Mengapa Para Pemimpin Dunia Tidak Perlu Boikot Piala Dunia 2018?

Yudho Priambudi
Pengamat Sepakbola Inggris
Konten dari Pengguna
1 April 2018 12:32 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudho Priambudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengapa Para Pemimpin Dunia Tidak Perlu Boikot Piala Dunia 2018?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Zabivaka, Maskot Resmi Piala Dunia 2018. Sumber foto: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rus-IvoryCoast_(13).jpg
Timnas sepakbola Inggris, Australia, Belgia, Kroasia, Denmark, Perancis, Jerman, Polandia, Spanyol, dan Swedia bersama dengan 22 tim lainnya, termasuk tuan rumah Rusia, telah lolos kualikasi ke Piala Dunia 2018. Namun, belakangan ini telah muncul perdebatan seputar keikutsertaan mereka pada turnamen tersebut, yang akan digelar pada bulan Juni-Juli 2018.
ADVERTISEMENT
Hal yang mendasari perdebatan adalah perkembangan situasi politik internasional saat ini di mana pemerintah dari negara-negara tersebut dilaporkan telah meminta pemerintah Rusia untuk memulangkan beberapa diplomatnya dari negara mereka. Pemerintah Rusia pun membalas dengan langkah serupa.
Saling usir diplomat dipicu oleh kasus keracunan mantan agen Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris. Lantas, perlukah ke-10 negara tersebut memboikot Piala Dunia di Rusia? Jawaban singkatnya adalah ‘tidak’ untuk para personel timnas, dan ‘mungkin’ untuk para pejabat tinggi pemerintah.
Piala Dunia bukan Forum untuk Berpolitik
Mengapa Para Pemimpin Dunia Tidak Perlu Boikot Piala Dunia 2018? (1)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin menggenggam trofi Piala Dunia. Sumber foto: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Vladimir_Putin_FIFA_World_Cup_Trophy_Tour_kick-off_ceremony.jpg
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson pernah menyiratkan bahwa turnamen tersebut bisa menjadi panggung bagi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memproyeksikan kekuatan politiknya di panggung dunia sama halnya dengan Olimpiade 1936 yang dianggap telah menaikkan popularitas Adolf Hitler. Hal tersebut bisa benar, bisa juga tidak, tergantung dari perspektif masing-masing pembaca. Yang pasti, itu merupakan perbandingan yang sangat berani, mengingat jutaan warga Rusia (Uni Soviet) kehilangan nyawa saat menghadapi Jerman pimpinan Hitler pada Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat bahwa tiap turnamen Piala Dunia merupakan sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh federasi sepakbola dunia FIFA, dan pada tahun 2010, Rusia telah dengan sah memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah pada tahun 2018. Dengan demikian, tidak ada salahnya bagi pemerintah Rusia untuk memanfaatkan turnamen tersebut demi menaikkan citra negaranya.
Rusia jelas tidak sendirian dalam hal ini. Semua negara yang pernah menghabiskan triliunan rupiah untuk mencalonkan diri dan menjadi tuan rumah Piala Dunia maupun Olimpiade, berharap untuk bisa meraih publisitas yang baik. Jika pemerintah negara lain merasa bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk menjadi bagian dari manuver pencitraan Rusia, alasan tersebut bisa digunakan sebagai argumen kuat bagi mereka untuk menolak tiket pertandingan dari Kremlin.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Para Supporter
Mengapa Para Pemimpin Dunia Tidak Perlu Boikot Piala Dunia 2018? (2)
zoom-in-whitePerbesar
Supporter Inggris dan Jepang saling berbaur. Sumber foto: https://www.flickr.com/photos/richardofengland/6709430595
Perhatian nyata yang justru perlu diberikan adalah terkait nasib para pendukung timnas Inggris yang akan berkunjung ke negeri Beruang Merah. Piala Eropa 2016 di Perancis menunjukkan betapa mudahnya ketegangan antar pendukung dapat terpicu, terutama antara supporter Inggris dan Rusia. Jika hal tersebut dapat terjadi di wilayah netral, maka nampaknya resiko yang lebih besar bisa saja muncul di Rusia nanti.
Oleh karena itu, himbauan untuk tidak melakukan perjalanan ke negeri Beruang Merah bagi supporter The Three Lions mungkin dapat dipertimbangkan, terutama dengan semakin berkurangnya kehadiran diplomat Inggris di Rusia saat ini. Namun sebaliknya pemerintah Rusia justru sangat berkepentingan agar selama turnamen berlangsung tidak terjadi insiden apapun, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah tuan rumah yang bertanggungjawab.
ADVERTISEMENT
Duta Besar Rusia di London pun telah memberikan jaminan keamanan bagi para pendukung Inggris yang akan secara langsung menghadiri pesta sepakbola pada musim panas nanti. Jaminan tersebut tentu memberi motivasi ekstra untuk melawat ke negeri Beruang Merah, tidak hanya untuk para supporter, namun juga untuk para personil tim.
Melalui kehadiran mereka di Rusia nanti, para pemain diharapkan akan secara tidak langsung mengirim pesan berharga kepada warga setempat. Dan nampaknya pesan mereka akan mendapat respon positif dari segenap lapisan masyarakat Rusia maupun penduduk dunia pada umumnya. Di sinilah olahraga sepakbola diuji perannya sebagai perekat perdamaian dunia.
Kekuatan Olahraga
Sepak bola. (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Sepak bola. (Foto: Pexels)
Kita tentu pernah mendengar mengenai pertandingan sepakbola antara pasukan Jerman dan Inggris di medan pertempuran pada Hari Natal tahun 1914. Atau belum lama ini, kita menyaksikan tim gabungan Korea tampil bersama pada Olimpiade Musim Dingin 2018.
ADVERTISEMENT
Olahraga adalah salah satu media yang dapat menghilangkan, setidaknya untuk sementara, komplikasi, dan ketakutan dalam hubungan politik. Di lapangan, seseorang dapat menghargai keterampilan seorang atlet tanpa memandang kebangsaan mereka, dan pada arena olahraga apapun, dapat pula kita saksikan para pemain saling berjabat tangan dan berpelukan usai pertandingan.
Jiwa sportivitas yang tinggi di dunia olahraga inilah yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi dampak dari krisis diplomatik Inggris-Rusia, yang kini sudah melebar menjadi ketegangan diplomatik antara Rusia – Barat dengan saling usir diplomat antara Rusia dan sejumlah negara.
Jika ada pemimpin negara yang memboikot keikutsertaan timnas negaranya pada panggung sepakbola terbesar, itu berarti dia menolak memberi kesempatan untuk membuktikan bahwa olahraga dapat menembus sekat-sekat politik, dan bahwa agresi politik Rusia tidak dapat mengubah hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, para pemain terbaik dari seluruh timnas yang telah lolos ke Piala Dunia 2018 harus tetap berangkat ke Rusia. Meskipun tidak semua dari mereka akan bertahan setelah fase grup, siapapun pemain yang berangkat dipastikan akan menunjukkan kekuatan yang dapat dihasilkan oleh sebuah perhelatan olahraga.
Yudho Priambudi A.
Bekasi, 1 April 2018