"Aku Bodoh....."

Zenius Education
To spark the love of learning in everyone, everywhere, to question everything
Konten dari Pengguna
7 Januari 2020 16:34 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zenius Education tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Aku bodoh karena nilai matematika aku cuma 30.
Aku bodoh karena gak jago bahasa inggris.
ADVERTISEMENT
Aku gak bisa apa pun.
Aku gak pintar kaya temanku.
Dan masih banyak lagi gumaman yang terlontar untuk mencap diri sendiri sebagai seseorang yang bodoh, tidak lebih hebat dari orang lain dan tidak memiliki kelebihan apa pun.
Nah, dalam artikel ini, admin Zen akan membeberkan satu kunci untuk meraih keberhasilan yang berlaku buat segala bidang. Kunci ini sangat penting untuk mendorong motivasi bekerja keras, fokus, dan tekun.
"Kunci krusialnya apa nih Zen?"
Kuncinya adalah pola pikir dalam bagaimana kita memandang segala sesuatu, atau lebih gampangnya kita sebut dengan istilah Mindset.
Perbedaan Pola Pikir
Beberapa orang di dunia ini menilai kecerdasan atau kemampuan seseorang adalah sesuatu yang bersifat tetap (fixed). Apa itu fixed mindset?
ADVERTISEMENT
“Oh dia memang anak yang terlahir pintar”
“Badan aku jelek, buncit mana mungkin bisa kurus dan punya perut yang sixpack?”
Nah, gumaman ini disebut dengan fixed mindset.
Tapi di sisi lain, ada juga orang-orang di dunia ini yang melihat kalau sebuah kualitas itu dapat dikembangkan. Inilah yang disebut dengan growth mindset. Kalau kita ingin memaksimalkan potensi kita, kita harus mulai berpikir berbeda. Semua manusia bahkan yang sudah expert di bidang tertentu sama-sama mulai dari nol seperti kita.
Fixed Mindset, Ego dan Gengsi
"Loh, memang bagaimana pola pikir mempengaruhi performa seseorang?"
Ternyata, ada manifestasi fisiologis terhadap pola pikir. Hasil scan otak menunjukkan orang-orang dengan pemikiran fixed mindset, paling aktif ketika menerima informasi tentang performanya, seperti nilai tes. Tapi untuk orang-orang growth mindset, otak mereka paling aktif ketika menerima informasi tentang bagaimana mereka bisa melakukan lebih baik lagi. Dengan kata lain, orang fixed mindset paling khawatir dengan bagaimana dia dinilai sementara orang dengan growth mindset fokus utamanya ke sejauh mana dia memahami sebuah ilmu.
ADVERTISEMENT
Salah satu ciri-ciri jelek dari orang dengan fixed mindset adalah mereka suka melihat usaha sebagai sesuatu yang konyol dan hanya perlu dilakukan oleh orang-orang berkemampuan rendah. Ketika mereka mengalami kegagalan, mereka cenderung menarik kesimpulan kalau mereka memang tidak bakat di bidang itu. Mereka kemudian cenderung kehilangan minat sampai akhirnya menarik diri atau berhenti belajar di bidang itu.
Orang dengan growth mindset melihat “usaha” itu sebagai sesuatu yang bikin mereka pintar, cara untuk tumbuh dan berkembang. Ketika mereka gagal, mereka sadar kalau kegagalan adalah bagian dari pembelajaran dan mereka akan terus mencoba dan menemukan cara lain.
Ilustrasi anak. Foto: Shutterstock
Stop Memuji, “Anak Pintar”
Mungkin sebagian orang berpikir kalau kata-kata pujian itu untuk meningkatkan rasa percaya diri. Namun, jangan salah. Pujian tersebut menaruh kita ke pola pikir fixed mindset. Ketika kita mendapatkan label “pintar” atau “jago” dari sisi eksternal, kita malah jadi takut sama tantangan untuk berkembang dan kehilangan rasa percaya diri ketika segala hal yang kita upayakan itu sudah mulai sulit. Sama juga ketika kita sering dicap payah dalam suatu hal, baik oleh diri sendiri atau orang lain, kemampuan kita tidak berkembang karena kita percaya kemampuan kita memang segitu saja.
ADVERTISEMENT
Jadi kesimpulannya adalah pujian atau kritik yang dibenarkan adalah berdasarkan proses, bukan berorientasi pada hasil, bukan pula berdasarkan bakat.
Mindset Bisa Diubah
Kabar bahagianya, ternyata fixed mindset itu bisa diubah loh. Lagian sebetulnya punya pola pikir fixed mindset ini wajar banget kok, karena sebagian besar dari kita pasti punya fixed mindset tentang sesuatu. Tapi, wajar disini tetap harus diubah loh ya.
Dalam beberapa kasus, ketika growth mindset ini dicoba untuk sengaja dibangun pada murid-murid secara bertahap, mereka jadi cenderung lebih tertarik untuk belajar dan berusaha lebih keras.
Nah, sekarang pembaca sudah tau kan bagaimana membentuk pola pikir yang kondusif untuk perkembangan diri. Jangan lupa juga belajar bagaimana cara mengembangkan potensi kita lewat deliberate practice (yang akan dibahas di artikel berikutnya). Untuk membaca lebih lengkap artikelnya di Zenius blog, pembaca dapat mengunjungi artikel berikut.
ADVERTISEMENT