Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melihat Kesederhanaan Kota Dar es Salaam di Tanzania
5 Juni 2022 20:18 WIB
Tulisan dari zefanya todoan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menikmati Jajanan Alam Hingga Kopi
ADVERTISEMENT
Melihat kesederhanaan kota Dar es Salaam. Kota di Tanzania, Afrika Timur, ditemani masyarakat lokal yang ramah. Menikmati alam, jajanan, hingga kopi. Pada hari Minggu, setelah pulang beribadah saya dan seorang teman bernama Luc, memutuskan untuk mengunjungi rumah sahabat kami asal Tanzania bernama Mils. Ia tinggal di kawasan Mbezi Kimara. Biasanya kami selalu menggunakan transportasi dengan aplikasi daring untuk bepergian, karena praktis dan cepat.
Namun, pada waktu itu kami tertarik dan penasaran untuk menggunakan transportasi umum. Selain karena pertimbangan biaya yang murah, kami juga ingin merasakan sensasi naik transportasi umum di Dar es Salaam. Mbezi Kimara cukup jauh dari tempat kami tinggal. Kurang lebih memakan waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai kesana. Selain itu, kami juga harus turun naik mwendokasi (bus seperti Transjakarta di Dar es Salaam), dari satu halte ke halte lainnya.
Pada perhentian terakhir kami diarahkan untuk menggunakan bajaji (bajaj), karena akses menuju rumahnya cukup jauh dan menanjak, ditambah gerimis yang mengguyur daerah Mbezi Kimara, serta jalan yang memiliki tekstur tidak rata. Sampainya di sana, kami disambut hangat oleh keluarga Mils.
Sesuai janji, ia pun menyuguhkan beragam jenis kudapan dan minuman khas Tanzania. Mulai dari yang memiliki rasa gurih hingga manis, seperti minuman bernama Chai Maziwa (teh campur susu), Samosa (gorengan berbentuk seperti pangsit dan diisi daging giling atau sayuran), Chapati (roti yang dibuat dengan tepung gandum utuh yang dikenal dengan nama atta, garam dan air, kemudian dimasak di atas wajan rata). Ada juga Kebabs (adonan daging dengan campuran rempah berbentuk bola atau panjang lonjong, yang kemudian digoreng). Selain itu, Mils juga menyediakan makanan sedikit berkuah, Ndizi na Nyama (suguhan pisang, daging sapi, bubuk kari, santan, dan sayuran). Kami sangat menikmati hidangan otentik Tanzania yang disajikan.
Setelah selesai bersilaturahmi dengan keluarga Mils di Mbezi Kimara, saya, Luc dan Mils memutuskan untuk pergi ke pusat kota Dar es Salaam, untuk menikmati one of the most famous street-foods of Tanzania. Jajanan populer tersebut bernama Zanzibar mix, biasa ditemukan sore hari, mulai pukul empat sore hingga delapan malam. Zanzibar mix adalah makanan berkuah, memiliki tekstur seperti bubur, cenderung cair. Disajikan dalam sebuah mangkuk, dengan bahan dasar yang terdiri dari tepung dan rempah – rempah. Dimasak dengan lemon dan potongan kentang berbentuk kubus kecil, dan juga bhajia (gorengan berbumbu yang berasal dari India, yang berisi sayuran seperti kentang dan bawang, dilapisi dengan adonan tepung yang dibumbui kemudian digoreng renyah). Pada bagian atas Zanzibar mix ditaburi serutan kentang atau singkong goreng, semuanya ini disajikan dengan hangat.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai bersama menikmati senja dan semangkuk Zanzibar mix, kami pulang ke rumah masing – masing. Kepuasan telah ditemukan oleh kami yang merupakan para pencari kebahagiaan melalui hal – hal sederhana. Mils dan Luc pulang menggunakan transportasi dari aplikasi daring. Saya memutuskan memakai jasa ojek dari aplikasi daring atau yang disebut boda-boda dalam bahasa Swahili.
Naik ojek merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi saya. Karena secara langsung dari jok belakang, dapat menikmati hempasan angin pantai yang segar, serta menikmati hijaunya jalanan di Dar es Salaam yang lebat ditumbuhi pohon, dan menatap langit biru luas yang sangat bersih dari kepulan asap.
Seperti sedang melakukan meditasi singkat, dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, menikmati kebaikan yang alam suguhkan ditengah kota.
Hari belum terlalu larut, masih dalam peralihan dari sore ke malam. Saya masih ingin menikmati sore ini dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, saya meminta abang ojek untuk menurunkan saya, di dekat tempat saya bekerja. Kebetulan jarak antara kantor dan rumah tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit saja. Sampai di area kantor, saya bertemu dengan bapak penjaga kantor. Ia sedang duduk di luar. Sambil berjaga – jaga, ia hendak memanggil machinga (pedagang jalanan) yang sedang membawa teko berisi kopi, dilengkapi pemanas sederhana seperti kayu bakar dibawahnya, serta wadah isi kacang. Machinga pun berhenti dan mulai menyiapkan jajanan. Saya berkata ke bapak penjaga kantor, “Pak saya ikut duduk disini ya.” Ia pun mengangguk. Sambil duduk bersama bapak penjaga kantor saya memperhatikan proses transaksi antara mereka, pada waktu jajanan sebelum dihidangkan.
Kopi kembali dihangatkan dengan tungku, kemudian dituang pada wadah cangkir kecil, kacang diberikan. Bapak penjaga kantor siap menikmati jajanan khas Tanzania tersebut, kahawa dan karanga (kopi dan kacang). Saya bertanya berapa harga keseluruhan jajanan ini, machinga menjawab, “harga secangkir kopi dan sebungkus kecil kacang adalah 800 Tanzanian Shiling.” Harga ini setara dengan Rp 4.800, -. Setelah duduk sejenak bersama bapak penjaga kantor dan machinga, kemudian saya berjalan kaki, pulang ke rumah. Damai rasanya menikmati, melihat kesederhanaan kota Dar es Salaam dari alam hingga orang - orangnya.
ADVERTISEMENT