Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengigau dalam Sleep Behaviour
29 November 2022 12:28 WIB
Tulisan dari yuri izazi zakiroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah tersirat di benak kalian, bagaimana mengigau bisa terjadi?Padahal saat kita tertidur kita tidak merasakan apa-apa. Kejadian ini memang tidak sering dialami oleh semua orang. Akan tetapi tenang saja, mengigau bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan. Mengigau umum terjadi dan tidak ada hubungannya dengan gangguan mental atau penyakit tertentu. Kecuali jika kalian mengigau dan mengganggu orang di sekitar, barulah kalian perlu mengkhawatirkannya.

Sebelum kita mengorek lebih dalam tentang mengigau, perlu diketahui bahwa mengigau itu merupakan salah satu jenis Parasomnia. Apa itu Parasomnia? Parasomnia adalah gangguan tidur berupa peristiwa atau pengalaman fisik yang tidak diharapkan dan terjadi selama proses tahapan tidur.
ADVERTISEMENT
Supaya kalian paham di pembahasan kita nanti, Berikut penjelasan mengenai tahapan tidur.
Stage of Sleep
Untuk tahapan tidur sendiri, umumnya terdapat empat fase yang akan kita alami selama tidur. Satu fase Rapid Eye Movement (REM) dan tiga fase untuk Non Rapid Eye Movement (NREM). Tahapan pertama yang terjadi adalah NREM tahap 1. Pada fase ini, Aktivitas otot dan pergerakan mata mulai menurun. Kinerja otak, detak jantung dan pernafasan juga makin lambat. Kesadaran kita berada di antara terlelap dan sadar. Tubuh kita mulai rileks dan siap untuk tidur. Fase ini berlangsung selama kurang lebih 1 sampai 5 menit.
Kemudian setelah tubuh merasa rileks, kita lanjut memasuki fase kedua. Tubuh kita makin rileks dan kesadaran kita makin menurun. Pergerakan mata sudah berhenti, tubuh kita sudah siap untuk tidur nyenyak. Akan tetapi, meskipun kinerja otak menurun, otak kita mengeluarkan aktivitas pola amplitude yang bernama k-kompleks. K-kompleks akan membuat kita bisa menanggapi stimulus dari lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati fase kedua, di fase NREM ketiga ini terjadi transisi antara tidur nyaman dengan tidur lelap. Di fase ini kita sudah tertidur dengan nyenyak dan kurang responsif. Kita akan sulit untuk dibangunkan. Bahkan jika kita bangun di fase ini, kita akan merasa tidak ‘segar’ dan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan kesadaran.
Memasuki fase REM, aktivitas otak kita justru meningkat mendekati layaknya ketika sedang terbangun. Namun, di fase ini otot tubuh tidak berfungsi kecuali otot mata dan otot pernafasan. Fase REM dikenal sebagai tahap di mana mimpi muncul ketika tidur. Hal ini diperjelas oleh aktivitas otak yang meningkat. Meskipun sebenarnya mimpi bisa muncul di kedua jenis tahap. Umumnya, fase REM ini akan kita capai ketika waktu tidur kita sudah mencapai 90 menit. Tahapan REM mencakup sekitar 25% dari tidur orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Asal-usul Parasomnia
Setelah mengenal tahapan tidur kita akan lanjut membahas tentang Parasomnia terlebih dahulu. Istilah Parasomnia pertama kali diciptakan oleh Henri Roger, seorang peneliti dari Prancis, pada tahun 1932. Penamaan ini berasal dari gabungan kata yunani ‘Para’ yang berarti ‘di samping’ atau ‘sepanjang sisi’ dan istilah latin ‘Somnus’ yang berarti ‘tidur’.
Dahulu, Parasomnia dianggap sebagai sebuah penyakit mental. Akan tetapi, beberapa peneliti pada zaman ini berpendapat bahwa kemunculan fenomena ini disebabkan oleh transisi otak ketika terbangun dan tertidurnya seseorang.
Kemudian, apa hubungannya Parasomnia dengan tahapan tidur yang tadi kita bahas? Parasomnia terjadi dan muncul di fase yang khusus di antara siklus tahapan tidur kita. Jenis-jenis Parasomnia dibedakan dan dibagi berdasarkan The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-5 (DSM-5) dan International Classification of Sleep Disorders-3 (ICSD-3). Parasomnia bisa muncul dengan sendirinya maupun disebabkan oleh trauma, penyakit kejiwaan, dan gangguan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
mengapa kita bisa mengigau?
Berbeda dengan jenis Parasomnia yang lainnya, mengigau atau dalam bahasa ilmiahnya Somniloquy, dapat muncul di fase Non Rapid Eye Movement maupun di fase Rapid Eye Movement. Gejala utama dari mengigau bisa berupa gumam tidak jelas atau berbicara dengan jelas.
Dari setengah dokumen rekaman mengigau, sebuah studi linguistik menemukan apa yang terucapkan adalah hal yang tidak bisa dipahami, berupa bergumam. Kemudian setengah dokumen mengigau yang lainnya dapat dipahami, berupa tata bahasa yang standar dan disertai jeda layaknya sedang melakukan konversasi dengan orang lain.
Mengigau cenderung singkat dan hanya melibatkan beberapa kata dan kalimat. Berdasarkan dari berbagai sumber penelitian, mengigau mungkin tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari subjek, peristiwa saat itu, atau percakapan yang subjek lakukan sebelumnya. Beberapa bukti menunjukkan bahwa apa yang terucap saat mengigau terkadang ada hubungannya dengan mimpi yang dialami saat tertidur. Namun tidak semua mengigau berkaitan erat dengan aktivitas mimpi yang kita alami.
ADVERTISEMENT
Mungkin bagi kalian yang pernah atau sering mengalami mengigau menganggap jika hal ini terjadi disebabkan oleh kelelahan. Namun untuk para ahli sendiri belum yakin persis mengapa orang bisa mengigau. Ada beberapa penelitian yang memberi bukti adanya kemungkinan mengigau disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan.
Bagi kalian yang khawatir dengan kebiasaan mengigau, tenang saja. Mengigau untuk kita sendiri tidak ada dampak negatifnya. Namun jika kalian memiliki teman sekamar, pastinya mereka akan mengeluh jika mengigau mengganggu tidurnya. Untuk menghindari perselisihan, kita perlu mencari cara untuk mencegah atau mengatasinya.
Berdasarkan artikel yang dilansir oleh Sleep Foundation, kita disarankan untuk menerapkan Sleep Hygiene atau pola tidur yang sehat. Karena, sebagian besar jenis Parasomnia dianggap sebagai keadaan abnormal yang disebabkan oleh pola tidur yang buruk. Dengan diberlakukannya disiplin tidur yang konsisten dan stabil, Parasomnia yang kita alami akan berkurang. Hal tersebut juga berlaku pada mengigau.
ADVERTISEMENT
Yuri Izazi Zakiroh, mahasiswa psikologi universitas brawijaya.
Referensi
Fleetham, J & Fleming, J. (2014). Parasomnias. CMAJ. 186 (8) E273-E280. https://doi.org/10.1503/cmaj.120808
Singh, S., Kaur, H., Singh, S., & Khawaja, I. (2018). Parasomnias: A Comprehensive Review. Cureus 10(12): e3807. https://doi.org/10.7759/cureus.3807
Stage of Sleep. Lumen: Introduction to Psychology. https://courses.lumenlearning.com/waymaker-psychology/chapter/stages-of-sleep/
Suni, E. (2022). Sleep Talking. Sleep Foundation. https://www.sleepfoundation.org/parasomnias/sleep-talking