Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang pemain, Bale terbilang sukses. Dia pindah ke Real Madrid pada 2013 dengan status pesepak bola termahal dunia, memecahkan rekor Cristiano Ronaldo. Selama enam tahun di Real pun Bale mampu menyabet 13 gelar, termasuk empat trofi Liga Champions.
Itu baru di level klub. Di level internasional, Bale juga bisa dibilang berhasil. Pada Piala Eropa 2016 silam, eks penggawa Tottenham Hotspur ini juga sanggup mengantarkan Timnas Wales ke babak semifinal. Padahal, itu merupakan debut Wales di putaran final kejuaraan antarnegara Eropa.
Kendati demikian, Bale tidak terlalu bahagia. Dalam film dokumenter BT Sport yang akan segera dirilis, 'State of Play', Bale menumpahkan uneg-unegnya tadi. Bale menganggap bahwa pengorbanan yang diperlukan untuk berkompetisi di level tertinggi membuat seorang pemain kehilangan hidupnya.
ADVERTISEMENT
"Sebagai seorang atlet —khususnya di lingkungan tim— kamu tidak bisa menentukan jadwal sendiri seperti pegolf atau petenis. Jadi, kami ini seperti robot saja. Segala yang kami lakukan, di mana kami harus berada, kapan kami harus berada di sana, pukul berapa kami harus makan, kapan kami harus bertemu pelatih, semuanya sudah ditentukan," tutur Bale seperti dilansir ESPN.
"Rasanya seperti kamu kehilangan hidupmu sendiri. Kamu tak bisa memilih apa yang ingin kamu lakukan dan kapan kamu mau melakukannya. Meski begitu, karier di sepak bola ini sangat pendek. Terkadang memang harus seperti itu pengorbanan yang kami lakukan," tambah pria 29 tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ketika kamu masih bocah, kamu tak punya pikiran apa-apa. Kamu cuma menikmati olahraga ini bersama kawan-kawanmu, bercanda tawa bersama. Ketika kamu sudah berlaga di level elite, ada banyak sekali tekanan, ekspektasi, ada orang-orang yang tak berhenti bicara hal negatif, dan, ya, itu semua membuat kesenangan tadi hilang. Akan tetapi, kupikir ini hal yang wajar dan terjadi di semua olahraga," ucap Bale.
Jika diukur dengan trofi semata, masa-masa Bale di Real Madrid memang bisa dikategorikan sebagai sebuah keberhasilan. Namun, kenyataannya tidaklah seindah itu. Berulang kali Bale jadi sasaran amarah pendukung Real baik di dalam maupun di luar stadion. Dia kerapkali disiuli dan mobilnya pernah digebrak oleh suporter Los Blancos yang kesal.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, musim 2018/19 ini juga membawa Bale ke level masalah baru. Didikan akademi Southampton itu tidak cuma bermasalah dengan para suporter tetapi juga dengan pelatih Zinedine Zidane. Bale tak lagi masuk rencana Zidane karena dianggap tak menunjukkan sikap baik. Walau begitu, menurut sang agen, Jonathan Barnett, Bale tetap ingin merampungkan kontraknya di ibu kota Spanyol sampai 2022 mendatang.