Konten dari Pengguna

Capung di Kota Semarang: Simbol Keseimbangan Lingkungan yang Masih Terjaga

YULIANA MAYSAROH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
6 Mei 2024 15:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari YULIANA MAYSAROH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar capung sebagai bioindikator lingkungan sekitarnya (sumber: istockphoto.com)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar capung sebagai bioindikator lingkungan sekitarnya (sumber: istockphoto.com)
ADVERTISEMENT
Di tengah gemerlapnya kota Semarang yang modern, masih terdapat keajaiban alam yang mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan lingkungan. Salah satu fenomena yang menarik adalah keberadaan capung yang masih melimpah di berbagai sudut kota. Capung, dengan keanggunan sayapnya dan kehadiran mereka yang masih sering terlihat, bukan hanya sekadar bagian dari panorama kota, tetapi juga merupakan simbol penting sebagai bioindikator yang mencerminkan kualitas lingkungan yang masih terjaga.
ADVERTISEMENT
Menurut jurnal yang ditulis oleh Manurung dkk. pada tahun 2023, tingkat sensitivitas pada organisme terhadap kualitas ekosistem dapat mengindikasi tingkat adaptasi dari suatu organisme. Organisme yang sensitive terhadap suatu perubahan pada suatu ekosistem dapat dijadikan sebagai indikator spesies atau sering disebut bioindikator. Salah satu hewan yang digunakan sebagai bioindikator lingkungan adalah capung karena kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kehadiran capung. Keadaan lingkungan yang tercemar tidak akan membuat capung dapat bertahan hidup dilingkungan tersebut dikarenakan struktur hutan dan lingkungan air yang tercemar akan mengganggu kehidupan nimfa capung. Jika masih banyak capung di suatu lingkungan atau ekosistem tersebut maka artinya lingkungan itu masih belum tercemar.
Kegiatan olahraga bersama di lapangan Karonsih, Ngaliyan (sumber: dokumen pribadi 25 Mei 2024)
Pada hari Minggu 5 Mei 2024 di pagi hari pemandangan indah disaksikan langsung oleh penulis dan orang-orang yang ada di sana, terlihat capung-capung yang indah mengisi kegiatan olahraga bersama di salah satu lapangan Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Dalam konteks ini, keberadaan capung bukan hanya sekadar fenomena alam yang indah, tetapi juga merupakan cerminan dari seberapa baik keseimbangan ekosistem perkotaan ini dipertahankan.
ADVERTISEMENT
Capung telah lama diakui sebagai indikator alami yang sensitif terhadap kesehatan lingkungan sekitarnya.
Capung adalah makhluk yang rentan terhadap perubahan habitat dan polusi lingkungan. Oleh karena itu, keberadaan capung yang masih melimpah di Semarang menimbulkan pertanyaan yang menarik: mengapa mereka masih bisa ditemui di kota yang terus berkembang ini? Jawabannya mungkin terletak pada upaya konservasi lingkungan yang telah dilakukan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga alam. Program pelestarian habitat alami, penghijauan kota, dan pengelolaan air yang baik mungkin telah memberikan kontribusi besar dalam mempertahankan keberlimpahan capung di Semarang.
Kehadiran capung bukan hanya sekadar tanda bahwa lingkungan air dan tanah masih relatif bersih, tetapi juga menunjukkan bahwa ekosistem perkotaan ini masih mampu mendukung kehidupan yang beragam. Capung, dengan siklus hidupnya yang panjang dan ketergantungannya pada habitat air dan darat, memberikan informasi berharga tentang kualitas ekosistem secara keseluruhan. Mereka juga memiliki peran ekologis yang penting sebagai predator alami yang membantu mengontrol populasi serangga lainnya, termasuk yang dianggap sebagai hama pertanian. Dengan demikian, keberadaan capung yang masih melimpah di kota Semarang juga dapat diinterpretasikan sebagai tanda bahwa ekosistem perkotaan ini masih seimbang dan berfungsi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Namun, penting untuk dicatat bahwa keberadaan capung bukanlah indikator tunggal dari kualitas lingkungan. Capung hanya salah satu dari banyak komponen ekosistem yang kompleks. Oleh karena itu, menjaga keberlimpahan capung di Semarang harus diikuti dengan upaya menjaga keberagaman hayati secara keseluruhan, menjaga kualitas air dan tanah, serta menjaga keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Peran masyarakat terhadap keberhasilan lingkungan Semarang yang masih terjaga
Salah satu upaya untuk memepertahankan kualitas lingkungan yaitu kota semarang memiliki kegiatan masyarakat ramah lingkungan yang ada di beberapa kelurahan. Suatu artikel menjelaskan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 86% masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan jenis tanaman dan jaringan air bersih cukup baik. Pengelolaan sampah termasuk cukup, dengan penerapan 3R (reduce, reuse, recycle) mulai diterapkan oleh masyarakat kota semarang.
ADVERTISEMENT
Artikel lainnya membahas tentang Desa Wisata Semarang yang menghasilkan produk dari sampah. Desa wisata ini menggunakan sampah sebagai bahan utamanya, seperti sisa bahan industri seperti botol, kantong plastic, kertas, air limbah, dan lain-lain. Ketekunan dan kreatifitas sangat dibutuhkan oleh warga Semarang untuk membangun desa wisata. Hal tersebut merupakan beberapa kepekaan warga semarang terhadap lingkungan yang mereka tinggali menjadi salah satu pendorong lingkungan yang asri.
Capung memiliki peran penting dalam ekosistem dan memberikan manfaat yang beragam bagi lingkungan sekitarnya
Selain capung mampu sebagai indikator kualitas dari sebuah lingkungan capung juga memiliki peran yang sangat vital bagi ligkungan sekitar yaitu.
1) Capung sebagai predator yang efisien bagi berbagai jenis serangga, termasuk yang dianggap sebagai hama pertanian seperti lalat, nyamuk, dan serangga kecil lainnya. Dengan memakan serangga-serangga ini, capung membantu mengontrol populasi hama dan menjaga keseimbangan ekosistem.
ADVERTISEMENT
2) Beberapa spesies capung berperan sebagai pemindah polinasi bagi tanaman berbunga. Ketika mereka mencari makan, serbuk sari dari bunga menempel pada tubuh capung dan tersebar ke bunga lainnya, memungkinkan proses pembuahan dan perkembangbiakan tanaman.
3) Capung, terutama larva capung yang hidup di air, juga menjadi sumber makanan bagi berbagai predator lainnya seperti ikan, kodok, dan burung air. Dengan demikian, mereka memainkan peran dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem air.
4) Kehadiran capung yang beragam dalam suatu ekosistem mencerminkan keanekaragaman hayati yang sehat. Capung merupakan bagian penting dari keanekaragaman hayati dan membantu memperkuat jaringan ekologis di dalamnya.
Jika capung tidak lagi ada dalam suatu ekosistem, hal ini dapat memiliki dampak besar yang berdampak luas pada lingkungan dan manusia. Beberapa akibat yang mungkin terjadi antara lain:
ADVERTISEMENT
Peningkatan populasi hama, capung adalah predator alami bagi banyak jenis serangga yang dianggap sebagai hama pertanian, seperti lalat, nyamuk, dan serangga-serangga kecil lainnya. Jika capung tidak ada, populasi hama dapat meningkat secara signifikan, menyebabkan kerugian ekonomi bagi pertanian dan kesejahteraan manusia. Selain itu, capung berperan penting dalam rantai makanan dan jaringan ekologis. Tanaman yang memerlukan polinasi oleh capung dapat mengalami penurunan hasil jika capung tidak ada untuk melakukan proses tersebut. Ini dapat berdampak pada produksi pangan dan keamanan pangan secara keseluruhan. Larva capung adalah predator penting dalam ekosistem air, membantu mengontrol populasi serangga air lainnya. Jika larva capung tidak ada, populasi serangga air lainnya dapat tumbuh tidak terkendali, menyebabkan gangguan pada ekosistem air.
ADVERTISEMENT
Dalam era yang dipenuhi dengan tantangan lingkungan, keberadaan capung yang masih melimpah di kota Semarang merupakan sebuah harapan. Ini menunjukkan bahwa walaupun kita hidup dalam lingkungan perkotaan yang padat, kita masih mampu menjaga keseimbangan dengan alam. Capung bukan hanya sekadar serangga yang indah, tetapi juga merupakan simbol keberhasilan kita dalam menjaga lingkungan tempat kita tinggal. Dengan terus memelihara keberagaman hayati dan kualitas lingkungan yang baik, kita dapat memastikan bahwa Semarang tetap menjadi tempat yang layak bagi manusia dan makhluk lainnya untuk hidup bersama.