Konten dari Pengguna

Abdul Mu'ti dan Generasi Indonesia Hebat

Fikri Haikal
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ketua PC IMM Bantul 2023-2024
10 Februari 2025 13:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikri Haikal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/illustrations/ai-generated-school-8659303/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/illustrations/ai-generated-school-8659303/
ADVERTISEMENT
Kiprah Abdul Mu’ti di lembaga pendidikan mendapatkan penghargaan The Visionary and Emerging Leadership dari Elshinta Award 2025 “Kiprah Anak Bangsa untuk Negeri”. Penghargaan ini tidak terlepas atas peran aktifnya terhadap paradigma pendidikan dalam forum tingkat nasional maupun internasional, memberikan keteladanan sebagai pemimpin, memiliki visi dan berintegritas tinggi.
ADVERTISEMENT
Sebelum mendapatkan penghargaan tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menegah (Mendikdasmen) Adul Mu’ti, menjadi salah satu menteri di Kabinet Merah Putih dengan performa baik berdasarkan beberapa lembaga survei. Center of Economic and Law Studies (CELLIOS) Jakarta, Mendikdasmen Abdul Mu’ti menjadi menteri dengan rapor hijau berkinerja terbaik ke-3, Litbang Kompas juga mensurvei popularitas dan citra positif Kabinet Merah Putih dengan nilai 94,8% yang didapat Mendikdasmen, dan beberapa media lainnya.
Saya sebagai penulis buku, “Paradigma Pendidikan Profetik Kuntowijyo: Problem, Pemikiran, dan Aktualisasi di Era Revolusi Industri 4.0”, memantau betul bagaimana arah kebijakan dan program-program yang di cetuskan oleh Abdul Mu’ti sebagai Mendikdasmen. Program Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, menjadi favorit penulis sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Sederhana, tapi Berat
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat terdengar sederhana, tetapi berat untuk dilakukan secara konsisten. Bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, serta tidur cepat, itulah prinsip gerakan ini. Mudah, bukan? Namun, realitasnya jauh lebih kompleks. Tantangan terbesar justru datang dari perubahan gaya hidup anak-anak di era digitalisasi.
Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet di Indonesia telah meningkat menjadi 79,5%, dengan remaja sebagai pengguna dominan. Tingginya akses terhadap internet ini berdampak langsung pada pola tidur anak-anak. Mereka lebih sering begadang karena asyik bermain game atau berselancar di media sosial, sehingga kualitas tidur memburuk, dan kebiasaan bangun pagi serta tidur cepat menjadi sulit untuk dilakukan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, penelitian Adelina dan kawan-kawan dari Universitas Negeri Medan menemukan bahwa penggunaan media sosial berdampak pada berkurangnya interaksi tatap muka, meningkatnya kecanduan internet, serta munculnya konflik dan masalah privasi. Anak-anak semakin tenggelam dalam dunia maya, menjauh dari kehidupan sosial nyata, dan semakin rentan terhadap pengaruh buruk. Dalam konteks ini, kebiasaan bermasyarakat dan gemar belajar pun menjadi tantangan besar.
Lebih jauh, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa mayoritas anak usia 5 tahun ke atas di Indonesia sudah mengakses internet, dengan 88,99% di antaranya menggunakan internet untuk media sosial. Artinya, hampir seluruh anak yang mengenal internet telah menjadikan media sosial sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan lebih dominan dibandingkan tujuan lain seperti belajar atau mencari informasi.
ADVERTISEMENT
Situasi ini mengindikasikan adanya krisis pola asuh dalam keluarga di era digital. Beberapa orang tua mungkin menyadari dampak buruk gawai dan mencoba membatasi penggunaannya, tetapi kenyataannya tidak semudah itu. Saat ditegur, anak bisa saja memberontak atau menangis, bahkan menciptakan konflik dalam rumah tangga.
Ada pula orang tua yang memilih mengabaikan atau menyerah, karena tidak ingin menghadapi perlawanan dari anak. Akibatnya, semakin sulit bagi anak-anak untuk menyeimbangkan kehidupan mereka, bagaimana mungkin mereka bisa tidur teratur, bermasyarakat, gemar belajar, berolahraga, serta makan sehat dan bergizi, jika setiap harinya mereka larut dalam dunia digital tanpa batasan waktu?
Sederhana, tapi Berdampak
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat merupakan langkah strategis dalam membangun individu yang kuat serta menciptakan generasi yang peduli terhadap sesama dan lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Tujuan besar ini selaras dengan spirit paradigma pendidikan profetik yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo, di mana pendidikan tidak hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual, tetapi juga harus menyentuh aspek humanis dan moralitas dalam kehidupan anak.
Jika ditelaah lebih dalam, Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dirancang untuk membentuk keseimbangan dalam berbagai aspek perkembangan anak—baik fisik, mental, spiritual, kognitif, maupun sosial.
Kebiasaan bangun pagi, berolahraga, makan sehat dan bergizi, serta tidur cepat menjadi fondasi penting bagi tumbuh kembang anak agar lebih sehat, baik secara fisik maupun emosional. Anak yang memiliki pola hidup sehat akan lebih produktif, lebih fokus dalam belajar, dan lebih siap menghadapi tantangan hidup.
Selain itu, kebiasaan bermasyarakat mendorong anak untuk aktif dalam kehidupan sosial dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini menjadi penting di tengah era individualisme yang semakin berkembang akibat digitalisasi. Sementara itu, kebiasaan gemar belajar diharapkan mampu meningkatkan budaya literasi di Indonesia yang masih tergolong rendah.
ADVERTISEMENT
Menurut data UNESCO tahun 2023, tingkat literasi Indonesia masih berkutat pada 0,001%, angka yang menunjukkan rendahnya minat baca di kalangan masyarakat. Dengan membangun kebiasaan belajar sejak dini, diharapkan anak-anak Indonesia tumbuh menjadi generasi yang haus akan ilmu pengetahuan.
Di sisi lain, kebiasaan beribadah tidak hanya memperkuat religiusitas anak, tetapi juga membentuk karakter mereka agar lebih memiliki nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Perpaduan antara kebiasaan sehat, kepedulian sosial, budaya literasi, dan religiusitas ini diharapkan mampu melahirkan anak-anak yang cerdas, bermoral, serta memiliki rasa solidaritas sosial dan tanggung jawab yang tinggi.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tidak boleh sekadar menjadi teori atau wacana belaka. Nilai-nilai ini harus benar-benar terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari setiap anak Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jika upaya ini dapat dijalankan secara konsisten dan didukung oleh lingkungan yang kondusif, maka generasi emas Indonesia yang diimpikan bukan sekadar angan-angan, melainkan sebuah kenyataan yang akan terwujud di masa depan.