Perlawanan Ide Kultural dan Transendental

Zackir L Makmur
Pemerhati masalah sosial budaya, menulis beberapa buku fiksi dan non fiksi, dan bergiat di IKAL Strategic Center (ISC).
Konten dari Pengguna
8 Februari 2023 10:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zackir L Makmur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di dalam gonjangan psikologis, cinta hadir menjadi sebuah dilematis di antara sumpah serapah –sesal adanya sebuah takdir atau mensyukuri anugerah Illihiah.
ADVERTISEMENT
Konflik kejiwaan manusia yang sangat berat itu ditampilkan sebuah pementasan Sindikat Aktor Jakarta, 7 Februari 2023, di GRJB, dengan judul The Many Taboos of Being Gay, sutradara Joind Bayuwinanda, dengan para pelakon Joind Bayuwinanda, Kukuh Pamungkas Soeprijadi, Mario Denaldo, Nadine Nadila, dan Firqi Hidayatullah. Naskah ditulis oleh Joe Pintauro dan Eka D. Sitorus.
Konflik kejiawaan manusia yang dipentaskan Sindikat Aktor Jakarta ini, menajdi satu noktah di dalam Indonesia yang berpopulasi 173,8 juta manusia. Berapakah jumlah kaum gay di Indonesia? Saya tidak punya data, bahwa di Indonesia sudah sejak tahun 1993 dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, disusun oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan RI, homoseksualitas bukan lagi dianggap gangguan jiwa (penyakit).
Pementasan Sindikat Aktor Jakarta, 7 Februari 2023, di GRJB. (Foto.dok.zackir)
Pementasan Sindikat Aktor Jakarta, 7 Februari 2023, di GRJB. (Foto.dok.zackir)
Tetapi itu semacam patahan sebuah bisikan, yang hal ini begitu mengiris-iris psikologis yang gumamnya lamat-lamat menerobos masuk lobang kuping untuk mengendap di pemikiran. Kemudian pecah berkeping-keping menjadi perspektif dan asumsi, untuk pemikiran kultural, intelektual, dan transendental.
ADVERTISEMENT
Dengan pijakan itu harusnya sutradara Joind Bayuwinanda mengusung homoseksualitas bukan lagi dianggap gangguan jiwa (penyakit). Dalam masyarakat, juga sebagian masayarakat Indonesia, kaum gay diberikan stigma sebagai kaum yang tak punya trasformatif pemikiran. Bahasa gampangnya: sampah.
Kekejaman itu telah lama berlangsung, termasuk di sebagian pandangan masyarakat Indonesia. Pertama, pada sistem nilai budaya heteroskes, di mana hubungan seksual dan emosional antara lelaki dan perempuan yang dapat terima. Hubungan lelaki-lelaki, perempuan-perempuan, lelaki-waria dan perempuan-warier dianggap aneh, dianggap sampah.
Dan kedua, kekeliruan umum adalah menganggap gay, lesbian dan waria hanya dari segi seksual belaka. Padahal, seperti masyarakat umum, kehidupan mereka di luar identitas yang diberikan masyarakat tidak ada yang berbeda terlampau jauh.
Dua kekejaman itu ketika diusung pementasan Sindikat Aktor Jakarta ini, maka secara halus dan pelan-pelan menghancurkan opini yang telah lama bersemayam itu. Seorang perempuan yang istri agamawan, dimainkan cukup bagus oleh Nadine Nadila, melangsungkan penghancuran kekajam itu. Sampai pada satu momentum sang istri agamawan ini mempertanyakan takdir secara transendtal.
ADVERTISEMENT
Maka dari semua itu secara tak langsung pementasan ini menghimpun ide-ide perlawanan terhadap ide kultural, intelektual, dan transendental. Hal-hal ini berat, namun disampaikan dengan khidmat, hingga perlawanan yang diberikan pun mengundang perenungan. ***