Konten dari Pengguna

LUCID DREAM: Terapi untuk Mengusir Mimpi Buruk

Zulfa Alia Azzahra
Saya adalah seorang mahasiswi yang sedang menempuh studi di jurusan Psikologi Universitas Brawijaya. Saya memiliki ketertarikan mengenai segala hal tentang mimpi dan mental manusia.
21 Desember 2020 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulfa Alia Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah anda mengalami lucid dream? Menurut LaBerge (1985), Lucid dream adalah mimpi yang disadari oleh seseorang bahwa ia sedang bermimpi dan seringkali ia dapat mempengaruhi atau mengendalikan isi mimpi. Lucid dream adalah salah satu jenis mimpi yang unik. Ketika kita bermimpi kita akan merasa seperti sedang menonton sebuah film di bioskop. Namun pada fenomena lucid dream, kita akan merasakan sensasi seperti bermain dalam sebuah video games daripada menonton film, karena kita dapat mengendalikan mimpi seperti apa yang kita inginkan (Tech Insider, 2018). Ternyata selain unik, lucid dream juga memiliki manfaat teraupetik untuk menyembuhkan berbagai macam gangguan mental seperti Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD dan fobia. Lucid dream juga biasa dilakukan oleh para penderita nightmares disorder untuk mengendalikan mimpi buruk yang mereka alami. Lalu sebenarnya bagaimana lucid dream bisa terjadi? Mari simak penjelasan berikut ini.
ADVERTISEMENT
The Lucid Dream Theory
Mimpi adalah pengalaman mental yang terjadi saat kita tidur yang ditandai dengan visualisasi nyata yang aneh karena distorsi spasiotemporal seperti kondensasi, diskontinuitas, dan percepatan sebagai penerimaan delusional sebagai sesuatu yang ‘nyata’ (Hobson&McCarley, 1977). Umumnya, mimpi adalah saat dimana kita tidak menyadari bahwa kita memimpikan sesuatu yang menakjubkan, luar biasa, atau sesuatu yang tidak pernah terjadi di kehidupan nyata dalam tidur kita. Namun tidak semuanya demikian, karena buktinya terdapat mimpi dimana seseorang secara sadar memahami bahwa ia sedang berada di dalam dunia mimpinya (LaBerge&Rheingold, 1990). Mimpi inilah yang biasa disebut sebagai lucid dream.
Meski namanya terdengar asing, lucid dream sebenarnya adalah fenomena yang lazim dialami oleh manusia. Pada penelitian yang dilakukan Schredl dan Erlacher pada tahun 2011, ditemukan bahwa sebanyak 51% partisipan yang mereka teliti pernah mengalami lucid dream. Sementara itu, apabila dilihat lebih jauh lagi pada tahun 1998, seorang peneliti asal Austria menemukan bahwa 26% partisipan pernah mengalami lucid dream dan 82% responden sisanya merasa lebih peduli dengan mimpi yang mereka alami sebelumnya sehingga mereka menyatakan pernah mengalami bagian dari lucid dream (Zink&Pietworsky, 2014). Oleh karena itu, setiap orang setidaknya pernah mengalami lucid dream setidaknya sekali seumur hidupnya. Lucid dream lebih sering terjadi pada anak-anak dan akan semakin jarang seiring dengan pertambahan umurnya.
ADVERTISEMENT
Tahap tidur REM atau rapid eye movement sleep menandakan dimulainya sebuah mimpi. Tahap ini berada tepat setelah tahap tidur Deep Slow Wave Sleep yang merupakan bagian tidur dimana energi kita terisi kembali. Sementara tahap tidur REM ditandai dengan aktivitas pergerakan mata yang relatif cepat. Apabila kita terbangun dari tidur REM, maka kemungkinan kita akan kembali pada tahap ini jika kita tertidur lagi. Pada tidur REM, aktivitas gelombang otak berada pada kisaran THETA (4-8 Hz) hingga BETA (12-38 Hz). Untuk kasus lucid dream, frekuensi gelombak otak yang dihasilkan akan jauh lebih besar dibandingkan dengan mimpi biasa yaitu kisaran GAMMA (38-90 Hz) dikarenakan kita menyadari bahwa kita sedang bermimpi (Turner, 2011).
ADVERTISEMENT
Terapi Lucid Dream
Mimpi buruk diartikan sebagai mimpi yang sangat menakutkan sehingga orang yang sedang bermimpi dapat langsung terbangun dari tidurnya (Spoormaker, Schredl, & van den Bout, 2006). Menurut Levin dan Nielsen (2007), setiap orang setidaknya pernah merasakan pengalaman mimpi buruk. Sekitar 2-6% dari populasi umum melaporkan bahwa mereka merasakan mimpi buruk setiap pekan pada buku harian untuk mencatat mimpi mereka. Buku harian mimpi ini menyebabkan frekuensi mimpi buruk dapat meningkat beberapa kali lebih tinggi dari perkiraan. Secara umum, perempuan lebih sering megalami mimpi buruk daripada pria khususnya ketika mereka masih remaja (Schredl & Reinhard, 2011). Bagi beberapa orang khususnya penderita PTSD, mimpi buruk adalah hal yang sering dialami dan mengganggu kehidupan mereka, sehingga mimpi buruk ini sering disebut dengan nightmares disorder atau gangguan mimpi buruk. Menurut International Classification of Sleep Disorders, 3rd Edition, gangguan mimpi buruk merupakan kejadian panjang yang berulang yang sangat disforik atau menggelisahkan, diingat dengan sangat baik oleh si pemimpi yang biasanya melibatkan ancaman terhadap kelangsungan hidup, keamanan diri maupun orang lain dan sebagainya (de Macêdo, Ferreira, de Almondes, Kirov, Mota-Rolim. 2019).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian Spoormaker dan van den Bout (2006), langkah pertama yang dilakukan untuk menggunakan lucid dream sebagai terapi penyembuhan gangguan mimpi buruk adalah terapis meyakinkan pasien bahwa pasien memiliki kendali penuh atas dirinya untuk mempelajari cara mengendalikan mimpi. Selanjutnya terapis akan membimbing pasien untuk mengembangkan teknik induksi lucid dream dan membantu untuk menghadapi rasa takut yang menghantuinya. Persentase mimpi buruk akan menurun dengan sendirinya ketika pasien sudah merasakan bahwa ia dapat mengendalikan mimpinya. Kemudian ketika mimpi buruk itu muncul, mereka tidak lagi merasa terganggu dan stress karena mereka dapat menguasai mimpi mereka dan mengendalikannya. Terapi metode lucid dream sangat efisien digunakan untuk membantu penderita gangguan mimpi buruk, karena latihan induksi akan membantu pasien untuk mengembangkan pemikiran kritis mengenai konten mimpi, bahkan jika mimpi yang dialami tidak sampai pada tahap lucidity atau kejernihan mimpi.
ADVERTISEMENT
Selain untuk menyembuhkan nightmares disorder, lucid dream juga dapat digunakan untuk terapi bagi orang-orang yang memiliki fobia. Karena di dalam lucid dream, kita bisa dihadapkan langsung oleh fobia yang kita miliki (tvOne News, 2019). Orang yang memiliki fobia dapat melawan ketakutannya terhadap sesuatu dengan melakukan lucid dream seperti sedang melakukan simulasi pra bencana. Karena hal yang ditakuti tidak benar-benar ada, namun dapat melatih diri untuk menghilangkan ketakutan kita terhadap sesuatu.
Lucid Dream dan Meditasi
Menurut studi yang berjudul, “Increased lucid dream frequency in long-term meditators but not following MBSR training” yang dilakukan oleh Baird, Riedner, Boly, Davidson, dan Tononi (2019), meditator atau sebutan untuk orang yang sering melakukan meditasi cenderung lebih sering mengalami lucid dream daripada kebanyakan orang. Selain itu, aspek-aspek spesifik dari sifat mindfullness dapat dikaitkan dengan frekuensi lucid dream yang mendukung kontinuitas kesadaran selama bangun dan tidur. Namun peningkatan frekuensi lucid dream hanya berlaku pada meditator jangka panjang dan tidak berlaku pada pelatihan meditasi jangka pendek seperti delapan minggu pelatihan MBSR (Mindfullness Based Stress Reduction). Berdasarkan studi tersebut juga, meditator yang juga lucid dreamer menunjukkan bahwa mereka lebih ‘awas’ dalam mengamati dan bertindak dengan kesadaran penuh dibandingkan dengan lucid dreamer yang tidak memiliki pengalaman dalam meditasi. Tapi sebaliknya, lucid dreamer memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mendeskripsikan sesuatu, karena mereka terbiasa mendeskripsikan mimpi mereka.
ADVERTISEMENT
Lucid dream bukanlah sesuatu yang mistis atau supranatural karena mimpi jenis ini dapat dijelaskan secara ilmiah. Bahkan terbukti bahwa lucid dream dapat dijadikan terapi untuk membantu orang-orang yang memiliki masalah pada tidur hingga orang-orang yang memiliki gangguan mental. Namun lucid dream bukan tanpa efek samping, menurut tvOne News (2019), lucid dream menyita energi lebih banyak daripada mimpi biasa, karena otak dan tubuh tidak dapat beristirahat dengan maksimal. Maka, biasanya orang yang baru saja terbangun dari lucid dream akan merasa kelelahan dan kebingungan. Meskipun begitu, lucid dream dapat menjadi salah satu alternatif bagi anda yang terlalu sering terganggu karena mimpi buruk. Untuk memulai terapi lucid dream, anda dapat mengkonsultasikan pada psikolog atau terapis yang anda percaya. Selamat mencoba!
ADVERTISEMENT
Referensi
Baird, B., Riedner, B. A., Boly, M., Davidson, R. J., Tononi, G. (2018). Increased lucid dream frequency in long-term meditators but not following MBSR training. HHS Public Access. doi: 10.1037/cns0000176
de Macêdo, T. C. F., Ferreira, G. H., de Almondes, K. M., Kirov, R., Mota-Rolim, S. A. (2019). "My Dream, My Rules: Can Lucid Dreaming Treat Nightmares?" Frontiers in Psychology, 10. doi: 10.3389/fpsyg.2019.02618
Hobson, J. A., McCarley, R. W. (1977). The brain as a dream state generator: an activation-synthesis hypothesis of the dream process. American Journal of Psychiatry, 134(12), 1335–1348. doi:10.1176/ajp.134.12.1335
LaBerge, S. (1985). Lucid dreaming: The power of being awake and aware in your dreams. Los Angeles: Jeremy P. Tarcher.
ADVERTISEMENT
LaBerge, S. & Rheingold, H, (1990). Exploring the World of Lucid Dreaming. New York: Ballantine. ISBN 0-345-37410-X
Levin, R., & Nielsen, T. A. (2007). Disturbed dreaming, posttraumatic stress disorder, and affect distress: a review and neurocognitive model. Psychological Bulletin, 133(3), 482–528. doi:10.1037/0033-2909.133.3.482
Schredl, M., & Reinhard, I. (2011). Gender differences in nightmare frequency: A meta-analysis. Sleep Medicine Reviews, 15(2), 115–21. doi:10.1016/j.smrv.2010.06.002
Spoormaker, V. I., Schredl, M., & van den Bout, J. (2006). Nightmares: from anxiety symptom to sleep disorder. Sleep Medicine Reviews, 10(1), 19–31. doi:10.1016/j.smrv.2005.06.001
Tech Insider. (2018, Januari 22). How Lucid Dreaming Works [Video]. Youtube. https://youtu.be/qH-MGqokk_Y
Turner, R. (2011). The Art of Lucid Dreaming: The Pursuit of Concisious Dream Control. New Zealand: Creative Media NZ Ltd.
ADVERTISEMENT
tvOne News. (2019, Agustus 20). "Apa itu Lucid Dream?" [Video]. Youtube. https://youtu.be/nw0_b3_zJ0I
Zink, N. & Pietrowsky, R. (2014). Theories of dreaming and lucid dreaming: An integrative review towards sleep, dreaming and consciousness. International Journal of Dream Research 8 (1): 35-36