Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Rok Mini Jadi Sinyal Resesi?
27 April 2025 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Yudhi Mada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

– Hemline naik, bursa pun ramai. Hemline turun, pasar muram. Inilah Hemline Index, indikator tak resmi yang kerap terbukti akurat, menghubungkan panjang rok perempuan dengan kondisi ekonomi dunia. Kini, ketika rok-rok maxi mendominasi butik dari Tokyo hingga Paris, banyak yang bertanya: apakah ekonomi global sedang tidak baik-baik saja?
ADVERTISEMENT
Maxi Skirt vs. Rok Mini: Apa Hubungannya dengan Resesi?
Tahun 2025, panggung mode dipenuhi maxi skirt—panjang, konservatif, dan penuh kesan serius. Data tren Google menunjukkan lonjakan pencarian "maxi skirt" hampir 40% sejak awal 2024. Namun, ini bukan sekadar perubahan gaya. Di balik tren ini, ekonomi dunia sedang menulis ulang narasinya: ketidakpastian kembali menjadi kata kunci.
Teori Hemline Index pertama kali dicetuskan oleh ekonom George Taylor dari Wharton School pada 1920-an. Ia menyatakan bahwa panjang rok mencerminkan sentimen ekonomi
- Ekonomi kuat, rok mini populer→ Masyarakat percaya diri, konsumsi tinggi.
- Ekonomi lesu, rok panjang mendominasi→ Orang cenderung lebih berhati-hati dan konservatif.
ADVERTISEMENT
Sejarah Membuktikan: Rok Panjang = Resesi?
- 1920-an (Roaring Twenties): Rok mini merajai pasar seiring melambungnya bursa saham.
- 1930-an (Depresi Besar): Rok memanjang, mencerminkan pesimisme ekonomi.
- 1970-an (Stagflasi): Gaya bohemian dan midi skirt mendominasi.
- 2008 (Krisis Finansial): Tren midi skirt dan warna netral kembali populer.
Kini, di 2025, pola serupa terulang. Dominasi maxi skirt di dunia fashion seolah menjadi early warning bahwa ketidakpastian ekonomi sedang meningkat.
Benarkah Indikator Ini Valid?
Meski terdengar spekulatif, Hemline Index kerap sejalan dengan data makroekonomi. Beberapa analis berpendapat bahwa fashion adalah cerminan psikologi massa:
ADVERTISEMENT
- Optimisme ekonomi → Orang lebih berani berekspresi (rok pendek, warna cerah).
- Ketidakpastian/krisis→ Orang memilih gaya yang lebih aman dan tertutup.
Namun, tentu saja, ini bukan satu-satunya indikator resesi. Faktor seperti inflasi, suku bunga, dan pengangguran tetap lebih krusial.
Kesimpulan: Fashion Lebih dari Sekadar Gaya
Meski tidak ilmiah, Hemline Index mengingatkan kita bahwa fashion dan ekonomi saling terkait. Ketika rok-rok maxi mendominasi, mungkin saatnya kita lebih waspada terhadap gelombang resesi yang mungkin datang.
Jadi, lain kali melihat tren rok panjang di mana-mana, siapa tahu itu bukan sekadar gaya—tapi juga sinyal ekonomi yang sedang bersiap menghadapi badai.
*
ADVERTISEMENT