Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Politik Gender: Kesetaraan dan Representasi Kepemimpinan Politik - Pilkada 2024
9 Oktober 2024 12:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Zakky Akhfash Ramadani Suhma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) serentak 2024 yang sedang berlangsung saat ini, tidak hanya menjadi ajang konsentrasi politik antar calon kepala daerah, tetapi juga membuka perbincangan mengenai isu politik gender. Dalam Pilkada tahun ini, ada hal yang menarik perhatian, yaitu terjadi peningkatan jumlah partisipasi perempuan dibandingkan dengan Pilkada di beberapa momen terakhir. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mencatat bahwasannya terdapat setidaknya 309 perempuan sebagai calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan terdapat 18 perempuan sebagai calon Gubernur/Wakil Gubernur.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan-pertanyaan besar muncul dengan meningkatnya jumlah partisipasi perempuan dalam Pilkada serentak kali ini. Apakah keterlibatan perempuan benar-benar memperjuangkan kesetaraan gender atau hanya menjadi simbol representasi perempuan dalam politik? Hal ini menjadi penting untuk dibahas, mengingat peran perempuan dalam dunia politik di Indonesia masih sering dipandang sebelah mata dan terjebak dalam steriotip gender.
Kesetaraan Gender atau Simbol Representasi?
Pemilihan Kepala Daerah biasanya didominasi oleh laki-laki. Peningkatan jumlah partisipasi Pilkada serentak 2024 menujukkan perubahan positif dalam memperbaiki norma patriarki yang sudah lama mengakar. Perempuan dianggap tidak dapat menjadi sosok pemimpin yang baik, tidak dapat mengambil atau membuat kebijakan dengan baik, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, keterlibatan calon pemimpin perempuan dalam Pilkada serentak 2024 tidak hanya menunjukkan representasi angka, tetapi lebih dari itu. Partisipasi perempuan sebagai seorang calon pemimpin daerah diharapkan nantinya mampu untuk membuat keputusan dan kebijakan yang tidak hanya berfokus terhadap isu-isu kesetaraan gender, tetapi juga harus memperhatikan mengenai isu-isu pembangunan daerahnya secara keseluruhan, seperti isu-isu ekonomi, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, hingga kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan Perempuan : Studi Kasus Tri Rismaharini
Mantan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, merupakan salah satu contoh kepemimpinan perempuan sebagai kepala daerah dapat dibilang sukses dalam membangun daerahnya. Selama masa kepemimpinannya, kebijakan-kebijakan yang diambil tidak spesifik terhadap pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, tetapi lebih berfokus terhadap pembangunan infrastruktur, pelayanan publik, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dalam hal ini, Tri Rismaharini menunjukkan bahwasannya perempuan juga dapat berkontribusi dalam pembangunan suatu daerah dan memberikan dampak yang sangat luas. Melalui program-programnya, seperti revitalisasi taman kota, pembangunan pasar, program sosial untuk warga yang kurang mampu, dan masih banyak lagi. Tri Rismaharini menunjukkan bahwa perempuan apabila diberikan kesempatan juga dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan daerahnya.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan Perempuan : Mendorong Perubahan Kebijakan
Peningkatan jumlah partisipasi perempian dalam Pemilikan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 diharapkan tidak hanya sebagai representasi gender, tetapi juga diharapkan mampu membuat perubahan kebijakan yang memiliki dampak positif dan luas bagi masyarakat. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat dibuat mulai dari isu-isu ekonomi, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, hingga kesejahteraan masyarakat. Calon pemimpin perempuan diharapkan juga memperhatikan isu-isu yang sedang berkembang di seluruh lapisan masyarakat yang ada. Sehingga, dalam masa kampanyenya, bisa merubah pola pikir masyarakat bahwasannya perempuan bisa menjadi seorang pemimpin yang baik dan bertanggung jawab.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 telah memberikan kesempatan bagi perempuan untuk dapat terlibat dalam kepemimpinan politik. Dalam hal ini, perempuan diharapkan tidak hanya sebagai sebuah simbol representasi gender, tetapi diharapkan mampu menjadi agen perubahan dalam membangun daerah dan memberikan dampak yang luas dan postitif bagi masyarakat. Tri Rismaharini merupakan salah satu contoh kepemimpinan perempuan yang berhasil memberikan perubahan luar biasa dalam membangun daerahnya, Surabaya, dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. Oleh karena itu, dalam momentum kali ini, perempuan diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijakan dengan juga memperhatikan isu-isu ekonomi, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, hingga kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT