Konten dari Pengguna

Helicopter Parenting: Ketika Ortu Lebih Protective dari Antivirus Premium

Zein Muchamad Masykur
Dosen UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
24 Juli 2024 18:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zein Muchamad Masykur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Monstera Production: https://www.pexels.com/photo/young-black-father-edifying-calm-son-at-home-7114229/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Monstera Production: https://www.pexels.com/photo/young-black-father-edifying-calm-son-at-home-7114229/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eh, sobat Gen Z! Pernahkah kamu merasa seperti artis papan atas yang selalu diikuti paparazzi ke mana-mana? Hanya saja, alih-alih paparazzi dengan kamera, yang mengikuti adalah orang tuamu dengan sejuta perhatian (dan kekhawatiran).
ADVERTISEMENT
Jika ya, selamat! Kamu mungkin sedang mengalami fenomena yang dikenal sebagai "Helicopter Parenting". Mari kita bahas fenomena ini yang bisa bikin Gen Z merasa seperti tahanan rumah dengan pengawasan 24/7!

Apa Itu Helicopter Parenting?

Bayangkan orang tuamu sebagai helikopter Apache canggih yang selalu berputar di atasmu, mengawasi setiap gerak-gerikmu dengan ketelitian melebihi CCTV mal. Itulah gambaran singkat tentang helicopter parenting.
Dr. Haim Ginott, psikolog anak yang pertama kali mencetuskan istilah ini pada tahun 1969, menggambarkan orang tua helikopter sebagai mereka yang "berputar-putar di atas anak seperti helikopter". Tapi siapa sangka, 50 tahun kemudian, istilah ini masih sangat relevan, bahkan mungkin lebih relevan dari sebelumnya!

Tanda-tanda Helicopter Parenting: Lebih Banyak dari Notifikasi di HP-mu

1. Orang Tua as Your Personal Assistant

ADVERTISEMENT
Ortu yang selalu mengingatkanmu tentang jadwal, tugas, bahkan menu makan siangmu? Check!

2. Overprotective Level: God Mode

Kamu tidak diizinkan keluar rumah tanpa "perlengkapan keselamatan" lengkap, termasuk masker, hand sanitizer, dan mungkin baju anti peluru? Hmm, sounds familiar!

3. Micromanagement Extraordinaire

Orang tuamu tahu password semua akun media sosialmu dan rutin mengeceknya? Houston, we have a problem!

4. The Great Firewall of Parents

Internet di rumahmu difilter lebih ketat dari firewall pemerintah China? Yep, that's helicopter parenting for you!

5. Stalking as a Form of Love

Orang tuamu punya radar yang bisa mendeteksi keberadaanmu dalam radius 10 km? Well, that's next level parenting right there!

Mengapa Helicopter Parenting Marak di Era Gen Z?

Photo by Ron Lach : https://www.pexels.com/photo/mother-covering-her-kids-eyes-9786315/

1. Teknologi: Blessing or Curse?

Dengan smartphone dan GPS, orang tua bisa mengawasi anak 24/7. Menurut penelitian dari Pew Research Center, 95% remaja memiliki akses ke smartphone, membuat pengawasan jadi lebih mudah (dan intens) dari sebelumnya.
ADVERTISEMENT

2. Kompetisi Global yang Semakin Ketat

Dunia semakin kompetitif, dan orang tua ingin anak mereka selalu satu langkah di depan. Studi dari American Psychological Association menunjukkan bahwa 38% remaja merasa stres karena ekspektasi orang tua yang tinggi.

3. Media dan Culture of Fear

Pemberitaan media tentang bahaya yang mengintai anak-anak bisa membuat orang tua jadi overprotective. Dr. David Altheide, dalam bukunya "Creating Fear: News and the Construction of Crisis", menjelaskan bagaimana media bisa menciptakan culture of fear.

4. The Trophy Kid Phenomenon

Gen Z sering disebut sebagai "trophy kids", di mana orang tua terlalu fokus pada prestasi anak. Dr. Jean Twenge, dalam bukunya "Generation Me", membahas bagaimana fenomena ini bisa berdampak negatif pada perkembangan anak.

5. Ketidakpastian Ekonomi

Dengan situasi ekonomi yang tidak menentu, orang tua ingin memastikan anak mereka punya masa depan cerah. Survei dari Deloitte menunjukkan bahwa 70% orang tua Gen Z khawatir tentang masa depan finansial anak mereka.
ADVERTISEMENT

Dampak Helicopter Parenting pada Gen Z: Lebih Complicated dari Sekedar Perlindungan

1. Kurangnya Kemandirian

Ketika orang tua selalu ada untuk menyelesaikan masalah, Gen Z bisa jadi kurang mandiri. Penelitian dari University of Miami menemukan bahwa anak-anak dengan orang tua helikopter cenderung kesulitan menyelesaikan masalah sendiri.

2. Anxiety dan Depresi

Tekanan untuk selalu sempurna bisa memicu kecemasan. Studi dari American Psychological Association menunjukkan tingkat depresi yang lebih tinggi di kalangan remaja dengan orang tua helikopter.

3. Low Self-Esteem

Ketika anak tidak diberi kesempatan untuk mengatasi tantangan sendiri, kepercayaan diri mereka bisa terganggu. Dr. Carol Dweck, dalam teori "growth mindset"-nya, menekankan pentingnya menghadapi tantangan untuk membangun resiliensi.

4. Skill Sosial yang Terbatas

Terlalu banyak campur tangan orang tua bisa menghambat perkembangan skill sosial. Penelitian dari Keene State College menemukan bahwa mahasiswa dengan orang tua helikopter cenderung kesulitan dalam hubungan sosial.
ADVERTISEMENT

5. Burnout Dini

Tekanan untuk selalu berprestasi bisa menyebabkan burnout. Studi dari New York University menunjukkan tingkat burnout yang tinggi di kalangan remaja berprestasi.

Bagaimana Cara Mengatasi Helicopter Parenting?

Photo by Ron Lach : https://www.pexels.com/photo/mother-embracing-her-daughter-and-son-9786316/

1. Komunikasi Terbuka

Bicaralah dengan orang tuamu. Jelaskan perasaanmu dan kebutuhanmu akan ruang pribadi. Dr. John Gottman, pakar hubungan, menekankan pentingnya komunikasi emosional dalam keluarga.

2. Set Boundaries

Mulailah menetapkan batasan yang jelas. Misalnya, minta privasi untuk akun media sosialmu. Baby steps, but it's a start!

3. Take Responsibility

Tunjukkan pada orang tuamu bahwa kamu bisa bertanggung jawab. Mulai dari hal-hal kecil seperti mengatur jadwalmu sendiri.

4. Educate Your Parents

Beri tahu orang tuamu tentang dampak negatif helicopter parenting. Siapa tahu mereka tidak sadar sedang melakukannya?

5. Seek Outside Help

Jika situasinya sudah terlalu intens, jangan ragu untuk mencari bantuan konselor atau psikolog.
ADVERTISEMENT

6. Embrace Failure

Tunjukkan pada orang tuamu bahwa gagal itu normal dan bahkan bisa jadi pembelajaran berharga. Seperti kata Thomas Edison, "I have not failed. I've just found 10,000 ways that won't work."

Kesimpulan: Let the Helicopter Land, Please!

Photo by Ron Lach : https://www.pexels.com/photo/mother-embracing-her-daughter-and-son-9786316/
Ingat, helicopter parenting mungkin berasal dari niat baik, tapi dampaknya bisa jadi tidak sebaik yang dibayangkan. Orang tua Gen Z, it's time to land that helicopter! Dan untuk Gen Z, it's okay to spread your wings a little.
Hidup dengan helicopter parents memang bisa bikin stress, tapi hey, setidaknya kamu punya bahan cerita seru untuk stand-up comedy di masa depan, kan?
Jadi, dear Gen Z, mulailah dengan langkah kecil untuk mendapatkan independensimu. Dan untuk para orang tua, ingat bahwa anak kalian bukan action figure yang perlu dijaga 24/7 dalam kotak kaca. Let them live a little!
ADVERTISEMENT
Nah, bagaimana pengalamanmu dengan helicopter parenting? Ada tips lain untuk mengatasinya? Share di kolom komentar ya! (Dan jangan khawatir, kami janji tidak akan memberitahu orang tuamu tentang apa yang kamu tulis di sini. Pinky swear!)
P.S. Kalau kamu membaca artikel ini sambil sembunyi-sembunyi dari orang tuamu, well... mungkin sudah saatnya untuk have that talk. Dan kalau orang tuamu yang membaca ini, hi there! No judgment here. We know you mean well. Tapi mungkin sudah waktunya untuk menurunkan ketinggian helikopter sedikit? Just a thought!