Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dosen Keturunan Jawa Alumnus UGM Jadi Menteri di Suriname
29 Mei 2023 23:00 WIB
Tulisan dari Yudith Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Terima kasih. I will do my best. Saya produk Indonesia.” Demikian pesan Whatsapp balasan dari Pak Marciano Dasai yang diikuti emoji senyuman atas ucapan selamat yang saya kirimkan pasca pelantikan beliau sebagai Menteri Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup (ROM) Suriname pada 2 Mei 2023 lalu.
ADVERTISEMENT
Beruntung sekali selama 3 tahun penugasan saya di Suriname saya mengenal Pak Marciano beserta istrinya, seorang wirausaha jelita bernama Murni Srijani Dasai-Djamin. Mereka selalu siap menyumbangkan tenaga, waktu, dan pikiran kapanpun dibutuhkan.
Jabatan baru sebagai petinggi negara pun tak mengubah ketulusan pasangan ini yang menyambut ramah keinginan saya untuk menuliskan kisah sukses perjalanan karir Menteri Marciano agar menginspirasi pembaca di Indonesia.
Berikut ringkasan terjemahan wawancara tertulis saya dengan sang Menteri muda berusia 45 tahun tersebut.
Apa yang membuat Pak Marciano memiliki kedekatan emosional dengan Indonesia?
Pertama-tama, Indonesia adalah negara asal leluhur saya.
Saya generasi ke-3 dan ke-4 keturunan Jawa. Berdasarkan penelusuran, leluhur saya berasal dari daerah sekitar Magelang, Magetan, dan Solo. Mereka dikirim ke Suriname dalam periode antara tahun 1905-1920.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, saya memperoleh Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) untuk studi S2 Jurusan Arsitektur dan Perencanaan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada tahun 2007-2010.
Saya kemudian melanjutkan studi S3 Program Doktoral Arsitektur di almamater yang sama atas biaya pribadi.
Kenapa memilih belajar di Indonesia?
Saya lulusan Teknologi Bangunan dari Universitas Anton de Kom (AdeKUS), Suriname. Saya ingin melanjutkan studi S2 di Indonesia karena di sana lah leluhur saya berasal.
Saya ingat ketika saya masih menjadi siswa di Suriname, saya turut mempromosikan produk Indonesia yang diimpor perusahaan Suriname-Indonesia, Sri Abadi Trading NV.
Saya sangat kagum terhadap produk-produk kerajinan dan mebel buatan Indonesia yang diimpor. Saya tergelitik untuk mempelajari teknologi yang digunakan untuk menghasilkan produk-produk tersebut.
ADVERTISEMENT
Berapa lama dan tinggal di mana di Indonesia?
Kalau dijumlahkan secara keseluruhan, saya tinggal selama 4 tahun di Sleman, Yogyakarta. 2 tahun 8 bulan untuk studi S2 saya dan sisanya pulang-pergi Suriname-Indonesia untuk studi S3.
Apa pengaruh masa studi di Indonesia ketika Pak Marciano kembali ke Suriname?
Yang pertama dan utama, studi saya di Indonesia memberikan pengetahuan dan wawasan yang saya perlukan dalam bidang Arsitektur dan Perencanaan Tata Ruang.
Selain mempraktikkan ilmu yang saya peroleh, saya juga membagikannya di AdeKUS, tempat saya mengajar sebagai dosen.
Saya semakin tergugah untuk membangun negara saya, Suriname, setelah menyaksikan langsung bagaimana Indonesia telah bangkit dari negara yang dilanda krisis pada tahun 1990an menjadi negara yang tumbuh pesat. Semua berkat kerja keras, kreativitas, dan teknologi yang digunakan baik teknologi sederhana maupun teknologi canggih dalam pembangunan.
ADVERTISEMENT
Pengalaman ini tidak akan saya dapatkan jika saya belajar di negara Barat seperti Belanda atau Amerika Serikat.
Berkaca dari kemajuan transformasi Indonesia, saya menaruh harapan besar kepada negara saya. Jika Indonesia bisa, mengapa tidak mempelajarinya dan coba menerapkannya di Suriname?
Apa yang paling mengesankan selama belajar di Indonesia?
Saya sangat bersyukur istri saya bisa mendampingi saya selama tinggal di Indonesia sehingga kami bisa bertualang bersama, berbagi pengalaman dan seluruh suka duka.
Momen lainnya yang tak terlupakan tentunya masa-masa saya bersama teman-teman dan para dosen di kampus.
Promotor studi S2 saya, Ibu Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.D., sejak awal tidak pernah lelah memberikan dorongan motivasi. Bahkan salah satu dosen ketika itu, almarhum Bapak Ir. Imam Djokomono M.Arch., sudah memproyeksikan saya menjadi seorang Menteri di masa depan.
ADVERTISEMENT
Keelokan alam Indonesia juga merupakan hal yang tak terlupakan. Bangun setiap pagi dengan menatap keindahan Gunung Merapi selalu membuat saya bahagia. Tempat-tempat lain di Indonesia pun tak kalah indahnya.
Bagaimana ceritanya sampai diangkat sebagai Menteri?
Sejak kembali dari Indonesia, saya terus berkarya di bidang Teknologi Bangunan, mengajar sebagai dosen, dan melebarkan sayap di dunia kewirausahaan.
Saya tergerak untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan generasi muda. Dalam beberapa tahun terakhir saya mengumpulkan para wirausaha muda, khususnya keturunan Jawa, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar mereka semakin mampu meningkatkan usaha.
Saya rasa kiprah dalam dunia akademis dan peran saya dalam masyarakat tersebut yang membuat saya dilirik untuk posisi menteri. Ketika tawaran sebagai menteri datang, saya harus mempertimbangkan masak-masak.
ADVERTISEMENT
Pilihannya hanya dua: menolak sambil mengeluhkan kinerja Pemerintah dari luar arena atau menerima tantangan bertarung di dalam arena dan berusaha yang terbaik untuk membangun negara.
Saya memutuskan untuk mengambil pilihan kedua.
Sebagai Menteri, apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan hubungan Suriname-Indonesia?
Keterikatan historis merupakan fondasi yang kuat bagi hubungan kedua negara.
Saya melihat besarnya peluang kerja sama dalam bidang penelitian dan ilmu pengetahuan. Saya berharap kalangan profesional dapat membagikan pengetahuan dan keahlian khususnya dalam bidang ekonomi yang di kemudian hari dapat menjadikan Suriname sebagai hub bagi Indonesia di benua Amerika.
Untuk mencapai semua itu, interaksi para pemangku kepentingan di kedua negara perlu semakin diintensifkan.
Apa pesan dari Menteri Marciano untuk para pembaca di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Saya sangat bangga sebagai keturunan Jawa dan keturunan Indonesia.
Saya memang tidak lahir di Indonesia tapi saya mengenyam pendidikan di Indonesia. Indonesia telah turut membentuk saya hingga menjadikan saya seperti sekarang ini dan meraih yang saya capai.
Saya tidak pernah berhenti bersyukur atas dukungan sahabat-sahabat saya di Indonesia yang selalu percaya pada kemampuan saya.
Pada Wisuda S2 saya tahun 2010, saya mendapatkan kehormatan untuk membacakan Panca Prasetia Alumni Universitas Gadjah Mada. Ternyata janji teguh tersebut sangat bermakna dalam kehidupan saya dan menjadi norma dalam perilaku saya.
Indonesia saat ini berkembang pesat dan menunjukkan kepemimpinan di Asia maupun dunia. Hal ini memberikan saya harapan dan keyakinan bahwa Suriname dapat berbuat yang sama.
ADVERTISEMENT
Apa yang paling dirindukan dari Indonesia?
Orang-orangnya, teman-teman, kehangatan, keramahtamahan, alam, dan makanan. Terlalu banyak untuk disebutkan. Bagi Murni dan saya, Indonesia khususnya Yogyakarta adalah rumah kedua kami dan kami selalu berharap akan kembali ke sana suatu hari.
Keterikatan batin Menteri Marciano pada negeri leluhurnya, Indonesia, begitu menyentuh. Bukankah benar pepatah yang mengatakan bahwa kekuatan sebuah pohon terletak pada akarnya? Kita nantikan buah karya Menteri Marciano yang dapat dipetik manfaatnya oleh masyarakat Suriname dan Indonesia.