Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kenapa Membakar Sampah Berbahaya?
8 Agustus 2017 16:02 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Yufienda Novitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tiga bulan yang lalu, saya pindah ke sebuah rumah di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur. Di lingkungan yang baru itu, saya beberapa kali menemukan warga setempat mengelola sampah rumah tangganya dengan dibakar.
ADVERTISEMENT
Saya bukannya jengkel dengan pelakunya, tapi gemas dengan asapnya. Selain mengganggu jarak pandang, membakar sampah sebenarnya punya dampak yang jauh lebih besar dan berbahaya.
Mungkin banyak yang belum sadar kalau produksi sampah yang dihasilkan tiap orang per harinya ternyata cukup banyak. Mengutip Jurnal Pengelolaan Sampah ITB, masyarakat rata-rata menghasilkan sampah sekitar 0,35-0,4 kilogram per hari. Pengelolaan sampah di beberapa wilayah yang kurang baik, akhirnya membuat sampah-sampah tersebut menumpuk, menggunung, dan menimbulkan bau tak sedap.
Masyarakat lantas banyak yang salah kaprah dan berpendapat bahwa membakar sampah merupakan cara yang paling cepat dan efektif untuk membersihkan pekarangan rumah. Tapi nyatanya, membakar sampah justru menimbulkan masalah baru bagi lingkungan dan kesehatan kita.
Dulu saya pernah belajar soal seluk beluk persampahan waktu jadi mahasiswa teknik lingkungan di sebuah universitas di Bandung. Walaupun sekarang sudah tak bergelut di bidang "lingkungan hidup" lagi, ada beberapa ilmu yang setidaknya masih saya ingat sampai sekarang, salah satunya ya soal membakar sampah itu.
Proses pembakaran sampah menghasilkan gas-gas berbahaya. Saat membakar tumpukan sampah, bagian luar yang cukup mendapat oksigen akan menghasilkan karbon dioksida (CO2), sementara bagian dalam tumpukkan sampah yang kekurangan oksigen akan menghasilkan karbon monoksida (CO). Kehadiran gas-gas tersebut jangan disepelekan.
ADVERTISEMENT
Karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan organik, seperti sampah dapur ataupun sampah daun memberikan kontribusi peningkatan gas rumah kaca sebesar 5 persen. Gas rumah kaca merupakan gas yang dapat menangkap panas matahari sehingga bisa menghasilkan efek seperti di dalam rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi pemanasan global. Tak hanya itu, menghirup karbon dioksida terlalu sering bisa menimbulkan masalah pada saluran pernapasan, seperti sesak napas.
Gas berbahaya lain yang dihasilkan dari pembakaran sampah adalah karbon monoksida. Menghirup CO terlalu sering bisa mengganggu fungsi hemoglobin di dalam darah yang seharusnya mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika sudah parah, hal tersebut bisa berakibat fatal, bahkan hingga kematian.
Asap hitam yang dihasilkan dari pembakaran sampah juga menghasilkan hidrokarbon benzopirena. Gas tersebut ternyata 350 kali lebih berbahaya daripada asap rokok dan berdampak negatif karena bisa menimbulkan penyakit, seperti infeksi paru-paru, asma dan bronkhitis.
ADVERTISEMENT
Sementara sampah plastik yang dibakar akan menghasilkan zat-zat berbahaya seperti dioksin. Zat tersebut bisa meningkatkan risiko munculnya kanker, serta efek buruk lainnya bagi binatang dan manusia.
Jadi, setop bakar sampah, yuk!
Ada banyak cara yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk mengolah sampah di rumah. Kalau kamu punya ide lain, kamu bisa juga berbagi saran dan berikan komentarnya pada kolom di bawah ini :)