WNI Tewas di Kota Marawi Akibat Invasi Militer Filipina

26 Mei 2017 16:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tentara Filipina berjibaku di Marawi (Foto: REUTERS/Romeo Ranoco )
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Filipina berjibaku di Marawi (Foto: REUTERS/Romeo Ranoco )
Seorang arga Indonesia dilaporkan tewas di Kota Marawi sebelah selatan Filipina tewas akibat operasi militer di wilayah itu. Menurut pemerintah setempat, operasi itu disebut melawan invasi ISIS.
ADVERTISEMENT
Militer Filipina telah mengerahkan helikopter dan pasukan khusus untuk mengusir pemberontak kelompok Maute yang terkait ISIS di Kota Marawi. Dikutip dari Reuters, Jumat (26/5), warga Indonesia dan Malaysia yang tewas dalam operasi itu ada di antara enam warga asing yang tewas.
Dikatakan militer setempat bahwa ISIS kini tengah berupaya memanfaatkan kemiskinan dan tidak bekerjanya penegak hukum di daerah itu. ISIS juga dikabarkan akan mendirikan basis teror di kawasan Asia Tenggara.
"Apa yang terjadi di Mindanao bukan lagi persoalan pemberontakan warga Filipina," kata jaksa agung muda Jose Calida dalam konferensi pers.
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
"Ini sudah bertransformasi menjadi invasi oleh teroris asing, yang mematuhi seruan ISIS untuk berpindah ke Filipina jika situasi di Irak dan Suriah semakin sulit," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Presiden Rodrigo Duterte mengancam akan memberlakukan keadaan darurat di Mindao, pulau terbesar kedua di Filipina, agar penyebaran ISIS terhenti. Dia meminta para gubernur di Mindanao dan pemimpin agama untuk bekerja sama dengan pemerintah.
Duterte baru-baru ini menyatakan khawatir anggota ISIS dari Irak dan Suriah akan berakhir di Filipina.
Kelompok Maute, yang pernah menyatakan bai'at terhadap ISIS, berhasil mempertahankan posisi mereka di sejumlah jembatan dan bangunan pada Jumat. Pada saat yang sama, tentara darat pemerintah memulai serangan pada pagi hari untuk mengusir musuh pasca-kerusuhan yang menewaskan 11 tentara dan 31 militan.
Sebagian kecil dari 200.000 penduduk Marawi masih bertahan di kota itu setelah Maute mengamuk, membakar sejumlah sekolah dan rumah sakit. Mereka membebaskan lebih dari 100 tahanan sekaligus menculik satu pendeta dan beberapa jamaah di katedral kota.
ADVERTISEMENT
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Satu orang warga, Mark Angelou Siega, menggambarkan bagaimana para siswa sekolah melarikan diri karena takut kelompok Maute akan menyerang kampus mereka.
"Kami tengah bersiap untuk ujian dan kami bisa mendengar suara tembakan dan bom," kata dia kepada Reuters.
"Kami sangat takut, demikian pula dengan teman-teman kami yang beragama Islam. Kami takut mereka akan menyarang kampus. Para teroris ini bukan Muslim yang sebenarnya," kata dia.
Sementara itu jaksa agung muda Calida mengatakan bahwa kelompok Maute dan ISIS punya mimpi untuk menciptakan sebuah provinsi ISIS di Mindanao dan pemerintah Filipina bukan merupakan satu-satunya target mereka.
Pihak intelejen Filipina mengindikasikan bahwa Maute telah berhubungan dengan jaringan lain, Abu Sayaf, kelompok yang beroperasi di wilayah Pulau Mindanao lain, melalui pemimpin faksi radikal Abu Sayaf, Isnilon Hapilon.
ADVERTISEMENT