Tips Cukup Tidur untuk Pemburu Lailatul Qadar

Zikra Mulia Irawati
Mahasiswi Jurnalistik dan editor di pers mahasiswa GEMA Politeknik Negeri Jakarta.
Konten dari Pengguna
5 Mei 2021 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zikra Mulia Irawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Lailatul Qadar. Foto: Unsplash/Noah Silliman
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lailatul Qadar. Foto: Unsplash/Noah Silliman
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Pada hari-hari terakhir ini, terdapat Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah.
ADVERTISEMENT
Mengingat besarnya pahala ibadah yang akan didapat, tak heran jika banyak orang memburu malam istimewa ini. Dengkur menjelma untaian doa dan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Kantuk pun dilawan sekuat tenaga.
Bagi orang yang masih memiliki kegiatan esok harinya, upaya meraih Lailatul Qadar ini harus dibarengi dengan strategi. Ibadah harus dijalankan, tetapi istirahat tetap tak boleh terlupakan. Momen ini melatih untuk memiliki manajemen waktu yang baik.
Pola tidur yang tepat adalah salah satu kunci. Tidur hanya dalam semalam tidak lagi relevan untuk diterapkan. Lantas, pola tidur seperti apa yang dapat menciptakan keseimbangan antara ibadah, istirahat, dan beraktivitas ini?

Mari berkenalan dengan tidur bifasik!

Orang berusia 18-40 tahun membutuhkan durasi tidur 7-9 jam per hari. Kebanyakan biasanya langsung menyatukan durasi tersebut dalam semalam pada pukul 9-5 pagi. Pola ini disebut tidur monofasik. Seperti yang telah disebutkan, pola ini kurang relevan jika diterapkan pada bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Sebagai gantinya, ada pola lain yang disebut dengan tidur bifasik. Berasal dari kata "bi" yang berarti dua dan "phase" yang berarti tahap, tidur bifasik akan membagi tidur menjadi 2 kali dalam sehari.
Tidur bifasik memiliki 3 tipe. Tipe pertama adalah tidur siang 20-30 menit dan 5-6 jam pada malam hari. Tipe kedua memiliki durasi tidur siang yang lebih lama daripada tipe sebelumnya yaitu 1-1,5 jam dan tidur malam 5 jam. Pada tipe terakhir, keduanya dilakukan saat malam hari pada pukul 7-9, bangun sebentar, lalu tidur lagi pada pukul 12-6 pagi. Untuk para pemburu Lailatul Qadar, dua tipe pertama akan cocok untuk diterapkan.

Bagaimana penerapan pola tidur bifasik?

Tidur malam selama memburu Lailatul Qadar bukan hal yang tidak mungkin. Penerapan tidur bifasik justru bisa dimulai dari sini. Tidur di malam hari sendiri memiliki banyak manfaat. Dikutip dari Kompas.com, tubuh akan mengalami banyak kerugian seperti peningkatan gula darah, rentan terkena depresi, hingga penurunan kualitas otak jika kurang tidur di malam hari.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, siasatilah dengan tidur lebih awal. Bila ibadah tarawih telah selesai pada pukul 9, pergi tidur beberapa menit setelahnya. Dengan begini, porsi tidur malam bisa tercukupi. Bangun pun bisa lebih awal sehingga waktu untuk memburu Lailatul Qadar lebih panjang.
Fase lanjutan tidur bifasik dapat dimulai keesokan harinya. Saat siang tiba, sempatkan untuk tidur alih-alih men-scroll media sosial. Hal ini akan membuat tubuh segar kembali.

Sederhana berjuta manfaat

Merangkum dari alodokter.com, menerapkan pola tidur bifasik dapat membuat fungsi kognitif, konsentrasi, dan energi meningkat. Sederhana, tetapi dampaknya besar untuk meningkatkan kualitas hidup. Jika menimbang manfaatnya, rasanya pola tidur ini bisa terus diterapkan sekalipun Ramadhan telah usai.
Mengutip dari TribunJambi.com, pola tidur bifasik sudah diterapkan di perkantoran Jepang. Karyawan diizinkan untuk tidur siang selama 30 menit. Hasilnya, produktivitas dan kinerja karyawan meningkat.
ADVERTISEMENT
Itulah tips agar para pemburu Lailatul Qadar tetap tidur dengan cukup. Fisik yang prima memiliki andil dalam kualitas ibadah. Rida Tuhan tergapai, raga sehat tercapai.