Perempuan, Penuaan, dan Penghinaan yang Dianggap Normal

Elly Isfian
Pecinta kucing dan penikmat kopi yg suka nulis dan hobi baca
Konten dari Pengguna
2 Juni 2023 14:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elly Isfian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan punya self-esteem yang rendah. Foto: PURIPAT PENPUN/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan punya self-esteem yang rendah. Foto: PURIPAT PENPUN/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Belum lama beredar video TikTok @mr.fpm yang viral lantaran dia membeli di warung makan Teh Manis milik artis perempuan Tamara Bleszynski. Di dalam video tersebut pemilik akun @mr.fpm dilayani langsung dan bertemu dengan Tamara.
ADVERTISEMENT
Akibat video yang viral tersebut banyak netizen yang hanya fokus dengan kondisi wajah Tamara Bleszynski. Mereka menyebutkan bahwa wajah sang artis sudah menua dan mirip dengan artis lain yang pernah disuntik filler.
Di era tsunami informasi dan kebebasan berpendapat saat ini, terkadang kita terlalu mudah menggunakan jemari kita untuk melontarkan tulisan, entah itu kritik maupun nyinyiran dengan cara yang kejam. Bahkan kita tak pernah memikirkan betapa besar efek dari hujatan dan nyinyiran yang kita tulis di media sosial.
Menurut Data Digital Civility Index yang dirilis Microsoft tahun 2021 menyatakan bahwa tingkat kesopanan netizen Indonesia dalam bermedia sosial paling rendah se-Asia Tenggara. Prestasi yang tidak bisa dibanggakan. Apalagi hal seperti ini didukung oleh tingkah laku selebriti kita yang hobi mengumbar aib dan masalah pribadi.
Ilustrasi dampak media sosial. Foto: SrideeStudio/Shutterstock
Belum lepas dari ingatan kita di tahun 2022 lalu ketika Najwa Shihab difitnah Nikita Mirzani gegara Najwa mengkritisi institusi Polri. Hebatnya Najwa Shihab tidak mau reaktif menanggapi fitnah dan mencegahnya menjadi drama pribadi. Najwa Shihab pun meminta agar kita kembali ke isu publik.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi menua adalah sebuah keniscayaan, baik bagi perempuan maupun lelaki. Akan tetapi perempuan selalu menjadi sasaran empuk penghinaan fisik ini. Dalam dunia kecantikan kita pun, perempuan dituntut harus putih dan bebas kerutan.
Hal ini tak lepas dari banyaknya iklan produk-produk pencerah kulit dan anti-aging. Perempuan hanya dinilai berdasarkan fisik semata. Kecantikan memang perlu dirawat, tapi mengagungkan kecantikan itu sendiri juga bukan pilihan bijak.
Negara ini tidak hanya butuh perempuan cantik. Tapi perempuan cerdas dan punya ketulusan yang bisa merawat dan mendidik anak-anaknya.
Kepada perempuan di negeriku, kau adalah simbol kecantikan itu sendiri, dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Jangan pernah peduli dengan hujatan dan nyiyiran orang lain jika kau dianggap telah menua dan buruk rupa. Karena kau cantik dengan versimu masing-masing.
ADVERTISEMENT