Konten dari Pengguna

Sukses Dimulai dari Semangkuk Bakmi: Menyelami Kisah Sosok Wahyu Saidi

Zulfa Salman
Mahasiswa di Universitas Padjadjaran yang menulis sebagai santapan sehari-hari
21 Februari 2024 17:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulfa Salman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wahyu Saidi di depan salah satu gerai bisnis Bakmi Langgara miliknya
zoom-in-whitePerbesar
Wahyu Saidi di depan salah satu gerai bisnis Bakmi Langgara miliknya
ADVERTISEMENT
Semangkuk bakmi bagi Wahyu Saidi lebih dari sekadar makanan, tetapi juga cuplikan kenangan dan perjalanan. Bakmi membawanya pada banyak kesempatan, relasi, dan pengalaman. Bakmi merupakan makanan yang digemari berbagai kalangan, anak-anak, muda, dewasa, hingga lansia. Harganya yang ramah di kantong, rasanya yang gurih dan ringan, serta porsi yang mengenyangkan membuat bakmi dengan mudah menempati posisi Top 10 dari 40 makanan Indonesia yang wajib dicoba menurut CNN Travel (2016).
ADVERTISEMENT
Ass. Prof. Dr. Ir. Wahyu Indra Sakti, MSC, MSP, Asean. Eng atau Wahyu Saidi merupakan seorang dosen di Universitas Tarumanagara, penulis, pembicara, dan pengusaha. Di kalangan pengusaha dan penggemar berat bakmi, nama Wahyu Saidi memiliki tempat tersendiri. Pria asal Palembang, Sumatera Selatan itu sempat memiliki ratusan gerai bakmi di berbagai daerah di Indonesia, sampai-sampai ia mendapatkan gelar Doktor Tukang Bakmi. Media online Kompasiana menyebutnya sebagai Doktor "Gila" yang Hobi Berbisnis Kuliner.
Tahun ketika satu Indonesia menyambut kedatangan Petualangan Sherina (2000), Wahyu Saidi membuka gerai bakmi pertamanya yang ia beri nama Bakmi Langgara di Menara Kadin, Jakarta. Respon yang positif dan antusiasme terhadap cita rasa "Bakmi Langgara" membuat Wahyu mengambil langkah untuk melebarkan sayap gerainya ke Rawamangun, Jakarta Timur dengan nama "Bakmi Tebet".
ADVERTISEMENT
Nama gerai yang berbeda tersebut memiliki tujuan tersendiri. Wahyu bermaksud menjadikan "Bakmi Langgara" sebagai gerainya yang menyasar kalangan menengah atas dan "Bakmi Tebet" menyasar kalangan menengah dan menengah bawah. Namun, rencana sasaran sesuai market kantong pelanggan tersebut tidak mengeluarkan hasil yang sesuai dengan harapan, sehingga Wahyu kembali menggabungkan gerainya. Wahyu mencapai masa emasnya ketika memutuskan untuk membuat sistem waralaba (franchise) untuk orang-orang yang tertarik terjun ke dunia bisnis bakmi sepertinya. Keputusannya tersebut disambut dengan tangan terbuka hingga Wahyu berhasil membuka ratusan gerai di penjuru Indonesia melalui sistem waralaba. Bahkan, cita rasa bakmi milik Wahyu sempat menjelajah hingga ke Negeri Jiran dan Tanah Suci Makkah.
Gerai waralaba usaha bakmi milik Wahyu di Al Khalil Street, Makkah (2009)
Dalam kurun waktu 15 tahun, ia telah memimpin sebuah kerajaan bakmi dengan 410 gerai yang tersebar di berbagai daerah. Atas kesuksesan ini, kisah Wahyu Saidi mencapai telinga dan mata publik melalui koran, situs web, serta seminar. Wahyu kerap kali mengasuh rubrik-rubrik kewirausahaan di beberapa media nasional dan lokal seperti Rubrik Konsultasi Kewirausahaan di Tabloid Kontan, Tabloid Iqro Hongkong, dan Surat Kabar Radar Bekasi.
ADVERTISEMENT
Dari pengalamannya berbisnis bakmi juga lah, Wahyu diberi kesempatan untuk menuangkan ilmu yang dimilikinya ke dalam buku. Beberapa di antaranya adalah: Berani Memulai Bisnis, (bersama Aqua Dwipayana) (Bening Publishing, 2004); Seri Entrepreneurship 5 Jilid (Britz Publisher, 2005); Seri Manajemen Pemasaran 5 Jilid (Britz Publisher, 2006); Manajemen Pemasaran (Iqro Graf, 2005); Inspirasi Bisnis (dengan Joko Intarto) (Iqro Graf, 2005); dan masih banyak lagi.
Namun, selain dikenal sebagai pengusaha, Wahyu adalah akademisi sejati. Ia tidak bisa melepaskan kehidupan kampus, selain "gila" berbisnis, Wahyu juga "gila" belajar.
Wahyu Saidi dalam perjalanan untuk melakukan riset tesis studi magisternya di Program Magister Studi Pembangunan ITB
Pria kelahiran tahun 1962 itu menghabiskan masa remaja dan menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di tempat kelahirannya, Palembang, yaitu di SMA Xaverius I pada tahun 1981. Kemudian, pada tahun 1987, Wahyu memutuskan untuk merantau ke pulau Jawa dan berhasil mendapatkan gelar sarjananya di Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB). Tak berhenti sampai di situ ia memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang S2 di Pascasarjana Teknik, Manajemen Industri ITB, S3 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), serta lulus Pendidikan Profesi Insinyur (PSPPI) di Universitas Gadjah Mada (UGM). Hingga pada tahun 2023 kemarin Wahyu menambah daftar gelar magisternya melalui Program Magister Studi Pembangunan ITB.
ADVERTISEMENT