Pemerintah Impor 100 Ribu Ton Jagung untuk Peternak dan Pabrik Pakan

3 November 2018 17:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pejabat Kementan umumkan rencana impor maksimal 100 Ribu ton jagung, Sabtu (3/11/2018).  (Foto: Wiji Nurhayat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pejabat Kementan umumkan rencana impor maksimal 100 Ribu ton jagung, Sabtu (3/11/2018). (Foto: Wiji Nurhayat/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian membuka peluang untuk mengimpor jagung sebanyak maksimum 100 ribu ton. Adapun tujuan impor jagung adalah untuk memenuhi kebutuhan peternak dan pabrik pakan mandiri.
ADVERTISEMENT
Sekjen Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro menjelaskan bahwa keputusan tersebut sudah dikeluarkan dalam rapat koordinasi antara Kementan dan Kementerian Perdagangan, Jumat (2/11). Adapun penugasan impor akan dilakukan oleh Perum Bulog.
"Pada saat itu, rapat menugaskan Mentan (Menteri Pertanian) dan Mendag (Menteri Perdagangan) untuk mengeluarkan rekomendasi dan izin impor jagung pakan ternak maksimum 100 ribu ton melalui Perum Bulog," ungkap Syukur saat ditemui di Kantor Kementan, Kawasan Ragunan, Jakarta, Sabtu (3/11).
Adapun pemilihan Perum Bulog sebagai importir jagung agar importasi segera dilakukan paling lambat Desember 2018. Hal ini harus dilakukan karena pada saat Januari sudah masuk masa panen raya jagung.
"Kenapa Bulog? karena di bawah pemerintah sehingga tidak ada hal yang tidak kita inginkan, semua diambil pemerintah," imbuhnya.
Kebun Jagung di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10/2018). (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kebun Jagung di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10/2018). (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Sementara itu mengenai produksi jagung nasional, Syukur menyatakan bahwa tahun ini surplus. Dari catatannya, produksi jagung nasional diprediksi mencapai 30 juta ton sementara konsumsinya hanya 18 juta ton. Namun ada sejumlah catatan kenapa Indonesia harus mengimpor jagung.
ADVERTISEMENT
Hitung-hitungan Kementan adalah pada bulan November dan Desember produksi jagung nasional terutama di Pulau Jawa agak seret. Ini menimbulkan disparitas harga cukup tinggi belum lagi mahalnya ongkos distribusi. Padahal di satu sisi, mayoritas pabrik pakan ternak di Indonesia berada di Pulau Jawa.
Indonesia setidaknya memiliki pabrik pakan ternak sebanyak 93 unit. Dari jumlah itu, 70 persen pabrik pakan ternak tersebar di Pulau Jawa dan Lampung. Sedangkan sisanya terbagi rata di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
"Sepanjang tahun ada jagung tetapi karena distribusinya (terganggu) terjadi lonjakan harga. Jagung impor fokus disalurkan ke peternak dan produsen pakan ternak mandiri," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Syukur mengklaim bahwa keputusan impor jagung bagi peternak dan perusahaan pakan ternak mandiri adalah yang pertama kali dikeluarkan di tahun 2018 ini. Sedangkan di tahun lalu, Indonesia tidak pernah mengimpor jagung untuk peternak dan perusahaan pakan ternak mandiri.
"Jadi pemerintah sudah menghemat devisa Rp 10 triliun (selama tahun lalu)," sebutnya.
Pada tahun ini juga, Indonesia sudah mengekspor jagung sebanyak 380 ribu ton senilai USD 9 juta. Kualitas jagung yang diekspor juga sama dengan yang akan diimpor. Jadi dengan keputusan impor maksimum 100 ribu ton jagung bukan menjadi persoalan besar.
"Kita sudah ekspor 380 ribu ton artinya balance surplus jika dibandingkan impor 100 ribu ton. Impor jagung ini dijadikan Bulog sebagai buffer stock," jelasnya.
ADVERTISEMENT