Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Fenomena Mengemis Online di Tiktok: Ketika Kemiskinan Bertemu Era Digital
25 Januari 2025 16:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Irdhom Nobel Ibrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, aplikasi TikTok yang awalnya dikenal sebagai panggung hiburan dan kreativitas, kini menjadi ajang "ngemis online" yang viral di Indonesia. Fenomena ini muncul seiring maraknya penggunaan fitur live streaming TikTok untuk meminta uang dari penonton. Menarik, bukan?
ADVERTISEMENT
Joget Sadbor dan Mandi Lumpur: Tren Ngemis Online Yang Bikin Heboh
"Bagi gift, kak! Bagi gift!" begitulah kira-kira kata yang keluar dari mereka sambil meminta-minta lewat live TikTok. Ada yang rela mandi lumpur, tidur di kebun, hingga menunjukkan narasi menyedihkan untuk menarik simpati penonton. Sangat mencolok!
Salah satu yang paling viral adalah Gunawan "Sadbor" dari desa Bojongkembar, Sukabumi. Ia sangat populer dengan joget "Beras Habis Live Solusinya" yang membuat netizen heboh. Tak hanya itu, ada juga yang rela mandi lumpur atau berendam di got hanya untuk mendapatkan gift. Miris sekali!
Strategi Jitu Para Pengemis Online
Para pengemis online ini memiliki trik jitu untuk menarik perhatian. Mereka sengaja menunjukkan kekurangan mereka, baik secara fisik maupun finansial. Latar belakang rumah yang tidak layak huni, pakaian sederhana, hingga penyakit yang diderita, semua diekspos untuk membangkitkan rasa iba penonton.
ADVERTISEMENT
Mereka juga sangat pintar menggunakan kata-kata yang membuat orang merasa bersalah jika tidak memberikan gift. "Terima kasih orang baik" atau "semoga orang baik mendapatkan berkah" menjadi jurus andalan untuk memanipulasi emosi penonton. Sangat cerdik, bukan?
Dampak Fenomena Ngemis Online pada Generasi Muda
Fenomena ini tidak hanya menciptakan citra buruk bagi pengguna media sosial di Indonesia, tetapi juga dapat merusak mental generasi muda. Kebiasaan bergantung pada belas kasihan orang lain bisa mengikis nilai kemandirian dan etika kerja.
Dr. Ike Herdiana, psikolog dari Universitas Airlangga, mengatakan bahwa tindakan ini sering kali dimainkan untuk menyentuh emosi pengguna media sosial agar terdorong memberikan donasi. Sayangnya, fenomena ini sering melibatkan anak muda yang mencari cara instan untuk mendapatkan perhatian di dunia digital.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Pendidikan untuk Mencegah Fenomena Ini
Di sinilah pentingnya pendidikan. Bukan hanya cara menggunakan smartphone, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya untuk hal-hal produktif. Bukan malah untuk mengemis online di TikTok.
Pendidikan yang baik bisa mengajarkan nilai-nilai kemandirian, produktivitas, dan etika digital. Dengan pemahaman yang tepat, masyarakat bisa menghindari jebakan tren instan seperti ngemis online dan lebih fokus pada cara-cara bermartabat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Jadi, bagaimana menurut kalian? Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi fenomena ngemis online ini? Bagikan pendapat kalian di kolom komentar! Jangan lupa, kita semua memiliki peran penting dalam menjadikan dunia digital sebagai tempat yang lebih baik dan positif. Yuk, mulai dari diri sendiri!