Kebalikan dari Teroris, 5 Orang Ini Berkorban Selamatkan Ratusan Nyawa

Youn'd  Dangerous
muda itu iya, berbahaya itu pilihan
Konten dari Pengguna
14 Mei 2018 15:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Youn'd Dangerous tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tragedi sering memunculkan pahlawan yakni orang-orang yang berani berkorban untuk keselamatan lebih banyak orang lainnya. Pengorbanan para pahlawan sejati ini akan terus dikenang agar semua yang hidup bisa mengambil pelajaran dari mereka. Nama mereka harum dan abadi.
ADVERTISEMENT
Pada peristiwa teror pemboman 3 gereja pada Minggu (13/5) Aloysius Bayu Rendra Wardhana adalah contoh terbaik "Sang Pemberani" itu. Dan Bayu tidak sendirian karena ada beberapa nama seperti dirinya yang mengorbankan diri demi keselamatan ratusan nyawa lainnya, berkebalikan dari teroris yang mengorbankan diri untuk kematian ratusan lainnya.
Berikut profil lima pemberani sejati yang tak kenal rasa takut dan mengorbankan nyawanya demi keselamatan ratusan orang lainnya.
1. Aloysius Bayu Rendra Wardhana
(Foto: Facebook Aloysius Bayu Rendra Wardhana)
Ledakan bom terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5), tepatnya di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya pukul 06.30 WIB, disusul ledakan bom di GKI Jalan Diponegoro pukul 07.30 WIB dan kemudian ledakan di Gereja Pantekosta Jalan Arjuno pukul 07.53 WIB.
ADVERTISEMENT
Di antara 17 korban yang meninggal ada nama Aloysius Bayu Rendra Wardhana, yang dengan berani mengorbankan dirinya demi keselamatan ratusan umat gereja lainnya.
Bayu Rendra, ia adalah koordinator relawan keamanan Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB). Sesaat sebelum kejadian, Bayu Rendra diketahui menghadang motor yang digunakan teroris untuk masuk ke dalam gereja.
Saat dihadang Bayu itulah teroris meledakkan diri. Tubuh Bayu hancur tak bersisa. Seandainya tak dihadang Bayu, teroris itu akan meledakkan diri di dalam gereja dan akan menimbulkan banyak korban.
Ucapan belasungkawa pun mengalir dari netizen untuk Bayu. Bayu disebut-sebut sebagai pahlawan dari peristiwa teror gereja Surabaya. Selain sebagai koordinator keamanan gereja, alumnus SMA Katolik St Hendrikus Surabaya ini diketahui berprofesi sebagai fotografer.
ADVERTISEMENT
2. Riyanto, Banser NU
(Foto Riyanto. Sumber : Nu.or.id)
Saat malam natal tanggal 24 Desember tahun 2000 silam, Riyanto (25) bersama empat sahabat lainnya, mendapatkan tugas menjaga Gereja Eben Haezar Mojokerto. Riyanto bukanlah anggota polisi atau tentara, ia adalah anggota Banser satuan koordinasi cabang Kabupaten Mojokerto.
Sejak maraknya teror bom di negeri ini, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor memang menginstruksikan jajarannya, untuk membantu polisi menjaga dan mengamankan perayaan Natal umat Kristiani.
Pada pukul 20.30 WIB perjalanan ibadah baru separuhnya berjalan. Tiba-tiba ada yang menyampaikan kabar bahwa di depan pintu gereja ada bungkusan hitam yang mencurigakan. Tanpa ragu, Riyanto membuka bungkusan tersebut. Ternyata isinya kabel yang terhubung dengan rangkaian yang memercikkan api.
ADVERTISEMENT
Riyanto tahu bahwa itu adalah bom. Ia mungkin punya kesempatan untuk kabur sesegera mungkin menyelamatkan diri. Namun ia tidak begitu. Ia malah berteriak "tiaraaaap" sambil lari mendekap bungkusan tersebut menjauh gereja yang di dalamnya terdapat ratusan jemaat yang sedang beribadah.
“Duuuuuuuaaar…“ sesuatu meledak di dekapan Riyanto. Tubuhnya terpental hingga ratusan meter. Kuatnya daya ledak bom, menyebabkan pagar beton gereja roboh. Jari tangan dan muka Riyanto hancur. Ia meninggal untuk menyelamatkan banyak nyawa, meski beda agama.
3. Tiga Pahlawan Tragedi Bintaro 2: Darman Prasetyo, Sofyan Hadi, Agus Suroto
(Sumber foto : timur-angin.com)
Kecelakaan KRL Commuter Line 1131 di di perlintasan kereta di jalan Bintaro Permai Jakarta Selatan itu terjadi pada Senin, 9 Desember 2013 dan "hanya" merenggut nyawa tujuh orang. Tiga di antaranya merupakan pegawai PT KAI, yakni sang masinis Darman Prasetyo, asisten masinis Agus Suroto dan teknisi kereta Sofyan Hadi.
ADVERTISEMENT
Karena pengorbanan ketiganya, ratusan penumpang selamat sehingga PT KAI menilai ketiga pegawainya memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya. Kecelakaan ini sering disebut sebagai tragedi Bintaro 2, dimana tragedi Bintaro 1 terjadi pada 19 Oktober 1987.
Berdasarkan penuturan korban selamat yang banyak diberitakan media massa, sesaat sebelum kecelakaan terjadi, Sofyan sempat keluar dari kabin masinis. Ia masuk ke gerbong penumpang dan memperingatkan kereta akan bertabrakan dengan truk tangki.
Setelah meminta penumpang mundur ke gerbong belakang, ia justru kembali ke kabin dan mengunci rapat pintu agar api tak menyembur ke penumpang. Andai Darman, Sofyan, dan Agus tidak melakukan tindakan berani ini entah berapa ratus nyawa yang harus melayang.
Untuk mengenang jasa ketiga pegawainya, PT KAI resmi mengabadikan nama ketiganya sebagai nama balai pelatihan PT KAI. Darman Prasetyo diabadikan sebagai nama Balai Pelatihan Teknik Traksi Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Agus dan Sofyan juga diabadikan sebagai nama dua balai pelatihan lain. Yakni Balai Pelatihan Teknik Perkeretaapian (BPTP) Bekasi menjadi BPTP Sofyan Hadi dan Balai Pelatihan Operasional dan Pemasaran (BP-Opsar) Bandung menjadi BP-Opsar Agus Suroto.
Selain menjadikan nama mereka untuk balai pelatihan, sebuah prasasti juga dibangun di stasiun Tanah Abang untuk mengenang dedikasi mereka.
Mau menambahkan daftar para pahlawan pemberani ?. (YD / 19)