Konten dari Pengguna

Menggali Makna Puisi Tiga Lembar Kartu Pos melalui Kajian Diksi

Zahra Salbiyah Aniqah Syach
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 Mei 2024 16:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahra Salbiyah Aniqah Syach tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meja dihiasi buku-buku, alat tulis, dan laptop dengan latar belakang berwarna merah muda. (Sumber: https://www.istockphoto.com)
zoom-in-whitePerbesar
Meja dihiasi buku-buku, alat tulis, dan laptop dengan latar belakang berwarna merah muda. (Sumber: https://www.istockphoto.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puisi Tiga Lembar Kartu Pos merupakan salah satu karya Sapardi Djoko Damono yang ditulis pada tahun 1975 dan diterbitkan dalam bukunya berjudul Hujan Bulan Juni. Puisi ini menjelaskan terkait hubungan manusia yang mengalami keraguan terhadap tuhannya. Melalui puisi ini, pengarang menggambarkan bahwa manusia tidak yakin pada tuhannya karena dianggap tuhan tidak pernah menjawab segala doa-doa yang dipanjatkannya. Dalam puisi tersebut dijelaskan pula terdapat perasaan kegelisahan yang dialami oleh manusia. Hal ini disebabkan oleh adanya sesuatu yang dianggap tidak memiliki kejelasan dan kepastian, sehingga muncul perasaan curiga pada tuhannya.
ADVERTISEMENT
Melalui tulisan ini akan membahas terkait analisis struktur fisik dari sebuah puisi yang berfokus pada pengkajian diksi di dalam puisi tersebut. Dapat kita ketahui bahwa diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh seorang pengarang dalam mengungkapkan makna atau pesan berdasarkan nilai estetikanya. Dalam pemilihan kata, seorang pengarang perlu memilih kata yang tepat dengan memperhatikan setiap kata dalam baitnya, sehingga tidak merusak makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Lembar Kartu Pos 1
Pada bagian ini menggambarkan bahwa manusia mengalami keraguan dan membutuhkan kejelasan untuk menjawab ketidakyakinannya terhadap tuhan. Pengarang memaparkan bahwa manusia menganggap tuhan dapat menjawab segala doa-doa yang dipanjatkan dengan melakukan pembersihan diri dari segala dosa dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, manusia juga memiliki pandangan bahwa tuhan tidak memberikan petunjuk yang jelas terkait proses tersebut. Hal ini dapat ditemukan pada kutipan “tak pernah tegas mengakui bahwa harus menyelesaikan perkaramu dengan-Ku”. Selain itu, dalam kutipan “tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat”, pemilihan kata pada bagian ini menggambarkan bahwa keberadaan tuhan yang tidak dapat diketahui. Kutipan lain juga ditemukan terkait penggambaran bahwa adanya keinginan agar tuhan segera menjawab doa-doanya. Diilustrasikan pula adanya kegelisahan yang dialami manusia dalam menghadapi situasi yang terjadi. Hal ini ditemukan pada kutipan “alamat-Ku kau tulis dengan sangat tergesa, Kubayangkan tanganmu gemetar…”.
ADVERTISEMENT
Lembar Kartu Pos 2
Pada bagian kedua ini manusia digambarkan masih mengalami kebingungan tentang keberadaan tuhan. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan kata pada kutipan “kau dimana kini?” dan “Bagaimanapun Aku ingin tahu dimana kau kini”. Melalui kutipan tersebut juga dapat dipahami mengenai manusia yang kehilangan arah dalam hidupnya, sehingga membuat ia bertanya-tanya terkait keberadaan dan wujud tuhan selama ini. Selain itu, pada kutipan “pernahkah kau tulis surat itu?”, pemilihan kata pada bagian ini dapat didefinisikan bahwa manusia mempertanyakan terkait doa-doanya selama ini yang tak kunjung dikabulkan oleh tuhannya. Meskipun begitu, manusia merasa bahwa tuhan sejatinya ada didekatnya setiap waktu. Manusia dapat merasakan akan kehadiran tuhan. Walaupun, ia tidak mampu untuk melihat wujud dan mengetahui keberadaan tuhannya. Dapat ditemukan pada kutipan “Pernahkah sekujur tubuhmu mendadak dingin ketika kau lihat bayang-bayang-Ku yang tertinggal dikamarmu?”. Pemilihan kata pada kutipan tersebut dapat memperkuat pandangan pembaca bahwa tuhan sebenarnya ada. Namun, manusianya saja yang sudah kehilangan arah.
ADVERTISEMENT
Pada bagian ini pula dijelaskan bahwa manusia menduga tuhan telah meninggalkan dirinya. Padahal realitanya, manusia itu sendiri yang tidak mampu menjaga hubungan baik pada tuhannya melalui beribadah dan menjauhi larangan yang telah diperintahkan. Hal ini ditemukan pada kutipan “Mungkin Aku keliru, mungkin selama ini kau tak pernah merasa memelihara hubungan dengan-Ku”. Lalu, pada kutipan “percakapan Kita yang panjang perihal topeng yang tergantung di dinding itu”, kata “topeng” dapat dipahami sebagai dosa atau perbuatan tercela yang dilarang dalam agamanya. Tuhannya mengetahui segala dosa yang telah diperbuat oleh manusia tersebut. Melalui kutipan pada bagian ini memperjelas pandangan pembaca mengenai manusia yang kehilangan arah dan selalu melakukan perbuatan dosa. Namun, manusia tersebut memaksa tuhan agar segera mengabulkan doa-doa yang ia panjatkan. Maka dari itu, dapat dipahami alasan tuhan yang tak kunjung menjawab doa-doanya.
ADVERTISEMENT
Lembar Kartu Pos 3
Pada bagian ini memperjelas terkait sikap manusia yang mengabaikan perintah tuhannya, sehingga membuatnya jauh terhadap tuhan penciptanya. Manusia tersebut mendekatkan tuhan, ketika hanya ada keinginan akan hal-hal yang bersifat duniawi. Terlepas dari hal itu, manusia seringkali melakukan dosa dan mengabaikan segala perintah tuhannya. Dapat ditemukan pada kutipan “hanya sekali ia pernah menyebut-nyebut nama-Mu, yakni ketika aku meraung”, dalam hal ini pemilihan kata “hanya sekali” menunjukan suatu intensitas yang sangat rendah atau jarang sekali untuk dilakukan. Lalu, pada kata “meraung” menunjukan bahwa manusia akan mengingat tuhannya ketika sedang mengalami kesulitan dan penderitaan. Selain itu, ditemukan pula pada kutipan “anakmu yang tinggal itu menulis surat, katanya antara lain, “...alamat-Mu kudapati di tong sampah”. Pemilihan kata pada kutipan tersebut mengandung makna bahwa terdapat petunjuk yang membahas terkait keberadaan tuhan. Namun, dalam hal ini mengindikasikan adanya suatu sikap ketidakpedulian dan mengabaikan petunjuk tuhannya. Petunjuk tuhan itu dapat diartikan sebagai kitab pedoman bagi agama yang dianutnya. Adanya sikap ketidakpedulian terhadap petunjuk tuhan, dapat ditemukan pula pada kutipan “di antara surat-surat yang dibuang Ayah”. Sesuatu yang seharusnya bernilai berharga, hanya saja diabaikan oleh manusia begitu saja. Dengan demikian, melalui kutipan-kutipan tersebut dapat memperkuat pemahaman pembaca terkait asumsi manusia bahwa tuhan adalah sesuatu yang tidak penting dalam hidupnya, melainkan tuhan hanya dibutuhkan ketika keadaan tersulit saja.
ADVERTISEMENT
Lembar Kartu Pos bagian tiga ini menjelaskan pula terkait manusia yang menuduh tuhan dan menganggap tuhan memiliki maksud atau rencana lain terhadap dirinya. Hal ini ditemukan pada kutipan “siasatnya pasti siasatmu juga; menatap tajam sambil menuduh”. Pada kutipan lain juga disampaikan mengenai manusia yang mempertanyakan akan kekuasaan tuhannya. Manusia menganggap bahwa keberadaan tuhan tidak memiliki dampak terhadap hidupnya. Doa-doa yang dipanjatkan pun tidak pernah terkabul oleh tuhannya. Manusia memandang tuhan sebagai sesuatu yang tidak berarti. Dapat ditemukan pada kutipan “kunfayakun-Ku sia-sia belaka”. Pemilihan kata pada kutipan ini menunjukan bahwa manusia tidak memiliki keyakinan pada tuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. (1994). Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak. Jakarta: PT. Grasindo.
ADVERTISEMENT
Hudhana, Windah Dwi dan Mulasih. (2019). Metode Penelitian Sastra: Teori dan Aplikasi. Temanggung: Desa Pustaka Indonesia.
Sari, Raras Hafiidha. (2022). Apresiasi Sastra Indonesia: Puisi, Prosa, dan Drama. Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.