Konten dari Pengguna

Fakta Unik Mengenai Novel "Awal dan Mira" Karya Utuy Tatang Sontani

Zahra Maulida
Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29 Juli 2024 18:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Memotret Sendiri
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Memotret Sendiri
ADVERTISEMENT
Utuy Tatang Sontani merupakan kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 13 Mei 1920. Utuy Tatang Sontani lahir dari keluarga Sunda. Ia menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), tetapi tidak menyelesaikan pendidikannya karena situasi ekonomi. Karya-karya terkenal miliknya adalah "Suling" (drama, 1948), "Bunga Rumah Makan" (drama, 1948), "Awal dan Mira" (novel, 1962), "Tambera" (novel, 1949), "Sang Kuriang" (drama, 1955).
ADVERTISEMENT
Novel "Awal dan Mira" (1962), kemungkinan besar novel ini bukan karyanya yang ke-2 atau ke-3, melainkan sudah lebih belakangan dalam urutan kronologis karya-karyanya. Novel ini memiliki beberapa keunikan di dalamnya, di antaranya:
1. Kritik sosial yang tajam: Novel ini dikenal dengan kritik sosialnya yang tajam terhadap feodalisme dan ketimpangan kelas yang masih ada di masyarakat Indonesia pada masa itu.
2. Penggambaran karakter yang kompleks: Utuy Tatang Sontani berhasil menciptakan karakter-karakter yang tidak hitam-putih, melainkan memiliki kompleksitas dan dilema moral yang membuat mereka lebih realistis.
3. Gaya bahasa yang khas: Penggunaan bahasa oleh Utuy dalam novel ini cenderung lugas namun puitis, mencerminkan gaya khasnya sebagai penulis dan dramawan.
4. Penggabungan unsur tradisional dan modern: Novel ini menggabungkan elemen-elemen tradisional Indonesia dengan isu-isu modernitas, menciptakan narasi yang unik.
ADVERTISEMENT
5. Eksplorasi tema-tema universal: Selain isu-isu lokal, novel ini juga mengeksplorasi tema-tema universal seperti cinta, kekuasaan, dan pencarian jati diri.
6. Refleksi kondisi politik: Novel ini juga merefleksikan kondisi politik Indonesia pada masa itu, meskipun tidak secara eksplisit.
7. Teknik narasi yang inovatif: Utuy menggunakan teknik narasi yang cukup inovatif untuk zamannya, termasuk alur yang tidak selalu linear.
8. Penggambaran setting yang vivid: Deskripsi setting dalam novel ini sangat hidup, memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi sosial dan geografis pada masa itu.
9. Simbolisme yang kuat: Novel ini kaya akan simbol-simbol yang memperdalam makna cerita.
10. Relevansi lintas zaman: Meskipun ditulis pada tahun 1962, banyak tema dan isu yang diangkat dalam novel ini masih relevan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Keunikan-keunikan ini membuat "Awal dan Mira" menjadi karya yang penting dalam perkembangan sastra Indonesia modern dan sering dijadikan bahan studi dalam kajian sastra.