Penjelasan BPS soal Indonesia Surplus Beras 2,8 Juta Ton

22 Oktober 2018 18:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memanggul beras di gudang Perum Bulog Subdivisi Regional Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (4/9/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memanggul beras di gudang Perum Bulog Subdivisi Regional Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (4/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan data terbaru terkait dengan produksi beras nasional tahun ini. Hasilnya, Indonesia mengalami surplus beras sebesar 2,8 juta ton.
ADVERTISEMENT
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan bahwa produksi gabah kering giling (GKG) tahun ini sebesar 56,54 juta ton atau setara dengan 32,42 juta ton beras. Sedangkan angka konsumsi beras nasional adalah 29,6 juta ton dengan acuan angka konsumsi per kapita 117,58 kg.
"Jadi produksi dikurangi konsumsi berarti masih ada surplus 2,85 juta," ucap Suhariyanto di usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jalan Veteran, Jakarta, Selasa (22/10).
Acuan surplus angka produksi beras nasional dijelaskan Suhariyanto menggunakan cara terbaru. Mekanisme perhitungan angka surplus beras pun melibatkan instansi lain seperti Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), hingga Badan Informasi Geospasial, hingga Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
ADVERTISEMENT
Pekerja melakukan bongkar muat beras di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melakukan bongkar muat beras di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
"Selama 3 tahun terakhir BPS bekerja sama dengan BPPT, Kementerian ATR, Lapan, dan BIG berusaha memperbaiki dan kita menggunakan sebuah metode yang namanya kerangka sampel area (KSA) yang merupakan inovasi yang dilakukan BPPT dan sudah mendapat penghargaan dari LIPI," tuturnya.
Dari hasil temuan KSA, luas areal tanam sawah di Indonesia mengalami degredasi cukup signifikan. Tahun 2013 lalu, luas areal sawah di Indonesia masih 7,75 juta hektare tetapi kini hanya tersisa 7,1 juta hektare.
"Artinya selama 5 tahun terakhir terjadi penurunan sebesar 635 ribu hektare," sebutnya.
Angka ini yang kemudian menjadi acuan perhitungan angka produksi beras. Dengan metode KSA, maka luas panen padi tahun 2018 diperkirakan sebesar 10,9 juta hektare. Artinya ada beberapa areal sawah yang bisa 2 kali panen dalam setahun. Sedangkan sisanya hanya sekali panen.
ADVERTISEMENT
"Sehingga kalau dihitung rata-rata indeks pertanamannya adalah 1,53 (kali panen). Tentu ini bicara rata-rata," jelasnya.