Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Virtual Influencer: Masa Depan Pemasaran Digital atau Hanya Tren Sesaat?
20 Maret 2025 17:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Yudhi Mada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pemasaran digital telah menyaksikan kemunculan fenomena baru yang menarik: virtual influencers: Virtual influencer adalah karakter digital yang dibuat menggunakan teknologi komputer grafis dan kecerdasan buatan (AI). Mereka memiliki penampilan, kepribadian, dan bahkan kehidupan sosial yang dirancang sedemikian rupa sehingga terasa nyata. Beberapa nama yang sudah terkenal di dunia virtual influencer antara lain Lil Miquela, Imma, dan Shudu. Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah: Apakah virtual influencer merupakan masa depan pemasaran digital, atau hanya sekadar tren sesaat?
ADVERTISEMENT
Apa Itu Virtual Influencer?
Virtual influencer adalah karakter digital yang dirancang untuk meniru kehidupan manusia. Mereka memiliki akun media sosial, berinteraksi dengan pengikut, dan bahkan berkolaborasi dengan brand untuk mempromosikan produk atau layanan. Meskipun mereka tidak nyata, virtual influencer mampu menciptakan konten yang menarik dan menginspirasi, serta menjalin hubungan dengan audiens mereka.
Contoh paling terkenal adalah Lil Miquela, karakter virtual yang memiliki lebih dari 3 juta pengikut di Instagram. Miquela sering memposting foto gaya hidup, bekerja sama dengan brand ternama seperti Prada dan Calvin Klein, dan bahkan merilis musik. Selain itu, ada Imma, virtual influencer asal Jepang yang dikenal dengan gaya rambut pink ikoniknya, serta Shudu, model digital pertama yang dijuluki "Barbie Digital".
ADVERTISEMENT
Keunggulan Virtual Influencer
1. Kontrol Penuh atas Citra dan Pesan
Salah satu keunggulan utama virtual influencer adalah bahwa mereka sepenuhnya dapat dikendalikan oleh pembuatnya. Brand tidak perlu khawatir tentang kontroversi atau skandal yang mungkin terjadi dengan influencer manusia. Virtual influencer selalu dapat menampilkan citra yang konsisten dan sesuai dengan nilai-nilai brand.
2. Kreativitas Tanpa Batas
Virtual influencer tidak terbatas oleh hukum fisika atau realitas. Mereka dapat ditempatkan dalam situasi apa pun, mengenakan pakaian apa pun, dan melakukan aktivitas apa pun yang diinginkan oleh brand. Hal ini membuka peluang kreativitas yang tak terbatas dalam kampanye pemasaran.
3. Relevansi dengan Generasi Z dan Milenial
ADVERTISEMENT
Generasi Z dan Milenial, yang merupakan target utama banyak brand, sangat tertarik pada teknologi dan inovasi. Virtual influencer, dengan konsep futuristik mereka, mampu menarik perhatian demografi ini. Mereka juga sering kali dianggap sebagai simbol kemajuan teknologi, yang sesuai dengan nilai-nilai generasi muda.
4. Potensi Global
Virtual influencer tidak terbatas oleh lokasi geografis atau bahasa. Mereka dapat dengan mudah disesuaikan untuk menarik audiens dari berbagai negara dan budaya, menjadikan mereka alat pemasaran yang efektif untuk brand global.
Tantangan dan Kritik
Meskipun memiliki banyak keunggulan, virtual influencer juga menghadapi sejumlah tantangan dan kritik:
1. Kurangnya Keaslian
Salah satu kritik utama terhadap virtual influencer adalah kurangnya keaslian. Banyak orang merasa bahwa karakter digital tidak dapat benar-benar memahami atau mewakili pengalaman manusia. Hal ini dapat mengurangi kepercayaan audiens terhadap pesan yang disampaikan oleh virtual influencer.
ADVERTISEMENT
2. Biaya Pembuatan dan Pemeliharaan yang Tinggi
Membuat dan memelihara virtual influencer memerlukan investasi teknologi yang signifikan. Proses pembuatan karakter, animasi, dan konten membutuhkan tim ahli dan perangkat lunak canggih, yang mungkin tidak terjangkau bagi semua brand.
3. Respon Emosional yang Terbatas
Virtual influencer, meskipun dirancang untuk terlihat nyata, tetap tidak dapat menggantikan kedekatan emosional yang diciptakan oleh influencer manusia. Audiens mungkin merasa sulit untuk terhubung secara emosional dengan karakter yang mereka tahu tidak nyata.
4. Isu Etika dan Transparansi
Beberapa orang mempertanyakan etika di balik virtual influencer, terutama terkait transparansi. Apakah audiens selalu menyadari bahwa mereka berinteraksi dengan karakter digital? Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan masalah kepercayaan.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Virtual Influencer
Lalu, apakah virtual influencer akan menjadi masa depan pemasaran digital, atau hanya sekadar tren sesaat? Jawabannya mungkin terletak di antara keduanya. Virtual influencer memiliki potensi besar untuk terus berkembang, terutama seiring dengan kemajuan teknologi AI, augmented reality (AR), dan virtual reality (VR). Mereka dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk brand yang ingin mengeksplorasi kreativitas tanpa batas dan menjangkau audiens global.
Namun, virtual influencer mungkin tidak akan sepenuhnya menggantikan influencer manusia. Sebaliknya, mereka kemungkinan besar akan menjadi pelengkap dalam strategi pemasaran digital. Kombinasi antara influencer manusia dan virtual influencer dapat menciptakan pendekatan yang lebih dinamis dan menarik bagi audiens.
Kesimpulan
Sementara virtual influencer mungkin tidak akan sepenuhnya menggantikan peran influencer manusia, mereka memiliki potensi untuk menjadi bagian penting dari masa depan pemasaran digital. Bagi brand yang ingin tetap relevan dan inovatif, eksplorasi terhadap virtual influencer bisa menjadi langkah strategis yang menarik. Yang pasti, dunia virtual influencer masih terus berkembang, dan kita perlu menunggu untuk melihat sejauh mana mereka akan mengubah lanskap pemasaran digital.
ADVERTISEMENT