Konten dari Pengguna

Juara 1 Festival Kesenian Perkuat Harmonisasi NU dan MD di Desa Kulu Asri

Nur Rohmah Dahlianti
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Tahun 2022 UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
30 September 2023 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Rohmah Dahlianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Lokasi Desa Kulu Asri, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Indonesia.
zoom-in-whitePerbesar
Foto Lokasi Desa Kulu Asri, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Desa Kulu, Kabupaten Pekalongan - Di tengah gejolak perbedaan keyakinan agama yang terkadang memicu konflik di berbagai tempat di Indonesia. Desa Kulu, yang terletak di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, menjadi contoh inspiratif tentang moderasi beragama. Desa ini menunjukkan bahwa perbedaan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah tidak menjadi masalah besar dalam kehidupan sehari-hari mereka.
ADVERTISEMENT
Desa Kulu adalah komunitas multikultural yang terdiri dari warga yang menganut NU dan Muhammadiyah. Namun, berbeda dengan beberapa tempat lain di Indonesia, di sini harmoni dan kerukunan antar umat beragama telah menjadi ciri khas yang membanggakan.
Foto Kantor Balai Desa di Desa Kulu Asri, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Kepala Desa Kulu, Bapak Setya Nimpuno, menjelaskan bahwa rasa saling menghormati antarumat beragama telah ada dalam masyarakat mereka selama bertahun-tahun. "Kami tidak hanya tetangga yang hidup berdampingan, kami juga adalah satu keluarga besar yang saling mendukung satu sama lain" tutur Bapak Setya.
Salah satu faktor kunci yang mendukung moderasi beragama di Desa Kulu adalah pendekatan dialog maupun edukasi dan menjunjung tinggi nilai toleransi. Mereka seringkali mengadakan acara keagamaan antarumat beragama yang dihadiri oleh anggota masyarakat dari berbagai aliran Islam. sehingga memungkinkan warga Desa Kulu untuk lebih memahami perbedaan antara NU dan Muhammadiyah, serta meresapi nilai-nilai keberagamaan yang berbeda itu. Dan yang paling menarik yaitu ketika salah satu masyarakat NU mengadakan suatu acara pengajian, masyarakat yang menganut aliran Muhammadiyahpun ikut menghadiri dan meramaikan acara tersebut.
Kegiatan Pemberdayaan Sosiologi Komunikasi dengan melakukan wawancara kepada Tokoh Masyarakat Oleh Mahasiwa UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
Ketua RW, Bapak Khambali, menjelaskan bahwa di desa kulu memiliki toleransi yang sangat tinggi. “kalau disini itu mau mereka ikut aliran muhammadiyah ataupun NU harus mau ikut dan netral, jadi kalau misalkan NU ada acara pengajian atau semacamnya orang-orang yang mengikuti aliran muhammmadiyah juga ikut mba, itu yang membuat masyarakat disini guyub rukun dan moderat, jadi tidak fanatik kepada agama.”
ADVERTISEMENT
Ibu siti warga Desa Kulu, yang merupakan anggota Muhammadiyah, mengungkapkan, "Kami tahu bahwa kami memiliki perbedaan dalam pandangan keagamaan, tetapi itu tidak membuat kami menutup diri dan membatasi diri dari lingkungan sekitar dalam persahabatan dan gotong-royong."
Moderasi beragama di Desa Kulu juga tercermin dalam berbagai acara keagamaan yang mereka adakan. Masyarakat NU dan Muhammadiyah secara bersama-sama merayakan perayaan-perayaan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, dengan penuh semangat dan sukacita. Mereka saling mengundang satu sama lain untuk ikut serta dalam perayaan agama mereka masing-masing, tanpa ada ketegangan atau konflik.
Bulan Agustus 2023 kemarin di Desa Kulu Asri juga menjadi juara 1 festival kesenian, hal ini membuktikan bahwa nilai kebersamaan masyarakat disana sangatlah tinggi. Selain itu, tradisi barongan juga masih terjaga, yang dimana acara ini sering diadakan dalam khitanan maupun hajatan semacamnya.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan moderasi beragama di Desa Kulu juga didukung oleh peran aktif pemimpin agama setempat. Para kiai dan ustadz dari kedua aliran Islam bekerja sama untuk memberikan panduan spiritual kepada anggota masyarakat mereka.
para warga juga menekankan pentingnya sikap terbuka dan inklusif terhadap perbedaan keyakinan. "Kami percaya bahwa Indonesia adalah rumah bagi berbagai keyakinan agama, dan Desa Kulu adalah cerminan dari semangat toleransi yang ada di negeri ini," kata ibu Mawar.
Keberhasilan Desa Kulu dalam membangun moderasi beragama yang harmonis menunjukkan bahwa perbedaan NU dan Muhammadiyah, atau bahkan perbedaan keagamaan lebih luas, tidak harus menjadi sumber konflik. Ini adalah pelajaran berharga bagi banyak komunitas di seluruh Indonesia yang ingin mencapai kerukunan beragama dan persatuan dalam perbedaan. Moderasi Beragama Berkembang di Desa Kulu, Kabupaten Pekalongan Perbedaan NU dan Muhammadiyah Tidak Menjadi Masalah
ADVERTISEMENT