinya di paruh kedua musim kompetisi.
ADVERTISEMENT
Zlatan Ibrahimovic
Usianya sudah 35 tahun, didatangkan dengan gratis, sudah mencetak 18 gol dan 4 assist untuk United di semua kompetisi, serta mampu menciptakan hal semacam ini:
Maka nikmat Ibra mana lagi yang bisa didustakan (para penggemar) Manchester United?
LIVERPOOL
Ragnar Klavan & Joel Matip
Kepergian Martin Skrtel pada awal musim serta buruknya performa Dejan Lovren pada musim lalu direspons Liverpool dengan mendatangkan tak hanya satu, tetapi dua bek tengah. Ragnar Klavan, bek asal Estonia, didatangkan dari Augsburg, sementara bek internasional Kamerun, Joel Matip, didaratkan dari Schalke 04.
Kedatangan kedua bek ini memang mampu meningkatkan performa lini belakang Liverpool, akan tetapi perubahan yang terasa justru adalah meningkatnya statistik Dejan Lovren. Sementara itu, Klavan dan Matip sendiri secara bergiliran tampil menjadi pendamping Lovren di sentral pertahanan.
ADVERTISEMENT
Statistik di atas diambil dari hasil bertanding Klavan sebanyak 10 kali, Matip sebanyak 12 kali, Lovren sebanyak 17 kali, dan Lucas sebanyak 3 kali. Sementara itu, untuk melihat peningkatan statistik Lovren dari musim lalu, silakan simak tabel di bawah ini:
Statistik di atas diambil dari hasil Lovren bermain sebanyak 17 kali pada musim ini dan 24 kali pada musim lalu. Dari situ dapat terlihat jelas peningkatan rasio catatan defensif seorang Dejan Lovren, terutama dalam hal tekel, intersepsi, blok, dan sapuan.
Nah, kalau sudah begini, apakah Matip dan Klavan bisa dikatakan berhasil? Menurut kami, Klavan belum bisa dikatakan berhasil, sedangkan Matip kami yakini bisa jadi pembelian yang berhasil seandainya di paruh kedua musim nanti bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan performanya.
ADVERTISEMENT
Georginio Wijnaldum
Liverpool menyelamatkan seorang Georginio Wijnaldum dari kubang nestapa saat membelinya dari Newcastle United yang terdegradasi. Di klub barunya, pesepak bola asal Belanda ini dimainkan sebagai satu dari dua gelandang kreatif di formasi 4-3-3 Juergen Klopp. Meski masih harus bergantian dengan Emre Can, Wijnaldum mampu tampil menunjukkan bahwa dia sebenarnya memang lebih baik dibanding gelandang asal Jerman tersebut. Sebenarnya, perbandingan langsung antara Can dan Wijnaldum sendiri agak kurang tepat mengingat tipe kedua pemain yang berbeda. Akan tetapi, dari statistik di bawah ini bisa terlihat peman-pemain mana saja yang seharusnya membentuk trio gelandang tengah Liverpool.
Dari statistik di atas, terlihat bahwa Wijnaldum memiliki keunggulan telak dibanding rekan-rekannya dalam urusan take-ons atau duel satu lawan satu dengan pemain bertahan lawan. Hal ini dapat berguna sekali untuk digunakan sebagai alternatif serangan Liverpool.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, boleh lah kita menyebut bahwa pembelian Wijnaldum ini adalah pembelian yang berhasil. Apalagi, satu dari dua gol yang dibikin Wijnaldum adalah gol kemenangan atas Manchester City di pengujung tahun 2016 lalu.
Sadio Mane
Jika pembelian Wijnaldum adalah misi menyelamatkan si pemain dari kubang nestapa, maka pembelian Sadio Mane adalah cara Liverpool melanjutkan "tradisi" membajak pemain terbaik Southampton. Sebelumnya, Liverpool sudah mengangkut Dejan Lovren, Adam Lallana, dan Nathaniel Clyne dari klub berjuluk The Saints itu. Mane, bersama Roberto Firmino dan Philippe Coutinho membentuk tridente yang cair di lini depan. Coutinho mengisi pos sayap kiri, Firmino menjadi false nine di tengah, sementara Mane menusuk dari sayap kanan. Hingga kini, Sadio Mane merupakan salah satu pemain andalan Liverpool yang sulit sekali digantikan.
ADVERTISEMENT
Sadio Mane jelas merupakan bintang utama lini depan Liverpool terutama setelah Coutinho didera cedera yang cukup panjang. 9 gol yang telah dicetaknya musim ini membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak sementara klub. Yang menarik adalah fakta bahwa 9 gol itu tercipta hanya dari 43 upaya. Ini artinya, dia berhasil menciptakan gol setiap 4,7 upaya. Cukup bagus untuk ukuran penyerang yang bukan penyerang tengah. Dengan fakta ini pula lah kami berani menyebut bahwa selain berhasil, pembelian Mane ini juga merupakan pembelian terbaik The Reds.
Alex Manninger
Didatangkan untuk menjadi kiper ketiga, Alex Manninger memang tidak memiliki kontribusi apa-apa di lapangan hijau. Namun, senioritas mantan deputi Gianluigi Buffon dan David Seaman ini mungkin jadi hal yang dibutuhkan Klopp khususnya untuk menjadi mentor Simon Mignolet dan Loris Karius. Karena Manninger belum pernah bermain, kami tidak berani untuk memberi putusan apa-apa atas transfer ini.
ADVERTISEMENT
Loris Karius
Kasus ini mirip dengan kasus yang terjadi pada Dejan Lovren. Bedanya adalah, jika kedatangan Matip dan Klavan membuat Lovren tampil lebih bagus, kedatangan Loris Karius membuat Simon Mignolet terlihat agak mendingan. Jika dilihat dari statistik, kualitas Karius dan Mignolet sebenarnya setara. Hanya saja, di sini, selain bisa dilihat kualitas kedua kiper dalam menghentikan tembakan, juga terlihat bagaimana perbedaan tipe kedua kiper ini.
Karius adalah seorang sweeper-keeper yang doyan meninggalkan sarang dan diharapkan bisa mengawali build-up. Hal ini sedikit terlihat dari keberadaan sebiji intersepsi di catatan statistik Karius. Akan tetapi, berbagai kesalahan yang kemudian dibuat Karius-lah yang membuatnya akhirnya tersingkir dan sedikit mengangkat derajat Mignolet. Banyak yang beranggapan bahwa kesalahan-kesalahan yang dibuat Karius ini disebabkan karena kegugupannya mengawal gawang tim sekelas Liverpool, entah benar atau tidak.
ADVERTISEMENT
Setelah melalui perdebatan sengit di Dewan Syuro, kami akhirnya memutuskan bahwa pembelian Karius adalah pembelian yang sayangnya belum berhasil. Semoga Liverpool diberi keberuntungan di upaya berikutnya.