Eksplorasi Wisata Eksotis Tanzania, Afrika Timur

zefanya todoan
Lulusan komunikasi massa dari STIKOM LSPR Communication and Business Institute Jakarta, Indonesia. Sukarelawan dari Youth Development Organization Tanzania. Gemar menulis dan fotografi.
Konten dari Pengguna
31 Januari 2021 6:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari zefanya todoan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mungkin banyak dari Anda yang belum pernah mengunjungi benua Afrika. Saya, Zefanya Norman, ekspatriat yang berdomisili di Tanzania asal Indonesia, ingin berbagi sedikit cerita dari “Benua Hitam”.
Pertama kali saya bercerita kepada teman-teman bahwa saya akan pindah ke Dar es Salaam Tanzania, reaksi mereka kurang menyenangkan. Dalam pemikiran mereka, Tanzania adalah negara yang isinya hanya hutan dan hewan. Mereka membayangkan bahwa saya akan hidup dengan suku pedalaman, seperti yang biasa kita lihat di TV dalam film dokumenter tentang Afrika. Namun pada kenyataannya, hal yang mereka khawatirkan tidak terbukti. Saya pindah ke Dar es Salaam pada bulan September 2016 dan sudah lebih dari 4 tahun saya masih menetap di Tanzania, dalam keadaan yang baik-baik saja. Tanzania memiliki beberapa destinasi wisata yang cantik dan menarik untuk dijelajahi, mulai dari bangunan bersejarah hingga alam, semuanya ada. Tidak seperti yang orang - orang bayangkan, Tanzania bukan negara yang jauh dari peradaban. Di kota Dar es Salaam, terdapat banyak gedung pencakar langit dan bisa dibilang masyarakatnya hidup dalam modernitas, sama seperti kita di Jakarta, Indonesia. Sebagai informasi, Tanzania sedang berproses untuk menjadi negara semi-industri pada tahun 2030. Mereka juga mulai menerapkan teknologi dalam layanannya dengan memiliki beberapa platform digital (PIKI aplikasi digital untuk pemesanan dan pembelian makanan, Daktari Mkononi (Dokter dalam genggaman) untuk layanan kesehatan dan ada juga layanan digital untuk menangani masalah kesehatan mental, Mental Health Tanzania.) Saya sangat kagum dengan kemajuan Tanzania. Selain itu, saya juga terkesan dengan keramahan dan rasa persatuan antara masyarakat, terutama dalam hal yang terkait dengan agama, hubungan antar manusia. Tanzania merupakan negara yang plural, banyak dari mereka yang berasal dari denominasi dan suku yang berbeda. Namun, selama saya tinggal di negara ini, saya tidak pernah mendengar konflik yang terjadi karena gesekan agama atau perang suku. Penduduknya hidup bersama dengan rukun, bertoleransi dan saling menghormati. Sebagai pendatang saya merasa disambut dengan baik oleh penduduk lokal di negara ini. Mereka selalu memberikan kesan yang hangat dan tersenyum ketika melihat pendatang seperti saya. Setiap pagi saat berangkat ke kantor, masyarakat lokal selalu menyapa, dengan mengatakan: Habari yang artinya "Apa kabar?" dalam bahasa Swahili.
ADVERTISEMENT
Berbicara singkat tentang pandemi di Tanzania, tidak ada kasus baru yang dilaporkan sejak Mei 2020. Pemerintah telah menyatakan Tanzania sebagai negara bebas COVID-19. Meski penampakan masker jarang terjadi, namun saya tetap harus waspada.
Tidak terlalu jauh dari Tanzania, hanya berjarak dua jam dengan menggunakan feri terdapat Pulau Zanzibar, yang memiliki banyak permata tersembunyi di dalamnya. Baru-baru ini, saya dan teman - teman liburan ke Stone Town, Zanzibar. Awalnya kami menginap di Tembo Hotel. Hotel ini memiliki gaya arsitektur yang terinspirasi dari Arab dan banyak benda antik di dalamnya. Hotel ini juga memiliki akses yang dekat ke pantai, oleh karena itu setiap hari kami selalu bangun pagi untuk merasakan sensasi sarapan dipinggir pantai sambil menghirup udara segar, menikmati suara ombak yang menenangkan.
Setelah menghabiskan waktu istirahat di Tembo Hotel, kami memutuskan untuk mengunjungi museum seorang Musisi legendaris, Freddie Mercury. Museum ini penuh dengan kenang-kenangan dan barang-barang sang artis, mulai dari kumpulan lirik asli yang ditulis di kertas dan masih tersimpan sangat rapi, piano dan jaket kuning memorial yang terpampang di tengah ruangan, foto-foto sang legendaris sewaktu konser dan album - album yang digantung di dinding. Semua pengalaman ini dapat Anda nikmati dengan harga $ 8, untuk wisatawan asing.
Keesokan harinya, kami naik perahu menuju Prison Island dan bank pasir atau “Nakupenda”, merupakan pulau kecil di tengah lautan. Kami menghabiskan biaya sebesar $ 60 untuk menyeberang menuju kedua pulau tersebut. Harga yang disebutkan sudah termasuk masker diving dan jaket pelampung. Di dalam perahu, hanya kami berempat sebagai penumpang bersama dengan pengemudi. Saya merasa duduk sebagai tamu VIP dalam perahu kecil tersebut. Karena saya dan teman - teman bisa melakukan apa pun yang kami inginkan, seperti memutar musik dengan keras, menari - nari di atas perahu dan berfoto dengan latar alam yang indah. Dalam perjalanan ke pulau tersebut, kami melihat banyak ubur-ubur kecil di permukaan air, serta alam yang memesona, air laut berwarna biru kristal.
Perhentian pertama, pengemudi kapal membawa kami ke Prison Island. Mata kami dimanjakan oleh beragamnya pepohonan dan tanaman, bangunan bersejarah yakni ruangan tahanan pada zaman dulu. Pemandangan di pulau ini sangat menakjubkan, tak henti - hentinya kami diperlihatkan keindahan alam yang sungguh indah. Semakin kami menuju ke dalam pulau ini, kami menemukan gerbang terbuka menuju sebuah hutan kecil, kedatangan kami di sana disambut oleh kura-kura raksasa. Hutan tersebut merupakan tempat tinggal banyak kura - kura raksasa serta penangkaran untuk anak kura - kura. Kami juga mendapat kesempatan untuk memberi makan kura-kura raksasa, dengan sayuran yang diberikan kepada kami oleh penjaga. Kura - kura di Prison Island sangat bersahabat dengan kehadiran para wisatawan.
Setelah menghabiskan waktu satu jam di Prison Island, kami menuju Nakupenda. Nakupenda adalah pulau kecil di tengah lautan. Saya dan teman-teman bersantai dan berjemur di Nakupenda. Kami memperhatikan suara ombak dan suara - suara burung di sekitar kami. Kami juga melakukan aktivitas menyelam.
Di Nakupenda, airnya sangat jernih dan udaranya terasa menyegarkan. Pengemudi kapal mengatakan kepada kami, jika Anda cukup beruntung, Anda bisa melihat lumba-lumba berenang di perairan sekitar Nakupenda. Saat merasa lapar, Anda juga bisa menemukan beberapa warga lokal sekitar yang menjual barbeque seafood dan aneka minuman. Benar-benar unik, merasakan sensasi baru, piknik di tengah lautan. Sore hari, kami perlahan mulai berlayar kembali ke Stone Town setelah berjemur di bawah sinar matahari dan menyelam.
Di pagi harinya, kami menggunakan taksi menuju Nungwi, sebuah kota yang terletak di utara Zanzibar. Perjalanan itu memakan waktu satu jam dari Stone Town. Sesampainya di sana kami memutuskan untuk menginap 2 malam di Z Hotel, hotel yang kami temukan di Instagram. Segera setelah kami tiba, kami tercengang dengan lokasi dan pemandangan dari infinity pool hotel yang menghadap ke laut. Pantai yang indah menarik ratusan orang setiap hari. Saya dapat mengatakan bahwa Z Hotel merupakan salah satu hotel terbaik di Nungwi karena variasi fasilitas yang tersedia.
Mulai dari ruang baca yang menawarkan suasana tenang, restoran yang menyediakan masakan lezat dan beragam, gym yang bersih, serta layanan spa. Selain itu, hal yang terbaik di Z Hotel adalah para staf hotel yang luar biasa, selalu ramah dan membantu, serta bar di bagian paling atas hotel, rooftop bar. Kami selalu pergi ke sana pada sore hari, untuk melihat dan mengabadikan momen matahari terbenam.
Pada waktu matahari terbenam, saat itu adalah waktu yang berharga, langit senja yang menakjubkan terlihat menarik di depan mata kami. Matahari terbenam mewarnai langit dengan warna oranye, persik, dan biru tua. Eksplorasi destinasi eksotis yang tak terlupakan di Tanzania dan Zanzibar.
ADVERTISEMENT