Sri Mulyani Bicara Kesetaraan Gender: Perempuan Digaji Lebih Sedikit

13 Maret 2019 16:07 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menghitung pecahan uang rupiah Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung pecahan uang rupiah Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
ADVERTISEMENT
Acara “Ring the Bell for Gender Equality" atau "Membunyikan Bel untuk Kesetaraan Gender" diselenggarakan untuk pertama kalinya di Indonesia dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional. Pada acara ini, perwakilan dari sektor publik dan swasta berkumpul untu mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan di sektor bisnis.
ADVERTISEMENT
Acara ini diselenggarakan oleh Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Indonesia Global Compact Network (IGCN), dan UN Women, serta didukung oleh Bursa Efek Indonesia dan International Finance Corporation.
Pembunyian bel merupakan simbol untuk meningkatkan kesadaran akan peran kunci sektor swasta dalam mempercepat pencapaian kesetaraan gender. Ring the Bell for Gender Equality merupakan bagian dari inisiatif global dari UN Women, UN Global Compact, dan para mitra untuk mendorong aksi lebih lanjut mengenai peningkatan kesetaraan gender di sektor bisnis. Tahun ini, sebanyak 65 bursa efek di seluruh dunia ikut berpartisipasi dalam menyelenggarakan acara pembunyian bel.
Hadir sebagai salah satu pembicara, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, juga menyoroti pentingnya kesetaraan gender di tempat kerja, tempat kegiatan usaha, dan komunitas. Menurut Sri Mulyani ketimpangan gender tidak hanya soal sikap atau kekerasan fisik yang dialami perempuan. Lebih dari itu, ketimpangan gender juga terjadi dalam hal besaran pendapatan yang diterima antara karyawan perempuan dan laki-laki.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) menghadiri acara Ring the Bell for Gender Equality di Main Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
“Jika Anda lihat, ketimpangan gender tidak hanya pada tingkat partisipasi tapi juga pada besaran gaji. Perempuan menerima gaji 32 persen lebih rendah ketimbang laki-laki. Jadi itu artinya perempuan digaji lebih sedikit. Untungnya kalau di jajaran menteri, gaji kami sama,” ungkap Sri Mulyani di Main Hall BEI, Kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (13/3).
Menurut Sri Mulyani kasus tersebut memang tidak secara general terjadi. Namun Sri Mulyani menjelaskan, secara umum minimnya gaji yang diterima perempuan karena adanya anggapan bahwa perempuan kurang berkontribusi pada tempat mereka bekerja.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan penggerak yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Walau demikian, perempuan di seluruh dunia dan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan seperti, norma sosial yang negatif, kekerasan, dan diskriminasi terhadap perempuan, serta beban yang tidak proporsional dari pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar.
ADVERTISEMENT
Tantangan-tantangan tersebut sering kali membatasi perempuan dalam mendapatkan kesempatan pekerjaan dan pendapatan yang setara, serta kesempatan dalam kegiatan kepemimpinan.
Untuk itu, menurut Sri Mulyani, isu kesetaraan gender masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh semua pihak termasuk pemerintah.
“Jika kita dapat menyediakan lebih banyak kegiatan atau dalam hal ini jika Anda dapat memberikan lebih banyak kesempatan bagi perempuan untuk memainkan peran mereka dalam ekonomi, dalam pekerjaan, dalam kegiatan ekonomi, maka nilainya akan sangat luar biasa,” tandasnya.