Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Dunia Humor yang Tersembunyi di Balik Singlish dan Jawakarta
5 Desember 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Zhalma Azzahra Shalawati Rizqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Foto oleh RF._.studio: https://www.pexels.com/photo/photo-of-women-laughing-3810756/](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jeafvyh847bwsnsxafj9t03v.jpg)
ADVERTISEMENT
Kamu lagi nongkrong sama teman-teman, lalu tiba-tiba ada yang nyeletuk pakai bahasa kayak gini:
ADVERTISEMENT
Ada yang relate sama celetukan seperti di atas?
Kalau kamu mahasiswa yang pernah kuliah di Jawa, mungkin langsung senyum-senyum sendiri. Campur aduknya dialek Jawa dan Jakarta ini memang bikin obrolan tambah seru, apalagi kalau lagi bercanda. Bahasa unik ini yang mulai populer disebut ‘Bahasa Jawakarta’. Bahasa ini kayak perpaduan yang nggak nyangka tapi pas, mirip pas makan pisang goreng dicocol sambal. Mungkin aneh buat yang pertama kali dengar, tapi lama-lama justru bikin ketawa.
Bahasa Jawakarta lahir dari percampuran budaya mahasiswa di kota-kota Jawa seperti Malang, Yogyakarta, atau Surabaya. Kota-kota ini sering jadi tujuan mahasiswa dari berbagai daerah, terutama Jabodetabek, yang membawa logat Jakarta dan Betawi. Ketika berbaur dengan penduduk lokal, terbentuklah gaya bicara yang memadukan elemen Jakarta dengan bahasa Jawa.
ADVERTISEMENT
Nah, di belahan lain dunia, orang Singapura punya gaya bahasa mereka sendiri. Singlish namanya. Sama-sama campuran, Singlish adalah bahasa yang lahir dari bahasa Inggris, Melayu, Hokkien, dan entah apa lagi yang ikut nimbrung di dalamnya. Di balik semua campur-campur ini, ternyata ada pola-pola humor yang nggak cuma sekadar lucu, tapi juga mencerminkan gaya hidup dan identitas si penutur.
Jadi, gimana sih Bahasa Jawakarta dan Singlish ini bisa bikin kita ketawa sekaligus merasa ‘dekat’?
Humor yang Lahir dari Ketidakterdugaan
Singlish dan Bahasa Jawakarta bisa dibilang dua fenomena bahasa yang lahir dari lingkungan berbeda tapi punya satu kesamaan, yaitu sama-sama tumbuh dari komunitas multikultural yang kreatif, penuh humor, dan nggak takut main-main dengan bahasa.
Singlish adalah bahasa sehari-hari yang muncul dari campuran bahasa Inggris, Melayu, Hokkien, Tamil, dan dialek lainnya di Singapura (Kareba, dkk., 2022). Dibumbui partikel-partikel khas seperti ‘lah,’ ‘leh,’ ‘lor,’ Singlish sering kali terdengar ‘santai tapi ngeselin’ buat penutur asli bahasa Inggris. Tapi justru di situlah pesonanya. Singlish bukan cuma bahasa, tapi ekspresi identitas Singapura yang merangkul banyak budaya sekaligus.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Bahasa Jawakarta adalah bahasa unik yang muncul dari pertemuan mahasiswa Jabodetabek dan penduduk lokal di kota-kota Jawa, terutama di lingkungan kampus seperti di Malang. Bahasa ini campuran antara logat Betawi dan sentuhan bahasa Jawa. Hasilnya adalah gaya bahasa yang nggak cuma ‘kena di hati’ tapi juga sering bikin senyum-senyum sendiri karena perpaduannya yang kadang nggak nyangka. Jadi jangan heran kalau lagi di Malang kamu dengar celetukan seperti,
Salah satu alasan Singlish dan Bahasa Jawakarta bisa membuat orang tersenyum atau bahkan tertawa adalah perpaduan antara ketidaksesuaian ekspektasi, kosakata yang tak terduga, serta perubahan nada dan gaya bicara yang hadir dalam percakapan sehari-hari. Ini sejalan dengan apa yang disebut teori incongruity.
ADVERTISEMENT
Di Singlish, partikel seperti ‘ah,’ ‘lah,’ ‘meh,’ dan ‘siah’ nggak sekadar tempelan, tapi benar-benar bikin percakapan terasa hidup dan santai. Partikel-partikel ini juga bikin bahasa Inggris di Singapura jadi beda banget, karena itu, humornya muncul karena ekspresinya sering kali nggak sesuai sama yang kita harapkan dari bahasa Inggris ‘baku’.
Contohnya, dibandingkan tanya ‘what are you doing?’, orang Singapura akan bilang, ‘Eh, this weekend you doing what ah?’ Jawabannya pun nggak kalah asyik: ‘I don’t know what I doing yet siah.’. Di sini, partikel ‘ah’ dan ‘siah’ bikin suasana jadi lebih santai dan lucu karena menambahkan sentuhan lokal yang unik.
*diadaptasi dari konten TikTok @the.smiling.afro
Kalimat seperti ‘Walau eh, the weather sibei hot leh. Hot rain hot rain. The weather what?’ menggambarkan penggunaan bahasa dalam Singlish yang tidak hanya unik tapi juga mengundang senyum. Di sini, ungkapan ‘walau eh’ (ekpresi keheranan) dan ‘sibei’ yang berarti ‘sangat’ dalam Hokkien sudah memberi nuansa lokal dan berbeda dari ekspresi bahasa Inggris standar, ‘OMG the weather is so hot’.
ADVERTISEMENT
*diadaptasi dari konten TikTok @kdarshen
Humor di sini muncul karena ketidaksesuaian (incongruity) antara struktur bahasa Inggris yang biasa dan campuran elemen lokal yang tidak terduga. Selain itu, ada kesan spontan yang membuat bahasa terasa lebih ekspresif dan informal sehingga menciptakan nuansa ringan yang membuat Singlish menjadi bahasa percakapan yang lucu dan menghibur bagi penutur lokal maupun pendengar dari luar.
Nah, kalau udah ngomongin Bahasa Jawakarta, ini nih contoh yang pas banget:
‘Omah gua cedak mbahratu, lu shareloc aje, ntar gue paranin’ (rumahku dekat mbahratu, kamu shareloc aja, nanti aku samperin). Gimana tuh? Campuran bahasa Indonesia, Jawa, dan istilah gaul Jakarta bikin kalimat ini terdengar komedi sekali, kan?
*diadaptasi dari konten TikTok @robbymaulids
ADVERTISEMENT
Omah dan cedak yang merupakan kosakata Jawa bercampur dengan gua, lu, dan aje yang khas Jakarta banget. Ditambah lagi, medoknya yang masih kental bikin makin seru. Terus ada juga shareloc (eh bahasa Inggris banget ya) yang bikin semua jadi lebih santai dan pastinya lucu! Humor muncul karena kata-katanya nggak terduga dan nggak formal.
Jadi, ternyata bahasa campuran seperti Singlish dan Bahasa Jawakarta nggak cuma bikin ngakak, tapi juga menunjukkan betapa serunya kita bereksperimen dengan kata-kata! Baik di Singapura maupun di kampus-kampus Jawa, humor yang muncul dari perpaduan bahasa yang ‘aneh’ ini bikin obrolan jadi lebih seru dan terasa lebih dekat.
Nah, sekarang giliran kamu! Pernah dengar atau pakai Bahasa Jawakarta atau Singlish di obrolan sehari-hari? Atau ada campuran bahasa unik lainnya yang bikin kamu ketawa? Share di kolom komentar, yuk!
ADVERTISEMENT
“Zhalma Azzahra Shalawati Rizqi, penulis dari Universitas Brawijaya & pemagang di Institut Humor Indonesia Kini / ihik3.com, lembaga kajian yang serius mengelola humor secara profesional.”