Healthy Ageing, Memaknai Hari Tua ala WHO

yovanka siahainenia
diplomat, pernah bertugas di RRT, pemerhati isu pendidikan anak, mental health dan kuliner
Konten dari Pengguna
14 Maret 2020 8:41 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari yovanka siahainenia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kegelisahan lansia akan hari esok, foto:Gerd Altman, flickr
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegelisahan lansia akan hari esok, foto:Gerd Altman, flickr
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ungkapan di atas menjadi renungan mendalam bagi saya dan seorang sahabat saat kami duduk di sebuah kedai kopi, sambil menyeruput secangkir kopi panas. Entah mengapa tiba-tiba kami membahas mengenai kehidupan usia senja atau lansia.
Sepertinya ini karena memasuki usia pensiun terus menjadi momok bagi orang-orang tua di sekitar kami. Banyak lansia dihantui rasa takut hidup tanpa penghasilan, galau melewati hari-harinya, dan bahkan dihantui perasaan sudah tidak berguna lagi.
Percakapan kami berkembang kepada pertanyaan-pertanyaan berikut:
Yang pertama, “Bagaimana cara membantu para lansia untuk tetap semangat menikmati hidup dan memiliki kehidupan yang lebih bermakna di masa tuanya?”
Yang kedua, “Siapa saja yang mengambil peranan untuk membantu para lansia menjadi bahagia?”
ADVERTISEMENT
Kedua pertanyaan tersebut membawa saya kepada penelusuran berikut ini:

Apa kata Gerontologi?

Gerontologi dan definisinya, foto:Ron Leuinissen, flickr
Berdasarkan ilmu Gerontologi, disampaikan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi tua dan tetap sehat.
Secara alami, makin lanjut usia seseorang, makin banyak dia mengalami permasalahan, antara lain permasalahan fisik, mental, spiritual, ekonomi, dan sosial.
Untuk itu, diperlukan upaya khusus yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif agar para lanjut usia tetap dapat mandiri dan tidak menjadi beban bagi dirinya maupun keluarga dan masyarakat.

Bagaimana dengan pandangan WHO?

Pentingnya healthy ageing, foto: Lester Public Library, flickr
WHO menggambarkan pentingnya kehidupan lansia yang tetap sehat atau healthy ageing.
WHO mendeskripsikan healthy ageing sebagai kesempatan setiap orang, di setiap negara di dunia, untuk memiliki kesempatan hidup panjang dan sehat.
ADVERTISEMENT
Dua faktor utama untuk healthy ageing, yaitu kemampuan intrinsik atau pengelolaan diri dan peran lingkungan, termasuk komunitas.
Kedua faktor tersebut yang memungkinkan orang menjadi dan melakukan apa yang mereka hargai sepanjang hidup mereka.
Merujuk informasi Gerontogi dan WHO serta untuk menjawab dua pertanyaan perenungan di atas, contoh memaknai hidup usia senja dengan healthy ageing adalah sebagai berikut.

1. Film “The Intern”

Film ini menceritakan tentang seorang pensiunan berusia 70 tahun yang telah pensiun dan istrinya telah meninggal.
Dia memiliki kemampuan intrinsik yang mendorong dirinya untuk memiliki kehidupan yang lebih lebih bermakna.
Untuk itu, dia mencoba untuk kembali bekerja dan berupaya beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sangat berbeda dengan lingkungan pekerjaannya terdahulu.
ADVERTISEMENT
Dia berhasil membuktikan banyak pembelajaran penting yang dapat dibagikan bagi rekan kerja dan pimpinannya yang masih muda-muda.
Yang tidak kalah penting hikmah dari film tersebut adalah hari-harinya menjadi lebih berwarna dan bermakna.

2. Kehidupan Berkomunitas Lansia di Tiongkok

Menjadi pemandangan sehari-hari bagi saya semasa tinggal di Negara Tirai Bambu untuk melihat lansia masih aktif melakukan sejumlah kegiatan.
Apa pun musimnya, para lansia di Tiongkok secara rutin berkumpul dengan komunitasnya dan memenuhi taman-taman yang ada untuk serangkaian kegiatan, antara lain:

a. Bermain catur China

Para Lansia bermain catur China di taman, foto: Aslund, Flic

b. Bermain sepak kaki bulu angsa (Jiànzi/Shuttlecock)

Menikmati keindahan taman dengan permainan sepak bulu angsa/Chinese shuttlecock, foto: Steve Lamb, flickr

c. Berdansa

Berdansa bersama di taman, foto: koleksi pribadi

d. Senam Taichi

Senam Taichi di weinan City Square, foto: Joe Whittingham, flickr
Senyum dan tawa bahagia terpancar dari wajah-wajah lansia yang berkumpul di taman-taman tersebut.
Kerap kali senyum yang tergores di wajah para lansia tersebut menularkan kebahagiaan kepada setiap orang yang mengamati aktivitas mereka.
ADVERTISEMENT

Bentuk Dukungan untuk Para Lansia

Perenungan ini membawa saya pada kesimpulan bahwa kebahagiaan para lansia bisa didorong oleh diri sendiri, namun juga tetap memerlukan dukungan orang lain.
Dukungan seperti apa dan untuk apa?
Pada buku “The Role of Social Networks in Health, Illness, Disease and Healing: The Accepting Present, The Forgotten Past, and The Dangerous Potential for A Complacent Future”, Pescosolido dan Levy mengkategorikan tiga bentuk dukungan dalam menghadapi hari tua.

1. Dukungan Instrumental

Dukungan materil atau praktis untuk terpenuhinya kebutuhan dasar para lansia seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

2. Dukungan emosional atau afektif

Menawarkan kepedulian, bahwa ada yang memperhatikan mereka dan dapat menjadi tempat berkeluh kesah.

3. Dukungan Komunitas

Menilik aktivitas para lansia di Tiongkok, komunitas sangat bermanfaat untuk tetap sehat pada masa tua.
ADVERTISEMENT
Dukungan komunitas memberikan mereka ruang aktualisasi diri untuk bersosialisasi, menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat baru.
Dukungan bagi para lansia dalam komunitas mampu memberi warna kehidupan usia senja.
Sebagaimana ungkapan Growing old isn't so bad when you consider the alternative, kita dapat memotivasi lansia di sekeliling hidup kita bahwa ada peluang untuk memaknai masa tuanya.
Tua bukanlah sesuatu yang buruk, apabila kita sadar bahwa ada banyak cara untuk memaknai masa tua bersama lingkungan dan bersama orang-orang terkasih.