Konten dari Pengguna

Kurikulum Merdeka dalam Pandangan Filsafat Perenialisme

Zacky Al-Ghofir El-Muhtadi Rizal
Mahasantri UIN Gusdur Pekalongan
20 November 2024 9:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zacky Al-Ghofir El-Muhtadi Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka, yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia, bertujuan untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada siswa untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal. Terjadi pro dan kontra terkait dengan pelaksanaan kurikulum merdeka ini. Dalam konteks rumpun ilmu filsafat pendidikan islam, kita bisa mengaitkan dengan aliran perenialisme.
ADVERTISEMENT
Perenialisme menekankan pentingnya nilai-nilai dan pengetahuan yang abadi. Aliran filsafat ini berfokus pada pengajaran prinsip-prinsip universal yang bertahan sepanjang waktu, terutama dalam hal perkembangan karakter, akhlak, dan intelektual siswa.
sumber pixabay
zoom-in-whitePerbesar
sumber pixabay

KURIKULUM MERDEKA DALAM PANDANGAN PERENIALISME

1. Nilai-Nilai Universal dan Abadi

Perenialisme menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilai yang bersifat abadi, seperti kebenaran, keadilan, dan kebajikan. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, hal ini dapat dilihat dalam usaha kurikulum untuk mengembangkan karakter siswa melalui pendidikan yang tidak hanya mengutamakan keterampilan praktis, tetapi juga nilai-nilai luhur. Sebagai contoh, penerapan proyek berbasis nilai, seperti pendidikan karakter dan penguatan moral dalam pembelajaran, sesuai dengan prinsip-prinsip Perenialisme yang menekankan pentingnya mengajarkan kebijaksanaan dan pengetahuan yang bersifat universal

2. Fokus pada Pembentukan Karakter dan Sikap Kritis

Perenialisme percaya bahwa pendidikan harus membentuk karakter siswa, terutama melalui pengajaran filsafat, sastra, dan ilmu pengetahuan yang telah terbukti berdampak pada pengembangan intelektual dan moral. Dalam Kurikulum Merdeka, ada kebebasan lebih untuk merancang pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kompetensi esensial dan kemandirian siswa. Aliran Perenialisme akan melihat ini sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan pengajaran tentang prinsip-prinsip etika, moral, dan rasionalitas dalam konteks yang lebih fleksibel dan mendalam.
ADVERTISEMENT

3. Pendekatan Pembelajaran

Perenialisme mengedepankan pembelajaran yang mendalam dan mengarah pada pemahaman yang lebih luas terhadap dunia. Kurikulum Merdeka, yang memungkinkan pengajaran berbasis proyek, penelitian, dan pendekatan berbasis masalah, dapat dianggap selaras dengan prinsip Perenialisme dalam mendorong siswa untuk berpikir kritis dan reflektif. Meskipun demikian, dalam pandangan Perenialisme, pendekatan tersebut harus tetap fokus pada pengajaran hal-hal yang dianggap "abadi" dan universal, seperti pemahaman tentang kebudayaan, filsafat, dan pengetahuan manusia yang telah terbukti relevan sepanjang zaman

4. Kemandirian Belajar

Kurikulum Merdeka memberi ruang bagi siswa untuk memilih jalur pembelajaran mereka sesuai dengan minat dan potensi mereka. Hal ini mungkin dipandang dari perspektif Perenialisme sebagai kebebasan untuk mengakses pengetahuan yang mendalam, selama siswa tidak kehilangan arah dalam pencarian mereka terhadap pengetahuan yang mendasar dan abadi. Perenialisme akan mendorong adanya pembelajaran yang tidak hanya mengutamakan inovasi atau perkembangan tren, tetapi tetap berfokus pada prinsip-prinsip yang memiliki nilai universal dan relevansi sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Pada hakikatnya, Kurikulum Merdeka dapat dipandang sebagai usaha untuk menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai abadi yang menjadi dasar pendidikan menurut filsafat perenialisme dan kebebasan serta fleksibilitas dalam penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan zaman. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka berpotensi untuk mengembangkan individu yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kebijaksanaan dan karakter yang matang.