Prabowo: 1998 Ekonomi Tidak Krisis, Penyebabnya Anggaran Kita Bocor

3 Maret 2019 13:52 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berfoto dengan pendukung mereka di Grand Sahid. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berfoto dengan pendukung mereka di Grand Sahid. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
ADVERTISEMENT
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto membeberkan temuannya soal kondisi ekonomi Indonesia pada 1997-1998. Menurut dia, pada periode tersebut ekonomi Indonesia sebenarnya tidak krisis.
ADVERTISEMENT
Prabowo menjelaskan, beberapa indikator ekonomi Indonesia saat itu justru menunjukkan kondisi sehat. Kondisi di 1998 tersebut menurut Prabowo disebabkan kekayaan Indonesia yang terus mengalir ke luar negeri.
"Itu yang saya lihat, makanya tahun 98 temukan fenomena ini. Ternyata kekayaan kita terus mengalir ke luar. 1998-1999 saya dapat pencerahan, dibilang ad krisis ekonomi, tapi saya lihat angka-angka tidak ada krisis. Bisa dilihat di paradok indonesia," kata Prabowo saat berpidato di acara Aliansi Pencerah Indonesia (API) yang merupakan eksponen Muhammadiyah di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Minggu (3/3).
Menurut dia, soal asumsi dia jika kekayaan Indonesia yang mengalir ke luar negeri juga diperkuat oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Sehingga, pemerintahan Jokowi saat itu meluncurkan program pengampunan pajak atau tax amnesty.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah menemukan data 1998, dan dibenarkan pemerintah sekarang. Justru sekarang malah dibantah, apakah penasehatnya diganti atau bagaimana?" katanya.
Menurut Prabowo, indikator ekonomi yang terlihat sehat pada 1997-1998 di antaranya adalah masalah neraca perdagangan. Saat itu, tren neraca perdagangan Indonesia selalu surplus.
"Kalau kita jual lebih dari kita beli, berarti kita untung. Tidak perlu suatu gelar mengerti ini. Seperti Eka Wijaya dan Liem Sioe Liong, mereka bisa hitung kalau yang mereka jual lebih besar dari pengeluarannya," katanya.
Aksi long march 1998. Foto: Dok. Muhammad Firman Hidayatullah
Menurut Prabowo, jika dilihat neraca perdagangan Indonesia sejak periode 1997, terus terjadi surplus. Pada 1997 perdagangan surplus USD 12 miliar, kemudian pada 1998 surplus USD 21 miliar, 1997 senilai USD 24 miliar.
"Tapi kenapa disebut ada krisis ekonomi? Kenapa rupiah hancur? kenapa minyak goreng nggak ada. Kenapa? Dan saudara, ekonomi kita sehat. Ini buktinya, ini namanya empiris, kalau nanti ada diminta mana buktinya, nanti undang prabowo ceramah. Ini saya pertanggungjawabkan," katanya.
ADVERTISEMENT
Indikator selanjutnya adalah cadangan devisa. Menurut Prabowo, jika dipelajari dari semua negara, bagaimana ekonomi di Singapura dan Malaysia, rata-rata akan melihat cadangan devisa nasional.
Jika dilihat, kata dia, seharunya cadangan devisa Indonesia berada USD 350 miliar. Namun kenyataannya saat berada di USD 100 miliar. Adapun berdasarkan data Bank Indonesia, hingga Januari 2019 cadangan devisa mencapai USD 120 miliar.
"Tetapi kenyataannya hanya ada USD 100 miliar, Jadi USD 200 miliar kekayaan kita kemana? Inilah yang akhirnya, tokoh pemerintah sekarang mengatakan kekekayaan kita berada di luar negeri, sekian belas ribu Triliun. Saya sudah hitung dengan cara lain, kembocoran kita ada Rp 1.000 triliun tiap tahun. Ini pasti heboh lagi besok," ujarnya.
Prabowo berjanji jika dia terpilih akan membuktikan soal kebocoran tersebut. Sekarang, kata dia, merupakan tugas dari eksekutif untuk menghentikan kebocoran anggaran tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tapi saya ingin mengatakan, fenomena kalau tidak mengerti fenomena, apalagi kalau nahkoda tidak tahu kalau kapalnya sedang bocor, sangat berbahaya bagi penumpangnya," katanya.