Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menelisik Persaingan Sengit dalam Teknologi Kecerdasan Buatan
6 Mei 2025 10:24 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Yudhi Mada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Benarkah China Tertinggal? Menelisik Persaingan Sengit dalam Teknologi Kecerdasan Buatan

Pernyataan mengejutkan datang dari Jensen Huang, CEO Nvidia, di sela-sela konferensi teknologi di Washington, DC, baru-baru ini. Alih-alih menggambarkan ketertinggalan signifikan China dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI), Huang justru menyatakan bahwa Negeri Tirai Bambu kini "tepat di belakang" Amerika Serikat (AS), dengan selisih yang tidak terlalu besar.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat dekat. Ingat ini adalah perlombaan yang sudah berlangsung lama dan tak terbatas," ujar Huang kepada wartawan, seperti dikutip dari Anadolu Agency pada Kamis (1/5).
Pujian khusus dilontarkan Huang kepada raksasa teknologi China, Huawei. Ia mencatat bahwa perusahaan tersebut telah menunjukkan kemajuan yang mengesankan dalam pengembangan teknologi AI, terutama dalam bidang komputasi. Pengakuan dari seorang tokoh sentral di industri semikonduktor global ini tentu memberikan perspektif baru dalam memandang peta persaingan AI dunia.
Selama ini, narasi yang seringkali mendominasi adalah keunggulan AS dalam riset dan pengembangan AI, didukung oleh universitas-universitas terkemuka, perusahaan teknologi raksasa, dan pendanaan yang besar. Namun, pernyataan Huang mengindikasikan bahwa China tidak tinggal diam dan secara agresif mengejar ketertinggalannya.
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor dapat menjelaskan mengapa China mampu mempersempit jarak dengan AS dalam perlombaan AI:
Investasi Besar-besaran: Pemerintah China telah menjadikan AI sebagai prioritas nasional, menggelontorkan dana besar untuk riset, pengembangan, dan implementasi teknologi ini di berbagai sektor.
Data yang Melimpah: Populasi China yang besar menghasilkan volume data yang masif, yang menjadi bahan bakar penting untuk melatih model-model AI yang canggih.
Talenta yang Berkembang: China memiliki sejumlah besar talenta di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), yang terus bertambah dan semakin kompeten dalam pengembangan AI.
Dukungan Industri Lokal: Perusahaan-perusahaan teknologi China, seperti Huawei, Alibaba, dan Tencent, menunjukkan inovasi yang pesat dan memiliki ambisi besar untuk menjadi pemain global dalam ekosistem AI.
ADVERTISEMENT
Meskipun AS masih memiliki keunggulan dalam beberapa aspek fundamental seperti riset dasar dan pengembangan chip AI kelas atas, kemajuan pesat China tidak bisa diabaikan. Fokus China pada implementasi AI di berbagai industri, mulai dari manufaktur hingga layanan publik, juga memberikan keuntungan tersendiri dalam mengakselerasi adopsi dan pengembangan lebih lanjut.
Pernyataan Jensen Huang menjadi pengingat bahwa lanskap persaingan teknologi AI sangat dinamis. Perlombaan ini bukanlah sprint, melainkan maraton yang panjang dan berkelanjutan. Meskipun AS saat ini masih memegang sedikit keunggulan, potensi China untuk menjadi kekuatan dominan dalam AI di masa depan sangatlah besar. Dunia akan terus menyaksikan dengan seksama bagaimana kedua negara adidaya teknologi ini akan terus berinovasi dan bersaing dalam era kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
China Tidak Tertinggal dari AS dalam Perlombaan Teknologi AI
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu bidang persaingan sengit antara China dan Amerika Serikat (AS). Meskipun AS sering dianggap sebagai pemimpin global dalam inovasi AI, para ahli dan pelaku industri menyatakan bahwa China tidak jauh tertinggal—bahkan berada tepat di belakang AS dengan perbedaan yang tidak signifikan.
China Hanya "Sedikit Tertinggal" dari AS
Dalam sebuah konferensi teknologi di Washington, DC, Jensen Huang, CEO NVIDIA, salah satu perusahaan teknologi terkemuka di dunia, mengungkapkan bahwa China saat ini mungkin berada "tepat di belakang" AS dalam perlombaan AI. Namun, ia menekankan bahwa jarak antara kedua negara tidak terlalu besar.
ADVERTISEMENT
Kami sangat dekat. Ingat, ini adalah perlombaan yang sudah berlangsung lama dan tak terbatas, kata Huang, seperti dilansir Anadolu Agency (1/5).
Pernyataan Huang ini mengindikasikan bahwa meskipun AS masih memimpin, China terus mengejar dengan kecepatan yang mengesankan. Salah satu buktinya adalah kemajuan pesat yang dicapai oleh perusahaan-perusahaan teknologi China, seperti Huawei.
Huawei: Bukti Kemajuan China dalam Komputasi dan AI
Huang secara khusus memuji Huawei, menyebut bahwa perusahaan tersebut telah mencapai kemajuan signifikan dalam pengembangan teknologi AI dan komputasi.
Mereka (Huawei) luar biasa dalam komputasi dan AI, ujarnya.
Huawei, yang sempat menghadapi sanksi AS, justru menunjukkan ketangguhannya dengan terus berinovasi, termasuk dalam pengembangan chipset dan infrastruktur AI. Perusahaan ini telah meluncurkan berbagai solusi AI yang digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari telekomunikasi hingga komputasi awan.
ADVERTISEMENT
Faktor Pendukung Kemajuan AI China
Beberapa faktor yang membuat China mampu bersaing ketat dengan AS dalam bidang AI antara lain:
1. Investasi Besar-Besaran dari Pemerintah
China telah menetapkan AI sebagai prioritas nasional, dengan target menjadi pemimpin global di bidang ini pada 2030. Pemerintah China memberikan dukungan pendanaan besar-besaran untuk riset dan pengembangan AI.
2. Ekosistem Startup yang Dinamis
Perusahaan seperti Baidu, Alibaba, Tencent, dan Huawei terus berinovasi dalam AI, didukung oleh pasar digital yang sangat besar di dalam negeri.
3. Ketersediaan Data yang Melimpah
Dengan populasi lebih dari 1,4 miliar orang, China memiliki akses ke data dalam skala masif, yang menjadi bahan bakar utama pelatihan model AI.
ADVERTISEMENT
4. Kolaborasi antara Akademisi dan Industri
Universitas-universitas top China bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk mempercepat riset AI, menciptakan talenta-talenta unggul di bidang ini.
Kesimpulan: Persaingan yang Ketat dan Berkelanjutan
Meskipun AS masih memegang keunggulan dalam beberapa aspek AI, China telah membuktikan bahwa mereka bukanlah pemain yang bisa dipandang sebelah mata. Dengan kecepatan inovasi, dukungan pemerintah, dan kemampuan adaptasi yang tinggi, China berpotensi menyamai—bahkan melampaui—AS dalam perlombaan teknologi AI di masa depan.
Seperti yang dikatakan Jensen Huang, ini adalah perlombaan yang "tak terbatas". Artinya, baik AS maupun China akan terus berlomba untuk menjadi yang terdepan dalam revolusi AI, dan dunia akan menyaksikan persaingan sengit ini dalam tahun-tahun mendatang.
ADVERTISEMENT