Setumpuk Rindu Anak Rantau

Yulia Rosa Purba
Journalism Student of Polytechnic State Jakarta
Konten dari Pengguna
14 Mei 2022 18:58 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yulia Rosa Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak rantau. Foto: Pixels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak rantau. Foto: Pixels.com
ADVERTISEMENT
“Sedih rasanya ingin kumpul dengan keluarga, namun waktu yang kurang tepat dan banyak kendala yang membuat tidak dapat pulang kampung. Dipikir-pikir emang mending di rantau dulu saja. Walau banyak momental yang dirindukan seperti berkumpul dengan keluarga,” begitu kata Nisa, seorang mahasiswi UIN Surakarta.
ADVERTISEMENT
Banyak sekali faktor yang mendorong orang-orang pergi dari tempat asal atau kelahiran menuju tempat lain, guna menjalani kehidupan baru maupun untuk sekadar mencari pengalaman hidup atau pekerjaan. Dengan merantau pula dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, belajar hal - hal baru di tanah rantau, dan juga bisa merawat diri sendiri.
Banyak momen yang dirindukan saat sedang merantau. Namun, sebagai anak rantau yang sedang mengadu nasib di kota seberang harus kuat dan pantang menyerah. Menyelesaikan target tujuan di rantau agar dapat kembali ke kampung halaman dan mendapatkan apa yang diinginkan selama ini.
Menjadi seorang pemudi yang sedang menuntut ilmu di kota orang, kamu melanjutkan pendidikan di UIN Surakarta yang terletak di kota Solo. Kamu memberanikan diri untuk pergi jauh dari kampung halamanmu, butuh waktu sekitar 5 jam bagimu agar sampai di kota itu.
ADVERTISEMENT
Nisa seorang anak perempuan dari empat bersaudara dan sekaligus menjadi anak pertama yang mewarnai kehidupan keluarga kecil. Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sana agar mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini. Kelak, akan membahagiakan ibu dan ayahmu dengan belajar sekuat tenaga untuk membalas semua perjuangan kedua orang tuamu tercinta.
Menjalani kehidupan di tanah rantau tanpa orang tua dan sanak saudara di sekitarmu merupakan salah satu hal yang berat. Sampai di titik ini ingin sekali balik ke kampung halaman, namun apa daya tidak bisa kembali begitu saja. Saat dalam keadaan sendiri, berada di ruang yang sepi melamun meratapi banyak kerinduan yang tak terbendung sampai saat ini belum bisa terobati.
“Rumah yang memiliki sejuta kenangan itu amat aku rindu di mana selalu mendengarkan ayah sang motivator nomor satu yang selalu menggebu bahwa aku bisa lebih baik dari kedua orang tua. Sebuah pertengkaran kecil bersama adik pula yang sering terjadi saat bertemu tetapi, mereka yang paling mengerti.” Begitu tuturmu yang menyimpan segudang kerinduan.
ADVERTISEMENT
Kamu menjalani hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan pun berganti, sebagai anak rantau sudah terbiasa dengan kesendirian dan kesepian tanpa melihat langsung wajah dan senyuman dari kedua orang tuamu.
“Kali ini pertemuan bukan untuk penghilang rindu, walaupun lebaran tanpa keluarga. Tetapi, doa sehat dan bahagia untuk kalian dan mendapatkan nilai yang diharapkan membuat kalian tersenyum merekah. Meminta didoakan dari kedua orang tua menjadi sesuatu kekuatan yang ada pada tiap sujud kalian.” Itu yang selalu Nisa katakan.
Kamu tersenyum tipis dengan tatapan lekat, setelah itu kamu menuturkan dengan bernada lembut. “tidak mengapa bersedih-sedih dahulu demi masa depan yang lebih baik. Kita menggunakan telepon dengan sebaik-baiknya. Jika rindu vc, zoom, memberi kabar sama keluarga di kampung. Harus selalu semangat!”.
ADVERTISEMENT
Jauh dari orang tua, sahabat karib, suasana yang masih asri dan indah bukan hal yang mudah dilakukan. Temannya sering beranggapan "Enak yah jauh dari orang tua bisa bebas mau main sampe larut malam pun tidak ada yang melarang". Anggapan yang salah besar, jauh dari orang tua adalah satu hal yang sangat berat. Dibanding jauh dengan pacar, jauh dengan orang tua lebih berat bagimu.
“Orang tua tau bahwa sangat berat melepaskan anak pergi di tanah orang. Hanya orang tua yang hebat mampu merelakan anaknya pergi jauh meninggalkannya, dan orang-orang yang kuatlah mampu menjelajah kota orang,” Ujar ibumu sebelum kamu pergi ke tanah rantau.
Kamu sangat semangat menuntut ilmu di rantau, jauh dari orang tua tidak membuatmu patah semangat. Setumpuk rindu tidak menjadi penghalang meraih impianmu, bahkan itu menjadi dorongan agar semakin giat dan mencapai impian dengan hasil yang amat memuaskan. Itu sebabnya kamu tidak mengeluh walau jauh dan tinggal di kota orang. “Jika bukan semangat pemuda yang membara untuk meraih masa depan, siapa lagi?” katamu.
ADVERTISEMENT
“Merantau lah!” pesanmu.
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman tinggalkan dan hiduplah di rantau. Namun, temanmu banyak yang tidak merantau. Melanjutkan pendidikan di kampung sendiri, hal itu tidak masalah yang terpenting niat menuntut ilmu sebagai bekal di masa depan kelak.