Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Menelusuri Jejak Tambang Emas di Tanjakan Cigaleubeug, Anyar, Banten
7 Februari 2025 12:19 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Zaenal Mustofa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di sebuah kampung bernama Pasir Kemuning, Desa Banjarsari, Kecamatan Anyar, Serang, Banten, tersembunyi sebuah lokasi yang diduga menyimpan jejak sejarah pertambangan emas di masa lampau. Lokasi ini dikenal dengan nama Tanjakan Cigaleubeug, terletak di bawah jalan menuju Desa Banjarsari.
Cerita turun-temurun mengenai aktivitas penambangan emas di daerah ini memicu rasa ingin tahu saya untuk menelusuri kebenaran kabar tersebut. Konon, di bawah jalan yang cukup curam ini dulunya terdapat kegiatan penambangan emas.
ADVERTISEMENT
Suatu sore, saya mengajak Mang Rohim, seorang warga yang dianggap mengenal baik medan lokasi tersebut, kami berdua berangkat menggunakan sepeda motor. Setibanya di sana, kami menitipkan kendaraan di sebuah rumah yang tidak jauh dari lokasi Tanjakan Cigaleubeug, kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Jalan setapak yang kami lalui menembus semak belukar dan kebun milik warga setempat yang rimbu, jalan setapak tersebut tampak jarang dilalui orang dan sebagian tertutup semak, sehingga sulit dikenali.
Kondisi jalan yang terjal dan licin membutuhkan kewaspadaan ekstra. Dengan berhati-hati, sambil berpegangan pada dahan pepohonan, kami menyusuri jalan setapak tersebut. Sesekali, golok digunakan untuk membuka jalan. Setelah berjalan cukup lama, kami akhirnya tiba di lokasi Cigaleubeug.
Di sana mengalir sebuah sungai yang tenang berwarna cokelat kekuningan. Terdapat juga dinding batu yang menjulang tinggi, menyerupai tembok penahan tanah alami dihiasi ranting-ranting pohon dan akar yang menjuntai ke tanah.
Di lokasi tersebut, penulis menemukan sebuah bangunan baru sederhana berbentuk persegi yang dikeramik warna puti, terbuat dari batu bata dan semen. Menurut Mang Rohim, bangunan ini dibangun oleh pemilik lahan untuk beristirahat atau melaksanakan salat saat mereka berkebun. Di bangunan tersebut dilengkapi dengan karpet hijau dan disediakan pula alat kebersihan sederhana berupa sapu injuk dan sapu lidi. Lalu kami berdua membersihkan area sekitar untuk kami beristirahat supaya aman dan nyaman.
Pemandangannya yang asri sangat memukau, menampilkan keindahan alam dengan bebatuan besar yang kokoh dan pepohonan rindang khas hutan tropis.
ADVERTISEMENT
Sambil membersihkan area di sekitar bangunan, penulis mencoba mencari petunjuk keberadaan galeubeug (mesin ayakan pasir penyaring emas) dan tanda-tanda bekas aktivitas penambangan.
Namun, hingga menjelang magrib, tidak ditemukan jawaban atau bukti yang membenarkan adanya tambang emas di lokasi tersebut.
Saya dan Mang Rohim akhirnya memutuskan untuk kembali pulang dengan rasa penasaran yang belum terjawab. Kami berencana untuk kembali lagi di lain waktu guna melakukan penelusuran lebih lanjut.
Informasi Tambahan:
1. Tanjakan Cigaleubeug: Nama ini kemungkinan besar diambil dari nama mesin ayakan pasir, galeubeug.
2. Galeubeug: Mesin ayakan pasir tradisional yang digunakan untuk memisahkan emas dari material lain.
3. Potensi Ekowisata: Selain nilai sejarahnya, lokasi ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata karena keindahan alamnya.
ADVERTISEMENT
Catatan:
Informasi ini masih berupa dugaan berdasarkan cerita yang beredar. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan kebenaran adanya penambangan emas di Tanjakan Cigalebeug.