Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perjuangan Mengabdi di Desa Sendiri
13 Maret 2022 21:36 WIB
Tulisan dari Zacky Prayudha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
"Kondisi pendidikan di Kampung Cikadu saat ini masih sekitar 80% kualitasnya" ucap Bakon Askolani. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal. Seperti, kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan sangat kurang, semangat belajar dari anak-anak turun, masih jarangnya teknologi yang masuk ke dalam desa, dan masih mengandalkan mata pencahariannya sebagai buruh tani.
ADVERTISEMENT
Bakon Askolani adalah tenaga pendidik serta tokoh masyarakat di Kampung Cikadu, Desa Rabak yang menyadari tentang kurangnya kesadaran akan pendidikan di kampungnya. Saat ia duduk dibangku SMA, Beliau memperhatikan angkatan beliau hanya terhitung 12 orang yang melanjutkan ke SMP, empat orang yang melanjutkan ke SMA, dan hanya tiga orang melanjutkan ke perguruan tinggi termasuk beliau.
Hal tersebutlah yang memotivasi beliau untuk merubah kampung dan desanya menjadi lebih peduli akan pentingnya pendidikan. Ia melihat potensi Desa Rabak yang mampu menjadi desa berpendidikan sehingga ia mengambil jurusan pendidikan untuk dapat mengajar dan mewujudkan mimpinya meningkatkan kualitas pendidikan di desanya.
Awal Mula Menjadi Pendidik
Setelah beliau lulus dari bangku perkuliahannya. Ia memulai dengan menjadi guru SD di SDN Rabak 2 yang terletak di Kampung Cikadu, Desa Rabak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ia kira pada awalnya semua akan mudah untuk merubah situasi pendidikan di desanya, namun ternyata banyak sekali tantangan dan hambatan yang melanda.
ADVERTISEMENT
Beliau mengatakan memang akan sangat sulit bergerak sendirian menghadapi orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Kebanyakan dari mereka hanya tamatan SD, putus sekolah, bahkan tidak sekolah sama sekali. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab utama rendahnya kualitas pendidikan di Kampung Cikadu. Tidak adanya dukungan orang tua kepada anak-anaknya agar menempuh pendidikan setinggi mungkin.
Namun usaha beliau untuk mewujudkan mimpinya meningkatkan kualitas pendidikan di Kampung Cikadu tidak pernah padam. Ia rela mengajar kerumah-rumah siswa yang belum paham karena orang tua mereka tidak mampu untuk membimbing. Bahkan beliau pernah membawakan meja serta kursi ke rumah siswa agar siswa tersebut mau mengikuti ulangan akhir meskipun dirumahnya. Hal itu dilakukan agar siswa tersebut mendapatkan nilai dan lulus syarat untuk naik kelas.
ADVERTISEMENT
Buah Dari Kerja Ikhlas
Setelah 8 tahun terjun di dunia pendidikan dan menghadapi tantangan serta hambatan khususnya dengan orang tua. Beliau sudah bekerja sama dengan tenaga pendidik, komite, pemuda, tokoh masyarakat, mahasiswa, bahkan pemerintah untuk merubah kampung Cikadu menjadi kampung yang berpendidikan. Yang pada awalnya tahun 2014 kesadaran akan pendidikan di kampung tersebut hanya 45%, saat ini meningkat hingga 80%.
Beliau melihat dari tingkat SD yang melanjutkan ke jenjang SMP itu sudah semuanya. Siswa SMP yang melanjutkan ke SMA sudah 90%. Walaupun memang siswa SMA yang melanjutkan ke jenjang perkuliahan masih 0,7% atau dari 100 orang hanya 2 sampai 3 saja yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Meskipun begitu, ini menjadi sebuah kemajuan besar untuk Kampung Cikadu dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan di sana.
ADVERTISEMENT
Beliau mengatakan bersama dengan rekan-rekan pendidik lainnya, pada tahun 2015, SDN Rabak 02 mendapatkan juara olimpiade siswa nasional tingkat kecamatan dan kabupaten dengan perlombaan silat dan di tahun 2016 menang tingkat kecamatan sehingga menjadi perwakilan juara untuk mewakili ke tingkat kabupaten.
Para tenaga pendidik sangat gembira dan terharu ketika anak-anaknya berhasil bahkan sudah ada anak didik dari Pak Bakon yang lulus S1. Melihat hal tersebut, beliau sangat bersyukur atas apa yang sudah ia berikan kepada anak murid serta desanya. Saat ini beliau masih berjuang dalam menciptakan desa yang ia impikan sedari dulu yaitu desa yang berpendidikan. Kecintaannya pada pendidikan membuat beliau tetap semangat menjalani akivitasnya memajukan desa.