Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
JK Akui Kesalahan Data Perberasan Nasional: Sudah Harus Dikoreksi
22 Oktober 2018 19:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyambut baik data baru perberasan nasional yang diproduksi Badan Pusat Statistik (BPS ). Dari data BPS, stok beras nasional pada tahun ini surplus 2,8 juta ton .
ADVERTISEMENT
Menurut JK, sudah waktunya data perberasan nasional diperbarui. Data perberasan nasional yang objektif diperlukan agar pemerintah tidak salah dalam menentukan kebijakan.
"Nah itulah sehingga kita mereview dengan sekali lagi catatan bahwa ini pencatatan sejak 1995 yang lalu. Saya termasuk salah juga sebagai Wapres yang lalu, tidak segera mengevaluasi walaupun dulu (produksi beras) tahun 2004-2005 masih mendekati 60 juta ton," sebut JK saat ditemui di Kantornya, Jalan Veteran, Jakarta, Senin (22/10).
BPS semenjak 3 tahun yang lalu memang sudah mulai fokus untuk menghitung ulang data stok dan produksi beras. Instansi lain seperti Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial, hingga Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dilibatkan.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan metode kerangka sampel area (KSA), BPS mencoba menghitung luas petak sawah yang tersisa di Indonesia. Hasilnya, melalui data Kementerian ATR dan BIG didapat Indonesia hanya memiliki 7,1 juta hektare lahan sawah.
"Semua yang dipakai ini ada dua yaitu satelit dan lapangan. Setelah satelit, dicek di lapangan. Tiga tahun ini dikerjain," ucapnya.
Dari hasil perhitungan didapat produksi gabah kering giling (GKG) tahun ini sebesar 56,54 juta ton atau setara dengan 32,42 juta ton beras. Angka ini dibilang JK lebih rendah dari proyeksi data beras dari Kementerian Pertanian sebesar 47,29 juta ton.
"Sejak tahun 1997 terjadi suatu angka yang tidak sesuai dengan lapangan yaitu angka produksi beras sejak 1997 sampai dengan sekarang itu terjadi produksi yang bertambah terus padahal di lain pihak sawah berkurang 1,5 persen per tahun dan penduduk bertambah," ujarnya.
ADVERTISEMENT